Kok, Banu pake acara acak-acak rambut Aqila? Mereka udah jadian? Kalo gue jawab bucket ini dari someone dan buat Aqila. Nanti Banu curiga. Batin Indi.
"Ya udah, gue duluan ya, Ndi." Indi hanya membalas dengan acungan jempolnya.
"Bye, Kil."
Banu menurunkan kaca helmnya.
"Bye." Aqila melambaikan tangannya pada Banu.
"Kil, lo jadian sama Banu?" Tanya Indi penasaran. Setelah vespa Banu melesat pergi dari depan gerbang rumah.
Aqila hanya menunjukkan deretan giginya, menjawab pertanyaan Indi.
"Ih gelooo siah, geus teu jomblo deuiii." Indi menggerakkan bucket makanan pada bahu Aqila.
"Ih sayang tau, nanti bucketnya rusak." Aqila mengambil bucket tersebut dari tangan Indi.
"Btw, pertanyaan gue belom dijawab, malih!" Aqila masih menatap bucket tersebut.
"Oh iya, itu bucket dari seseorang buat lo."
"Tapi gue nggak tahu orangnya itu siapa, karena dia nitipin bucket ini ke bunda kos." Sambung Indi.
"Dih! Aneh!" Aqila mengambil secarik kertas yang mengumpat di dalam sana.
Hai Aqila.
Tetap ceria dan terus menebar energi positif yaa. Semangat🖤
Jangan lupa dimakan...
⭐"Dari siapa, Kil?" Tanya Indi.
Aqila memberikan kertas tersebut.
"Bintang?" Tatapan Indi penuh tanya pada Aqila.
"Nggak tau gue, penggemar rahasia kali." Jawabnya sambil tertawa dan menggandeng lengan Indi untuk masuk.
"Ih mau kue talasnya Ndiiiii, gue ngga sabar sumpah." Aqila menatap plastik yang Indi bawa selama masuk ke dalam rumah, berdayut pada lengan Indi seperti anak kecil meminta mainan pada ibunda.
*****
"GUYS!!! ADA INDI BAWA MAKANAN NIIII!" Teriak Aqila cepat sambil mengangkat plastik kue dan juga bucket makanannya. Semua menoleh karena Aqila datang dengan tiba-tiba dan teriak.
"Teh Kila, untung lo ngga gue lempar remote ya." Dimas bangun dari rebahannya.
"Kaget gue, kambing!" Ujar Chiko kesal, matanya tetap pada layar dan jarinya tetap menari kesana kesini.
"Bawa apaan, Ndi?" Tanya Jerry tanpa menatap Indi.
"Bawa lapis talas doonggg." Indi sudah duduk di sofa tanpa disuruh, karena Jerry sudah menganggap Indi seperti adiknya juga dan menyuruh Indi untuk menganggap rumah ini adalah rumahnya pula.
"Eh, gue ambil pisau sama piring dulu ya, Ndi!"
"Yuk, gue bantu. Sekalian mau minum haha." Indi berdiri dan ikut dengan Aqila ke dapur.
Ketika di dapur, Indi langsung menuju kulkas dan mengambil jus jambu lalu membawanya ke meja dan berbalik badan untuk mengambil gelas.
"Gue penasaran deh, emang di fakultas kita ada yang namanya bintang? Atau ngga, di jurusan deh." Aqila sedang berjinjit masih mencari pisau untuk memotong kue di lemari dapur, sambil bertanya tentang siapa bintang yang mengirim bucket makanan tadi.
"Setau gue, anak-anak pendidikan ngga ada yang namanya bintang." Indi menuang jusnya ke dalam gelas.
"Masa sih? Emang gue se-hits itu di fakultas lain?"
BHURR.
Indi menyemburkan jusnya.
"Idih! Kenapa lo, Ndi?" Tanya Aqila sambil tertawa. Akhirnya Aqila mendapatkan pisaunya. Dan menghampiri Indi.
"Lo ngga tau ya Kil?"
"Lo itu emang hits, gue akui kok." Jawab Indi.
"Idih! Lo tuh ya Ndiii." Aqila mengambil posisi duduk.
"Secara, lo itu Master of Ceremony disetiap acara kampus sekaligus mahasiswa cerdas di fakultas." Indi lanjut meneguk jusnya.
"Berarti si Bintang itu dari fakultas lain dong?" Tanya Aqila.
"Hmmm." Indi memutar bola matanya.
"Bisa jadi, atau bahkan univ lain." Indi menunjuk-nunjuk Aqila dan menyipitkan matanya.
"Ah." Aqila sontak berdiri.
Kemudian berjalan, "udah deh, terserah asal ngga ganggu hidup gue. Gue mau makan lapis talaskuuuuuu." Ia sedikit berlari menuju ruang tamu dimana Jerry, Chiko dan Dimas berada.
"Hahaha gila ya temen gue, keren banget." Indi ikut berdiri sambil menggelengkan kepalanya dan menghampiri Aqila.
Aqila sudah selesai memotong lapis talas, "guys, ayooo makan dulu." Teriaknya.
"Tuh, nanti ambil aja ya kalo mau." Ucapnya lalu melahap lapis talas berwarna ungu dengan toping keju di atasnya.
"Ihhhh, mauuuu." Dimas yang sedang rebahan mengangkat kedua kakinya ke atas kemudian menurunkannya dengan cepat agar setengah dari badannya (kepala hingga pinggang) terangkat dengan tegak.
"Dasar, Dimas malas." Ujar Aqila.
Dimas hanya tertawa kemudian mengambil potongan talas dan melahapnya, "makasih ya teh Indi udah bawain talas."
"Dimas BM parah ni kue dari minggu lalu." Ujarnya.
"Kaya cewek aja lo Dim pake BM-BM." Saut Chiko.
"Diem lo, Choki!" Dimas melempari Chiko dengan bantal.
"DIMAS!" Teriak Chiko.
"JANGAN LEMPAR-LEMPAR NANTI GUE KALAH LAGI!!"
"BODO AMAT." Sahut Dimas.
"Gangguin aja Dim, biar gue menang lagi." Timpal Jerry senang. Mereka berdua tengah khusyuk memainkan tombol PS.
Tring
[16.22] iya, sayang. Mama udah liat dan mama suka, terimakasih yaaa mama kangen kamuuu
Syukur deh kalo mama suka, aku seneng. Aku juga kangen mama:)) [16.23]
"Eh, Kil. Gue nginep boleh kan?" Tanya Indi setelah selesai mengetikkan pesan di dalam ponselnya kemudian mengangkat angkat kedua alisnya meminta jawaban dari Aqila.
"Boleh dooong." Jawab Aqila disusul kue yang masuk ke dalam mulutnya.
*****
"Kilaaaa, pokoknya lo harus traktir gue besok." Ucap Indi teriak di atas kasur Aqila.
"Dengan alasan?" Tanya Aqila yang sedang menggosok-gosok rambut basahnya.
"Karena lo abis jadian sama Banuuuuuu." Indi bangun dan melempar bantal pada Aqila. Dengan sigap Aqila menangkapnya.
"Cieeee." Lanjut Indi.
"Kenapa sih? Kalo orang jadian selalu diminta pajak? Aneh yaa orang-orang." Aqila langsung menghampiri Indi dan duduk di pinggir kasur sambil tetap menggosok rambutnya.
"Iya-lah, karena menjalin hubungan baru. Jadi harus ada wajib pajak!!!" Jelasnya sambil tertawa.
"Harus banget?" Tanya Aqila sambil tersenyum.
"Iya lah."
Tiba-tiba ponsel Aqila berbunyi, pertanda telpon masuk. Indi dan Aqila langsung mengarahkan kepalanya pada sumber bunyi. Aqila beranjak meraih ponselnya.
"Hallo?"
Lo udah terima bucket dari gue kan? Tanya orang di sebrang sana.
"Iya, udah."
Tut tut tut
"Lah?"
Bersambung dulu yaaa, makasiiii udah setia menungguuuuuuu😍😍😍
Ayafluuuu
KAMU SEDANG MEMBACA
GAPAPA, KOK!
ChickLit"lo jangan buat gue khawatir dong, kan gue jadi kepikiran." - Banu, 2020. . . Pernah di #2 Pasti