Kenapa, neng?

46 5 2
                                    

Tidak perlu waktu lama, Aqila meregangkan pelukannya, dan perlahan melepas pelukan itu. Banu terdiam. Mungkin memang ia tidak bisa memiliki Aqila, pandangannya ia buang jauh-jauh dari wajah Aqila.

Dah lah, Aqila ngga suka sama gue. Batinnya.

Tak.

Aqila memukul bibir Banu dengan jari tangannya.

"Nakal ih bibirnya." Aqila terlihat sebal karena banu sudah mengambil first kissnya.

"Ya ampun, iya maaf. Khilaf." Banu memegang bibirnya yang dipukul Aqila.

"Ya udah gue ganti deh options nya, kalo lo terima gue jadi pacar lo. Lo boleh peluk gue lagi, kalo nggak mau lo boleh tinggalin gue disini." Jawabnya menunduk menatap Aqila.

Tidak perlu menunggu lama. Aqila langsung memeluk Banu dengan erat kemudian melepaskannya dan berlari masuk ke dalam rumah Banu. Karena Aqila takut dilihat oleh Dinda.

Banu sepertinya bingung, apa maksudnya. Sebelum Aqila benar-benar tidak terlihat lagi, Banu memanggilnya.

"Kila! Maksudnya apa?" Banu teriak.

"Iyaaa, aku mau." Jawabnya masih dalam berlari.

"Aku?"

Banu masih diam, kemudian mengacak jambulnya dan tertawa. "Yess!" Kemudian ia berlari kecil menyusul Aqila.

*****

Mah, udah buka kado dari aku? Mama suka ngga? Maaf ya aku cuma bisa kasih itu, harap-harap Mama suka:) [21.41]

Kirim

"Bosen banget gue di kosan, main kali ya?" Indi berkata dan bertanya sendiri pada dirinya.

"Main aja deh gue ke rumah Aqila." Baik, ia memutuskan untuk main ke rumah Aqila. Tidak perlu waktu lama, indi langsung mengganti pakaiannya. Memoleskan sedikit lipbalm di bibirnya dan sedikit bedak tabur di wajahnya.

"Pesen go-wer dulu deh gue."

"Eh, masa gue ngga bilang Kila kalo mau main?" Ia mengetuk-ngetukkan brush yang ia gunakan untuk memoles bedak taburnya pada dagu.

"Ngga usah deh ya, biar surprise plus nanti gue bawain lapis Bogor kesukaan Kila." Indi lanjut mengenakan sepatu kets putih miliknya dan meraih sling bag di atas meja belajarnya.

Sekali lagi ia melihat penampilannya di cermin, "oke." Indi dengan gesit meraih kunci kamar dan memastikan tidak ada yang ia tinggalkan di kamar seperti earphone, power bank, lipbalm, dompet, parfum, dan satu lagi handphone.

"Eh? Mau kemana sayang?" Tegur Ibu kos Indi, ia biasa memanggilnya Bunda.

"Eh Bunda, mau ke rumah Kila, Bun." Tangan Indi masih memutar-mutar kunci, tapi pandangannya ia alihkan pada Bunda.

"Oh iya, ngomong-ngomong tentang Aqila. Tadi Bunda ada titipan dari seseorang buat Aqila, tapi katanya mau nitip ke kamu."

"Hah?" Indi mengernyitkan dagunya.

"Siapa, Bun?" Tanyanya.

"Bunda ngga tahu, yang pasti cowok, pakai masker dan pakai helm."

"Bentar ya, tunggu. Bunda ambil titipannya." Tangan Bunda menahan Indi agar tidak pergi dulu.

"Siapa si? Kenapa lewat gue ngasinya?" Indi heran, dan bingung malah.

Tidak lama kemudian Bunda keluar membawa sebuah bucket.

GAPAPA, KOK!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang