8

3.8K 561 9
                                    


SYUTING dilakukan berjam-jam. Mba Nadya mengamati dari jauh.

Tadi pagi saat mba Nadya menjemput Jojo, Jojo juga bisa melihat ada lingkar panda di bawah mata mba Nadya yang tak jauh mengerikan dari yang ia punya. Keduanya diam saja di mobil. Tak seperti biasanya. Jojo juga memilih duduk di kursi belakang. Juga tak seperti biasanya.

Berulang kali sutradara mengambil take hari ini. Pak James, si sutradara video klip, tak puas dengan kerja Jojo. Tak terhitung berapa banyak take yang sudah diambil. Pak James kentara sekali mencoba memelankan suara untuk menegur Jojo. Jojo menganggap itu sebagai kemurahan hati.

Shooting berakhir pukul tujuh. Para kru berlalu lalang merapikan alat dan berkemas pulang. Jojo masih berbicara dengan sutradara untuk meminta maaf atas kinerjanya yang menurun. Saat itulah ia tak sengaja melihat Hiro.

Pria itu datang tanpa membawa sleeve macbook-nya dan berkas yang biasanya pria itu bawa. Tanpa melirik sekitar, Hiro berjalan lurus ke arah mba Nadya. Keduanya saling menyapa dan mengobrol tanpa tahu Jojo sedang memperhatikan.

Jojo terkesiap saat namanya dipanggil oleh pak James. Ia meminta maaf karena melewatkan apa yang pak James katakan dan berusaha mendengarkan kembali. Namun perhatian Jojo selalu menuju ke sana, pada Hiro dan mba Nadya.

Setelah kurang lebih sepuluh menit mengobrol dengan pak James, Jojo pamit pulang. Ia hendak berjalan menuju mba Nadya untuk mengajak pulang. Tapi ia ragu-ragu. Ia tidak ingin muncul dengan penuh ke-awkward-an di antara mba Nadya dan Hiro.

Ia sudah separuh jalan dan masih tak yakin harus muncul dengan cara apa. Sambil terus mendekat, Jojo mendengar Hiro dan mba Nadya sedang adu mulut. Kedua orang itu serempak langsung diam dan bersama-sama menoleh padanya.

Timing-nya tidak terlalu baik. Tapi Jojo masih kesal mengingat apa yang kedua orang itu pernah rencanakan untuknya. Jojo tak mengindahkan Hiro dan mengajak mba Nadya pulang, "Gue mau balik pulang," bossy Jojo dengan nada tak ramah.

Jojo merogoh tas berisi baju ganti, make-up jaga-jaga, dan segala keperluan yang biasanya diangakat dan dibawa mba Nadya. Jojo tak ragu membawanya sendiri karena tahu mba Nadya sedang hamil.

Mengabaikan keberadaan Hiro, Jojo melangkah melewati pria itu. Tapi ketika Jojo sadar mba Nadya tak mengikutinya dari belakang, ia pun membalikkan tubuh.

"Haloo?" sindir Jojo, menatap mba Nadya karena manajernya itu masih bergeming.

Mba Nadya mendesah panjang seakan pasrah. Manajer Jojo itu memberikan kunci mobil pada Hiro. Jojo tercengang menyaksikan itu.

"Apa ada yang bisa jelasin? Atau kalian mau nutup-nutupin seperti rencana kalian?" tanya Jojo ketus.

"Di mana lo parkir mobilnya?" Hiro bertanya pada mba Nadya, tak mengacuhkan Jojo seolah wanita itu tidak pernah ada di antara mereka.

"Tekan aja remote-nya pas dekat mobil. Bentar lo juga tahu," Mba Nadya menjawab malas. Keduanya berbicara seolah-olah angin menghembuskan Jojo pergi dari sana. Jojo mendengus memutar mata. Ia tak punya gagasan lain selain bahwa Hiro yang akan menyopiri mereka pulang. Tapi apa ini? Dari awal keberadaan Hiro di sini sudah sangat menjanggal. Rencana mereka sudah ketahuan, Hiro tak perlu lagi datang padanya untuk mencoba mengkorek-korek masalah Gio. Jadi tentang apa semua ini?

Hiro berjalan melalui Jojo tanpa repot-repot melihatnya. Jojo menganggapnya sebagai pembalasan dendam. Oke, Jojo siap. Ia tidak akan mengampuni lagi siapapun yang memperdayainya. Termasuk mba Nadya yang ternyata menggunakan Hiro sebagai alat untuk membujuk Jojo agar ia mau menuntut Gio. Syukurnya rencana yang bahkan belum setengah jalan itu sudah lumpuh. Terlebih, Hiro sama sekali tak pernah membujuknya atau menyebut nama Gio. Membujuk? Merayu? Hiro? Pada dirinya? Oh, yang benar!

JOJOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang