ᴛʀᴇ

286 56 14
                                    

"𝓑𝓾𝓽 𝓘 𝓭𝓸𝓷'𝓽 𝔀𝓪𝓷𝓽 𝓽𝓸 𝓬𝓪𝓻𝓻𝔂 𝓸𝓷 𝓵𝓲𝓴𝓮 𝓮𝓿𝓮𝓻𝔂𝓽𝓱𝓲𝓷𝓰 𝓲𝓼 𝓯𝓲𝓷𝓮,"

BRAK

Meja kaca itu dipukul sangat kencang hingga menyebabkan cangkir kopi diatasnya bergetar. Pria Italia yang berdiri dua meter dari meja tersebut ikut terkejut. Ia terus menatap bosnya yang sekarang sedang menjambak rambutnya sendiri. Wow, dia benar-benar kacau, gumam pria itu.

Harry membenarkan posisi duduknya. Ia mengatur napasnya sejenak sebelum menatap Luca, asistennya, yang masih mematung dengan tablet di tangannya. Harry merasa malu karena sudah bersikap tidak profesional dengan meluapkan amarahnya akibat masalah pribadi di kantor.

"Aku minta maaf atas kejadian pagi ini, Luca. Sampaikan kepada pegawai lainnya. Aku berjanji hal tersebut tidak akan terjadi lagi. Sekarang, tolong tinggalkan aku sendiri," Harry menyenderkan kepalanya di sandaran kursi sambil memijat pelipisnya.

Luca sedikit kaku namun tetap mengangguk. Ia keluar dari ruangan Harry dan membiarkan Harry berada di dalam sendirian. Ia kemudian dengan cekatan mengupdate surel-surel baru untuk Harry karena sebentar lagi ia akan kembali ke Amerika.

Awalnya, hal itu membuat Luca kaget karena kepindahan Harry pasti juga berpengaruh kepadanya. Namun, Harry sudah meyakinkan Luca kalau Harry akan tetap mempekerjakan Luca di kantornya walaupun ia sudah tidak lagi berada di Roma.

Karena jam makan siang dimulai sebentar lagi, ia langsung berjalan menuju kantin. Sudah lama ia ingin memakan scampi yang ada di kantornya itu. Mengingat rasa scampi yang lezat, Luca mempercepat langkahnya.

Sementara Luca bersemangat untuk menyambut jam makan siang, Harry justru sebaliknya. Ia membalikkan kursinya ke arah jendela. Ia berdiam diri cukup lama. Ia masih tidak percaya kalau ibunya melakukan hal ini hanya karena beberapa mulut kurang ajar mengatainya seorang pecandu seks.

Harry kaget ibunya langsung mengeksekusi rencananya. Ia pikir ibunya akan melanjutkan pembicaraan ini ke meja makan nanti malam. Nyatanya, sekarang ia sudah resmi menjadi kepala cabang perusahaan keluarganya di Brooklyn dan dalam tenggat waktu dua bulan akan bertunangan dengan Sierra Jones.

Harry hanya pernah bertemu perempuan itu sekali dalam seumur hidupnya. Ia tidak mengenalnya sama sekali. Heck, mereka bahkan tidak pernah berkenalan secara formal. Harry terlalu sibuk bersikap tidak peduli karena sebagian besar hidupnya diatur oleh skenario ibunya.

Walaupun begitu, Harry mengakui kalau hidupnya baik-baik saja. Ralat, karirnya baik-baik saja. Untuk kehidupan pribadinya, Harry masih merasa ditahan oleh aturan-aturan ibunya. Itulah sebabnya, Harry bosan saat ibunya sudah mengungkit soal pasangan hidupnya.

Harry hendak berbalik ke meja kerjanya. Namun, ia dikejutkan dengan dering ponselnya yang cukup mengganggu. Ia melihat nama akuntan pribadinya terpampang di layar. Dengan enggan, Harry mengangkat telepon tersebut.

"Selamat siang, Signore Styles. Signora Rossi menitipkan beberapa berkas kepindahan Anda di kantor pagi ini. Apakah Signore bisa ke sini sekarang untuk menandatanganinya? Dan maaf, sebelumnya. Signora Rossi menyuruhku untuk langsung menelpon Anda dan bukannya melewati Luca," suara Emilio terdengar jelas. Ia sangat hati-hati dalam menyampaikan pesan penting tersebut.

Harry menghela napas panjang sambil mengusap wajahnya kasar. Tentu saja ibu ingin pesan ini langsung diberikan kepadaku, gumam Harry. "Baiklah. Aku akan segera ke sana setelah jam makan siang. Terima kasih, Emilio," setelah mendengar balasan dari Emilio, Harry langsung menutup teleponnya.

Love Interlude ➳ Harry Styles [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang