17

3.5K 500 9
                                    


MBA NADYA sibuk dengan kesehariannya; menerima telepon, menghubungi pihak-pihak yang meng-hire Jojo jauh hari sebelumnya untuk memastikan kepastian jam kerja, menyeting dan menjadwalkan satu-satu schedule Jojo, mengurus acara besar fashion week yang akan Jojo hadiri seperti berapa setel baju yang akan Jojo peragakan. Ia juga bekerjasama dengan penata busana untuk melihat model bajunya, apakah cocok dengan bentuk wajah, dan tubuh Jojo, dan masih banyak lagi.

Semuanya ia jalani penuh semangat walau sedang hamil selama dua bulan belakangan ini. Namun ada saat di mana ia ingin kabur, membuang semua pekerjaan dan mengajak Jojo kabur dari seluruh rutinitas ini.

Mbaa Nadya tidak tahan melihat Jojo. Wajah murung Jojo, raga kosong wanita itu yang jiwanya entah ke mana setiap kali diajak ngomong, dan tubuh Jojo yang semakin kurus.

Setiap hari mba Nadya menemui Jojo, setiap hari itu juga mata mba Nadya "berdarah" karena melihat Jojo. Perjuangan Jojo untuk berjalan, perjuangan Jojo ketika ia harus berpose tersenyum, perjuangan Jojo menyendok makanan ke mulutnya, saat Jojo menahan tangis di perjalanan menyetirinya pulang.

Seluruh perjuangan Jojo selama dua bulan itu.... Nadya tidak tahu apa alasannya. Jojo mulai seperti ini sekitar dua bulan lalu, ketika Jojo menghubunginya keesokan hari setelah mereka menghadiri gala premiere. Jojo ijin tidak masuk kerja, berkata tak enak badan. Esok setelah itu Jojo memang masuk, namun seperti bukan Jojo. Seakan ada yang mencuri jati diri Jojo, menggantikannya dengan yang palsu dan mengurung Jojo yang asli entah di mana.

Ini bukan testimony palsu, ini testimoni jujur dari Nadya; "Bosen, Van! Bosen banget lihat Jojo kayak gini," keluh Nadya pada Evan.

"Kamu udah tanya sama Jojo dia kenapa?" Evan sangat serius menanggapi. Walau tak secara langsung, Evan juga terkena imbas atas kelakuan Jojo. Istrinya, Nadya, setiap hari selama nyaris dua bulan ini selalu ngedumel.

"Udah, Van, udah! Tapi...." Ya, betul, tapi Jojo tak bersedia menjawab.

Jojo selalu diam, kabur, dan atau tiba-tiba mengalihkan topik. Nadya jadi tak berdaya. Nadya pun hanya bisa lanjut menyaksikan ke-"zombie"-an Jojo lagi.

Pernah suatu hari, setelah Jojo memuntahkan makanannya karena dipaksa makan oleh mba Nadya, mba Nadya akhirnya menghubungi Jovan karena sudah di ambang kekhawatiran. Mba Nadya menanyakan pertanyaan komplit terkait Jojo, tapi adik Jojo itu tak memberikan jawaban seperti yang Nadya harapkan.

Jovan berkata tidak ada masalah serius di rumah. Adik Jojo itu juga melaporkan kesaksian yang ia dapat dari mbok Ike dan mbok Tuti, dua pembantu rumah tangga di rumah mereka. Kata mereka, Jojo malam-malam sering keluar kamar dan ketiduran di sofa. Jojo juga sering bolak-balik kamar mandi, kata mereka Jojo suka muntah-muntah. Ketika makan pagi bersama, Jojo hanya minum air putih dan selada. Dan saat kedua majikannya, ayah-ibu Jojo, memegangi Jojo, biasanya Jojo menepis tidak suka disentuh, tapi belakangan Jojo selalu menangis saat dipeluk mereka.

Oh! Apa karena.... Nadya mendadak berdiri dari kursinya. Ia menerobos masuk ke ruang fitting, langsung tersorot pada tulang punggung Jojo yang semakin menonjol. Jojo tengah mencoba dress tak berpungung dari kain brokat berwarna coklat kulit.

Jojo melirik dari kaca, melihat mba Nadya berjalan ke arahnya nampak geram.

"Eh, Nadya," Terry menyapa mba Nadya, "Kebetulan Jojo udah selesai pakai bajunya. Gimana menurut kamu?" Terry adalah salah satu ahli tata busana dari Julianna Chang Indonesia. Pria botak "melambai" itu sedang duduk menilai tampilan Jojo yang saat ini sedang memperagakan baju-baju dari Brand JCI.

"Hai, Ter," Mba Nadya balas menyapa singkat. Ia membelakangi Terry dan berdiri tepat di depan Jojo.. "Jo, mana HP lo? Biar gue lihat," Mba Nadya menjulurkan tangan.

JOJOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang