Dih, bunyi apa tuh?

113 5 0
                                    

Gimana guys? Masih pada di rumah kan?Kasi vote dulu yuk, sebagai bentuk apresiasi kalian. Terimaakasiiih💛
Oya ada cerita baruuu cek karya aku yaaa:)))
.
.
.
.
Sekarang lagi hits banget lagu Aisyah Istri Rasulullah, yuk di play yuk buat yang belum denger, yang punya lagunya cocok juga buat nemenin baca wattpad kali ini, coba deh. Soalnya author ngetiknya sambil dengerin ini hehe...

____________________________________

Ma, selamat ulang tahun.
Aku tau ini nggak seberapa, tapi semoga mamah suka, dan Mama senantiasa ibadah karena allah, juga senantiasa doain aku biar aku sehat, cepet lulus dan punya rezeki lebih buat Mama.
Aku tau mamah pengen mukena ini dari dulu kan, semoga mamah suka yaa.
Indi sayang Mama:')

Mama Indi meneteskan air mata ketika membaca surat di atas kotak yang dibalut koran. Sederhana. Tetapi menggores luka. Mama Indi sadar, ia terus-terusan memarahi anaknya karena egonya sendiri, "maafin mama ya, Ndi." Ia merobek perlahan koran tersebut kemudian membuka tutup kotaknya. Ia teringat ketika membelikan Indi mukena untuk yang pertama kalinya sewaktu kecil.

"Makasih, Maaa." Saat itu Indi memeluknya dengan erat kemudian memeluk mukena yang ia berikan.

"Aku bakal rajin sholat lagiiiii." Ia masih mengingat betul bagaimana Indi sangat bahagia mendapat mukena baru.

Mama Indi tidak bisa menahan isak tangisnya lagi, ia memeluk mukena yang Indi berikan dan menumpahkan kesedihannya di dalam sana. Sejak Indi menginjakkan kakinya di Sekolah Menengah ia sudah sadar bahwa Indi adalah anak yang mandiri. Bahkan, Indi berjualan di sekolah tanpa sepengetahuannya, dan hasilnya ia belikan kebutuhan untuk sekolah, juga membeli ponsel untuk dirinya sendiri dari hasil berjualan. Semua ini ia ketahui dari wali kelas Indi.

"Indiiiii.." ia merintih memanggil nama indi.

"Maafin mamaaa ya, Ndi."

Sejak berjualan itulah, Indi tidak pernah lagi meminta uang untuk membeli keinginan atau kebutuhannya. Ia selalu berusaha sendiri untuk mengumpulkan uang sendiri demi mendapatkan apapun yang ia mau.

Ia meletakkan lagi mukena tersebut di kotaknya. Sesekali menyeka air mata di pipinya. Kemudian ia berdiri dan membawa kotak itu pada lemari. Setelah itu membuka lemari dan meletakkan kotak tersebut di atas pakaiannya. Sebelum menutup pintu lemari, ia mengelus atas kotak tersebut dengan kedua tangannya.

"Mama janji ngga akan larang kamu lagi untuk berpendidikan tinggi, Ndi."

"Mama sadar, kamu harus jadi wanita yang cerdas. Jangan seperti mama."

"Mama akan dukung kamu sampai kamu puas mendapatkan gelar-gelar yang kamu mau."

"Mama sayang kamu, Ndi."

Ia meneteskan air matanya lagi, kemudian menutup pintu lemari.

****

"Lah? Ngapain disini?"

"Lah lu juga ngapain, Bang?"

"Gue mau main, bosen banget di rumah."

"Eh iya, kenalin, adek gue." Chiko memperkenalkan adiknya pada Banu.

"Dimas,"

"Banu."

Mereka saling bersalaman. "Kok ngga masuk A, ke dalem?" Tanya Dimas pada Banu.

"Kayaknya ngga ada orang deh, dari tadi gue ketok-ketok, ucap salam, ngga ada yang jawab." Chiko yang mendengar heran.

Ia menginjakkan kakinya di teras rumah Aqila, kemudian mencoba untuk membuka pintu.

Trek. Terbuka.

"Lah ngga di kunci, gimana si ni bocah." Chiko marah layaknya orang betawi.

"Masuk aja, yuk!" Chiko mempalai Dimas dan Banu untuk masuk ke dalam rumah. Mereka berdua ikut masuk mengekori Chiko. Dimas mengucap salam ketika memasuki rumah Aqila, dan di jawab oleh Chiko juga Banu.

Banu memperhatikan dinding demi dinding rumah Aqila. Dinding tersebut dipenuhi foto keluarga. Terlebih foto Aqila dengan Jerry, itu lebih dominan. Bahkan sekitar delapan puluh persen foto di dinding ini berisi foto Jerry dan Aqila. Jerry telihat sangat menyayangi Aqila sedari kecil. Karena dibingkai sana terpampang Jerry yang selalu memeluk Aqila ketika berfoto. Merangkul Aqila, menggendong Aqila, mengangkat Aqila, dan masih banyak lagi.

"Gila ya, banyak banget foto bang Jerry sama Aqila." Tatap Banu tanpa kedip pada dinding tersebut. Setelah terpesona dengan bingkai-bingkai di dinding, sekarang ia menatap lemari yang ketika ia masuk sebenarnya ia sudah disambut oleh lemari hitam besar yang hanya berisi deretan buku. Tetapi Banu lebih tertarik pada frame yang tadi ia perhatikan.

"Iya emang, Jerry tuh sayang banget sama si Kila." Jawab Chiko.

"Dan paling ngga bisa kalo liat teh Aqila sedih." Sambung Dimas.

Setelah Banu membungkuk membaca judul buku-buku di dalam lemari, ia sadar. Bahwa buku ini lebih dominan novel. Sepertinya ini adalah koleksi novel milik Aqila, ditambah dengan buku milik Jerry dan beberapa buku milik kedua orang tuanya terkait bisnis, bisnis, dan bisnis.

Chiko sedang meraba-raba kulkas pemilik rumah, mencari sesuatu yang segar di dalam sana, dan akhirnya ia menemukan buah naga kesukaan Aqila yang diletakkan di lemari es bagian bawah. Aqila tahu jika ia tidak mengumpatkan buah tersebut, maka akan habis dimakan Jerry.

To : Aqila

Dek, gue minta buah naga lo ya, gue lagi di rumah lo.

Send.

Tring.

"Dih, bunyi apa tuh?" Chiko mencari sumber bunyi tersebut.

"Yeeee dasar bocahnya, kaga bawa hape. Percuma dong gue chat dia." Ucap Chiko kesal.

"Kenapa, A?" Tanya Dimas.

"Aqila ngga bawa HP." Jawab chiko.

"Seriusan, bang?" Tanya Banu kaget.

"Nih," Chiko mengunjukkan ponsel Aqila pada Banu. "Pantesan gue telpon ngga di angkat-angkat."

"Pantesan udah ada 20 panggilan di layar HP Kila." Banu tertawa mendengar Chiko yang sepertinya sengaja meledeknya.

****

"Gimana kucing saya?" Tanya Aqila pada dokter hewan tersebut.

"Kamu harus sering-sering kasih dia vitamin, karena kucing kamu ini lagi hamil." Ucapnya.

"Seriusan? Ya ampun Molyyy kamu mau punya anak." Aqila mengelus-elus bulu moly.

"Terus kapan Moly bisa seger lagi kaya biasanya?" Tanya Aqila.

"Besok juga udah sehat lagi, kok."

"Tapi jangan kamu kasih makanan kering dulu ya, kasih makanan basah aja." Sambung dokter.

"Oke, deh. Terimakasih ya, dok."

Trek.

"Gimana, de?"

"Kamu bakal punya keponakan," ucap Aqila sambil menutup pinti kandang moly.

"Serius? Moly lagi hamil?" Jerry terkejut senang mendengar kabar moly hamil. Tandanya di rumahnya akan bertambah kucing-kucing lucu lagi.

"Yuk, pulang!" Kata Aqila.

"Okeee bosss." Jerry meletakkan telapak tangannya di atas kepala Aqila lalu turun merangkul Aqila dan menggiring Aqila keluar untuk pulang.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Sekian dulu, jangan lupa vote untuk apresiasi. Terimakasih, tetap #dirumahaja

Love,
Author🌻

GAPAPA, KOK!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang