"𝓝𝓸𝓽𝓱𝓲𝓷𝓰 𝓬𝓸𝓶𝓹𝓪𝓻𝓮𝓼 𝓽𝓸 𝔀𝓱𝓮𝓷 𝓘 𝓯𝓮𝓮𝓵 𝔂𝓸𝓾 𝓸𝓷 𝓶𝔂 𝓼𝓴𝓲𝓷,"
Jam masih menunjukkan pukul lima lewat tiga puluh. Namun, Lara sudah memulai pekerjaannya. Ia membalik pancake terakhir yang ia buat untuk sarapan pagi ini.
Saat sudah matang, Lara menaruh pancake tersebut di piring. Setelah itu, ia memanaskan mesin pembuat kopi. Lara tidak tahu jam berapa Finn akan bangun karena sekarang hari Sabtu. Biasanya ia akan bangun tepat sebelum ia berangkat kerja atau saat ia hendak bersiap-siap. Ia sengaja membuatkannya sarapan agar Finn tidak harus makan di luar.
Alasan lainnya yaitu Finn terkadang suka lupa waktu. Ia akan langsung bermain skateboard dengan teman-temannya tanpa sarapan terlebih dahulu. Finn bisa bermain dengan mereka sampai makan siang. Atau parahnya sampai Lara pulang bekerja. Ia bahkan tidak tahu bagaimana Finn bisa tahan selama itu.
Lara sedang menuangkan kopinya saat ia mendengar pintu kamar Finn terbuka. He's early today, batin Lara. Lara menoleh dan melihat Finn sedang berjalan gontai sembari mengusap matanya pelan.
"Selamat pagi, Sayang,"
Lara tersenyum. Ia mengambil piring lain untuk menaruh pancake milik Finn. Finn membalas senyumannya dan duduk di kursi pantry. Lara dengan cepat menaruh beberapa potong pancake dan menyiramnya dengan sirup maple. Setelah itu, ia mengambil susu dari kulkas dan menuangkannya ke gelas.
"Mom, are you up for some morning rants?"
Lara yang sedang berjalan ke arah Finn keheranan setelah mendengar ucapannya. Namun, ingatannya kembali ke malam tadi. Finn terlihat lelah dan sedikit kesal. Ia menaruh pancake dan susu ke hadapan Finn kemudian mengangguk.
"Tentu, Finn. Ibu selalu siap mendengarkanmu,"
Lara mengambil kopinya dan duduk di seberang Finn. Finn menusuk pancakenya dengan malas. Ia sama sekali tidak melakukan kontak mata dengan Lara. Lara, tentu saja, menunggunya dengan sabar. Ia merasa beruntung karena Finn masih mau menceritakan sesuatu yang membuatnya tidak nyaman.
Setelah beberapa menit, barulah Finn mendongak dan menatap Lara. Ia menaruh garpu yang sedari tadi ia pegang.
"Um, kau tahu tentang beasiswa dari NYU yang pernah kuceritakan kepadamu, 'kan?"
Lara menyesap kopinya perlahan dan mengangguk. Tentu saja ia tahu. Finn sangat menginginkan beasiswa itu. Oleh karena itu, Finn selalu bekerja keras dalam meningkatkan nilai-nilainya.
Finn sempat diam lagi. Lalu, ia melanjutkan ucapannya,
"Aku, uh, aku jadi tidak yakin dengan itu. Maksudku, aku ingin sekali masuk NYU. But I'm not sure I'm gonna make it."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Interlude ➳ Harry Styles [ON HOLD]
Фанфик𝘍𝘰𝘳𝘨𝘪𝘷𝘪𝘯𝘨 𝘥𝘰𝘦𝘴 𝘯𝘰𝘵 𝘦𝘳𝘢𝘴𝘦 𝘵𝘩𝘦 𝘣𝘪𝘵𝘵𝘦𝘳 𝘱𝘢𝘴𝘵. 𝘈 𝘩𝘦𝘢𝘭𝘦𝘥 𝘮𝘦𝘮𝘰𝘳𝘺 𝘪𝘴 𝘯𝘰𝘵 𝘢 𝘥𝘦𝘭𝘦𝘵𝘦𝘥 𝘮𝘦𝘮𝘰𝘳𝘺. 𝘐𝘯𝘴𝘵𝘦𝘢𝘥, 𝘧𝘰𝘳𝘨𝘪𝘷𝘪𝘯𝘨 𝘸𝘩𝘢𝘵 𝘸𝘦 𝘤𝘢𝘯𝘯𝘰𝘵 𝘧𝘰𝘳𝘨𝘦𝘵 𝘤𝘳𝘦𝘢𝘵𝘦𝘴 𝘢 𝘯𝘦𝘸...