14

4.1K 528 9
                                    


SEHARUSNYA sudah terbiasa, namun Jojo belum bisa menerima keadaannya di rumah ini. Ayah dan ibunya pergi bekerja setiap pagi. Jovan biasanya hanya pulang di akhir minggu bahkan tak pulang sama sekali. Walau Jojo juga pergi pagi dan pulang malam setiap hari, ia masih belum terbiasa dengan bunyi pintu rumah pukul sebelas malam yang terbuka dan "ayah pulang!" yang kedengaran dari lantai bawah setiap malam.

"Sekarang kita ke mana, Mba?" Jojo berjalan di samping mba Nadya yang sibuk melihat layar HP sedari tadi. Mereka berbelok di lorong, keluar dari studio sehabis testscreening untuk videoklip.

Mba Nadya berhenti bermain HP, mengernyit menoleh Jojo. "Masa lo lupa, Jo?" Lupa? Maksud mba Nadya? "Gue kan sengaja ngosongin jadwal lo buat itu." Itu?

Jojo mengerjapkan mata inosen.

Mba Nadya meniup udara. "Gala-premiere-nya nanti sore, Jojo," peringatnya.

Oh, itu yang itu! "Sori, gue baru ingat," Jojo agak terkesiap. Luapan keceriaan memikirkan ia akan duduk di barisan bioskop membuatnya tersenyum. Jojo tiba-tiba tersadar. Ia menghadapkan badan ke depan mba Nadya. "Berarti malam ini kita nge-date berdua ya, Mba?" Jojo tidak sabar. Ia sudah lama tidak pergi jalan-jalan berdua saja dengan mba Nadya.

"Ah? Nge-date apanya? Kita bereenam, kok," tampik mba Nadya. Jojo langsung mengerutkan kening. Mba Nadya lantas menjelaskan, "Gue udah bilang belum tiketnya ini kita dapat free dari pacarnya Heri? Makanya Heri ngajak kita semua."

"Semua...?"

"Lo, gue, Evan, Hiro, Erik, sama Heri. Tapi Heri mending jangan dihitung soalnya dia kayaknya ikut gerombolan pacarnya."

'"Ohh, gue kira..." Jojo hanya bisa mengangguk paham. Ia kembali lanjut berjalan.

Mereka sudah tiba di dalam mobil. Jojo yang mengemudi. Mba Nadya duduk di sebelahnya. "Oh ya, Jo, gimana lo di rumah?" tanya mba Nadya saat Jojo sudah menjalankan mobil.

Jojo terjeda dari khayalan me-mix and match kan pakaian apa yang cocok untuk dipakai ke gala nanti. "Nothing's new. Biasa aja, Mba."

Ya, kalau percelotehan ibu dan ayahnya saat mereka makan di meja makan, atau melihat dua pembantu di rumahnya melanjutkan pekerjaan rumah sambil diam-diam melantunkan dangdut sementara tuan rumah saling tuduh dan saling tuding di depan mereka bisa dibilang "nothing's new" alias biasa saja.

"Nice. Bilang ke gue kalau lo butuh bantuan, oke?" Mba Nadya memegang pundaknya.

Jojo mengangguk, tersenyum, "Thanks, Mba."

"Oke, kalau gitu gue masuk dulu ya, Jo," Mba Nadya turun dari mobil saat mobil Jojo sudah berhenti di depan rumah mba Nadya. "Acaranya mulai jam lima sore. Masih ada tiga jam lagi. See you at gala."

Jojo mengangguk paham, kemudian mendadai mba Nadya dari dalam mobil. Ia baru akan tancap gas ketika mba Nadya yang tadinya sudah di teras rumah tiba-tiba meneriakkan nama Jojo sambil jalan tergopoh-gopoh berjalan balik ke mobilnya. Jojo spaning langsung keluar dari mobil, "Mba Nad, hati-hati dong jalannya," tegur Jojo.

"Sori, sori... gue baru nelpon dia tapi nggak dijawab," kata Mba Nadya terengah-engah. "Do he a favor, Jo. Kayaknya HP dia mati."

* * * *

"Tok, tok, tok."

Hiro sedang memeriksa dokumen legal audit terkait kasus perusahaan ketika seseorang berulang kali mengatakan "tok" dari arah pintu ruangan. Sambil membaca lembarannya Hiro berkata, "Kenapa, To? Lo pulang, pulang duluan aja. Gue masih kerja. Minta tolong Mba Yashi mati-matiin lampu sama AC aja biar tagihan listrik nggak naik kayak bulan lalu."

JOJOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang