"𝓘 𝓼𝓮𝓮 𝓿𝓲𝓿𝓲𝓭𝓵𝔂 𝓽𝓱𝓮 𝓹𝓵𝓪𝓬𝓮 𝓘'𝓵𝓵 𝓫𝓮 𝔀𝓲𝓽𝓱 𝓱𝓮𝓻,"
Jalanan kota Roma ramai tetapi tidak menimbulkan kemacetan yang serius. Harry menjalankan Maserati hitam miliknya dengan santai. Ia tidak ingin datang terburu-buru. Namun, ia juga tahu diri.
Jadi, sebelum berangkat ke apartemen Diane dan Blake, Harry membawa dua botol Barolo Rocche di Castiglione. Ia hanya berjaga-jaga kalau ternyata ia terlambat sampai di sana. Her sister is a sucker for Vietti's wines. Oleh karena itu, Harry hanya membawa wine dengan merek tersebut.
Jarak rumahnya dengan apartemen Diane hanya lima belas menit. Melewati beberapa gedung tinggi dan satu taman kota, Harry sudah sampai. Ia memarkirkan mobilnya di basement.
Dengan hati-hati Harry mengeluarkan bungkusan berisi botol-botol wine itu dari kursi penumpang depannya. Ia kemudian berjalan ke arah lift untuk naik ke apartemen Diane. Sebelumnya, ia melirik jam tangan miliknya. Pukul enam lewat tiga puluh lima. Artinya, ia belum terlambat.
Saat lift berhenti di lantai yang ia tuju, Harry segera keluar. Satu hal yang Harry benci mengenai apartemen Diane adalah tempat ini kelewat bersih. Ada cairan antiseptik yang disemprotkan setiap beberapa menit dari tempat-tempat yang ditaruh di setiap sudut ruangan.
Ia sempat berkata kepada Diane kalau tingkat kesterilan apartemennya ini melebihi rumah sakit kanker. Diane hanya tertawa saat Harry berkata seperti itu. Harry berhenti di depan apartemen Diane, G12. Ia mengetuk pintunya dua kali.
Tidak lama kemudian, Diane membukakan pintunya. "You're early," Diane tersenyum lalu memeluk Harry singkat. Ia menyuruh Harry masuk. Harry bisa mencium aroma chicken marshala dan pasta puttanesca dari tempatnya berdiri.
"Aku membawakanmu sesuatu," Harry memberikan bungkusan berisi dua botol wine tadi kepada Diane. "Oh my God, it's Vietti's! Terima kasih, Harry," Diane mengambil wine-wine tersebut dan menaruhnya di pantry.
Ia mengangguk seraya menaruh jaketnya. Alunan lagu Another Day In Paradise milik Phill Collins terdengar dari arah dapur. Same old Diane, batinnya. Harry kembali mengecek jam di ponsel miliknya. Sudah hampir jam makan malam dan Blake belum juga pulang.
"Blake lembur malam ini?", Harry berteriak dari ruang tengah karena suaranya pasti akan kalah dengan Alexa milik Diane dan suara alat-alat masak yang beradu. Diane pasti sedang sibuk dengan pastanya.
"Tidak. Aku menyuruhnya mampir di gelateria untuk membeli dessert karena kami kehabisan yoghurt dan pudding. Ada apa?", Diane berteriak tidak kalah kencang dari Harry. Ia menjulurkan kepalanya dari dapur. "Nah, I was just wondering," Harry berdiri untuk mengitari ruang tamu. Ia merasa sedikit bosan. Mungkin apartemen Diane yang baru saja ditata ulang ini dapat mengalihkan perhatiannya.
Diane menghampiri Harry dengan sebuah sendok kayu di tangannya. Ia menatap Harry yang sekarang sedang melihat foto-foto miliknya dan Blake saat mereka berlibur ke Bahama. "Apa ada berita baru soal kepindahanmu atau perjodohan itu?", suara Diane sedikit mengejutkan Harry.
Harry menoleh dan hanya menggedikan bahunya, "Tidak ada. God, Diane, I don't want to do this. Kau tahu betapa bodohnya aku jika sudah dihadapkan dengan perempuan." Diane memutar bola matanya kemudian kembali ke dapur. "You're a ladies' man, Harry. Deretan perempuan-perempuan itu tidak bisa menipuku. Kau hanya takut akan sesuatu yang mana harus kau jelaskan kepadaku dan Blake malam ini," Diane kembali sibuk dengan masakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Interlude ➳ Harry Styles [ON HOLD]
Fanfic𝘍𝘰𝘳𝘨𝘪𝘷𝘪𝘯𝘨 𝘥𝘰𝘦𝘴 𝘯𝘰𝘵 𝘦𝘳𝘢𝘴𝘦 𝘵𝘩𝘦 𝘣𝘪𝘵𝘵𝘦𝘳 𝘱𝘢𝘴𝘵. 𝘈 𝘩𝘦𝘢𝘭𝘦𝘥 𝘮𝘦𝘮𝘰𝘳𝘺 𝘪𝘴 𝘯𝘰𝘵 𝘢 𝘥𝘦𝘭𝘦𝘵𝘦𝘥 𝘮𝘦𝘮𝘰𝘳𝘺. 𝘐𝘯𝘴𝘵𝘦𝘢𝘥, 𝘧𝘰𝘳𝘨𝘪𝘷𝘪𝘯𝘨 𝘸𝘩𝘢𝘵 𝘸𝘦 𝘤𝘢𝘯𝘯𝘰𝘵 𝘧𝘰𝘳𝘨𝘦𝘵 𝘤𝘳𝘦𝘢𝘵𝘦𝘴 𝘢 𝘯𝘦𝘸...