1

20.4K 1.1K 9
                                    


"JOJO! Welcome home!"

Jojo terpaksa menyipitkan mata selagi mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan. Sejenak, matanya terbutakan. Lighting panggung warna-warni menyorot dirinya, membawa puluhan pasang mata berfokus padanya. Tepukan tangan dan teriakan masih menggema menyebut namanya saat Jojo pelan-pelan mengetukan heels ke tengah kemegahan panggung.

"Hei, nice to see you, Jay," Jojo menyambut uluran tangan Vijay. Vijay Ghale, tuan rumah berpotongan rambut hips dicat abu-abu. Saat ini mengenakan kaos putih dibalut suite dan celana panjang. Sosok awam yang dikenal sebagai host talkshow bergengsi. Dari hidungnya semua orang bisa menebak ia punya garis keturunan India.

Membiasakan diri, Jojo mengulum senyum pada hamparan penonton. Vijay mengajaknya duduk di sofa oranye tepat di tengah panggung. Pria itu beramah-tamah mengajak Jojo bicara tanpa mengaktifkan microphone yang terjepit di kerah kaosnya.

Membuka mik dan membetulkan letak earset-nya, Vijay pun memulai acara, "Apa kamu sudah pingsan, Jo? Rumahku sangat mengguncang bukan?" tanyanya.

Gemuruh penonton berhenti dilanjutkan tawa. Jojo tersenyum sambil mengangguk-anggukkan kepala. "Aku iri. Rumah ini sangat ramai," Jojo menunjuk ke para penonton.

Vijay mengerutkan kening. "Ohya? Memangnya ada berapa orang di keluargamu?"

Jojo diam-diam mengaduh dalam hati. Membahas keluarganya akan lebih kompleks dari pitagoras berpangkat miliar. Hiperbola? Sama sekali tidak. Keluarganya memang belitan benang yang terlalu lama dibiarkan semrawut. Tak tertata. Berantakan.

Jojo ragu menjawab, "Lima." Vijay mengangguk. Untuk meredam kegugupannya, Jojo menambahkan, "Termasuk anjing peliharaan kami." Berhasil, Vijay tertawa kecil.

Cara Vijay duduk sangat menyatakan betapa nyamannya ia di "rumah"-nya sendiri.

Jojo mencoba untuk tak kaku. Ia merubah posisi duduknya dengan duduk menyilang.

"Jadi siapa sebenarnya dirimu? Masuk ke Top sepuluh besar model se-Asia bukan prestasi yang semua orang bisa raih kan?" tanya Vijay.

"Well," Jojo mengedikkan pundak. Kedua tangannya saling bertaut di tempurung lutut. "Aku wanita dua puluh enam tahun dari Indonesia." Jojo merasa camera-man sedang meng-close up wajahnya.

"Tidak, aku mau tahu tentang dirimu. Ceritakan sesuatu tentang dirimu yang kami tidak ketahui," Vijay tersenyum padanya.

Jojo mengangguk paham. "Umurku dua belas tahun ketika ada orang yang menyarankanku masuk ke dunia model. Awalnya Ibuku tak mengijinkan, baru setelah percobaan beberapa bulan aku dibolehkan terjun."

Studio sunyi untuk beberapa saat. Mata Vijay memperhatikan Jojo seolah mewakili mata puluhan penonton. Berusaha tidak membuat semua orang kecewa—termasuk Vijay dan acara ini, Jojo memilih rangkaian kata yang tepat di kepalanya.

"Sebelumnya aku tidak punya gambaran tentang bagaimana karirku ketika dewasa. Dan sekarang, setelah semua yang kulewati, ternyata aku jadi benar-benar menyukai dunia ini," Jojo hanya bisa mendengar gema suaranya di studio ini. "Walau memang ada titik jenuh dan penderitaan seperti yang kalian pernah dengar 'model hanya makan kubis dan apel sehari'—ya, kebanyakan model memang begitu, tapi kalau kalian sudah mencintai apa yang kalian kerjakan kalian juga pasti akan mencintai kekurangannya."

Vijay mengangguk. Ia kembali dengan pertanyaan berikutnya, "Kudengar ada julukkan khusus untukmu. Namanya sangat brilian," Vijay tertawa renyah. "Death... Angel," Ia membaca. "Death Angel? Apa maksudnya itu?" tanya Vijay lagi, menyerahkan perhatian para penonton pada Jojo otomatis setelah pertanyaannya usai.

JOJOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang