16

3.5K 515 19
                                    


JOJO sempat terbangun pukul dua pagi. Ia bangun, menemukan Hiro di sisinya, sedang tidur menghadapkan wajah padanya. Lengan Hiro ternyata terbentang, yang ternyata ia gunakan untuk bantal tidur sejak tadi. Takut lengan Hiro pegal, Jojo menurunkan tangan Hiro, meletakannya pelan sekali agar tak membangunkan.

Ia terus memandangi Hiro. Rambut berantakan Hiro, alis tebalnya, rahang kokohnya, pundak dan lengan itu... Jojo mengaggumi semuanya.

Jojo tak pernah menemui pria sedewasa Hiro. Namun yang paling menyentuh adalah karena Hiro mampu menemukan jawaban atas pertanyaan yang selama ini Jojo cari; menyadari siapa dirinya.

Siapa dirinya berkat Hiro? Dirinya adalah wanita naïf, wanita ceroboh yang jatuh hati pada siapapun yang memberinya cinta. Ia adalah wanita yang ditinggal ayahnya saat seorang ayah bisa menjelaskan siapa dan mana pria baik itu. Bagaimana tanda laki-laki yang memang menginginkannya atau yang hanya bermain-main dengannya.

Namun karena Hiro, Jojo akhirnya mengerti, bahwa tidak semua pria ternyata baik. Dan tidak semua pria orang yang buruk. Kehadiran Hiro sendirilah yang menguak pelajaran itu padanya. Pria itu bahkan mungkin tak menyadarinya. Dan itulah bagian terbaiknya.

Jojo ingat ia tak ingin jatuh cinta lagi. Tapi nyatanya itu di luar kendalinya. Tapi nyatanya ia bertemu Hiro. Ia menyadari bahwa tidak apa-apa untuk jatuh cinta. Kita butuh setidaknya jatuh pada orang yang salah sekali untuk mengenal bagaimana itu cinta yang benar. Dan menghargai kehidupan saat akhirnya bertemu orang yang tepat.

Memandangi Hiro, Jojo menampik air di ujung matanya. Ia merapikan rambut Hiro dan menyentuh telinga pria itu.

Hiro terbangun. Pria itu bergerak. Jojo tersenyum. "Hai," Jojo berbisik.

Hiro balas tersenyum dengan tampang baru bangun. "Hai," sapanya. Damai sekali.

Melihat air di sudut mata Jojo, Hiro mengerutkan kening. "Jo?" tanya Hiro cemas. "Kenapa?"

Jojo menggeleng mengusap mata, tidak membalas. Hiro mencium bibir Jojo lagi, mengira itu bisa mengalihkan Jojo dari kesedihan. Tapi Jojo meneteskan air mata selagi masih berciuman, diam-diam tak ingin Hiro tahu.

Karena entah apa yang akan terjadi besok ketika ia menyerahkan rahasia itu pada Hiro. Itu tak akan cukup untuk membuat Hiro mungkin bisa memaafkannya. Dan bagaimana itu tak akan cukup juga untuk memaafkan dirinya sendiri.

* * * *

Jojo terbangun lagi. Saat ia membuka mata, matahari sudah cukup tinggi dan ia harus menyipitkan mata saking silaunya. Ketika memikirkan Hiro, Jojo langsung tersenyum. Pria itu sudah tidak di kasur di sampingnya. Entah ke mana.

Turun menuruni tempat tidur, Jojo masih menutupi tubuh dengan selimut. Ia memakai baju, menyisir rambut seadanya dengan jemari, lalu mencuci muka. Menatap bayangannya di cermin, Jojo tersenyum sendiri.

Jojo melangkah menuju pintu dan keluar dari kamar. Ia melihat Hiro sudah mengenakan kembali kemejanya meski kerahnya kurang rapi. Pria itu sedang duduk di bar memunggungi Jojo. Jojo baru saja akan menyapa Hiro ketika tiba-tiba ia melihat ada laptop di meja marmer itu, sedang menayangkan sesuatu yang membuat Jojo langsung membeku.

Karena itu adalah dirinya, bugil, tanpa sensor, bersama seorang pria yang saking keparatnya, namanya tak mau ia sebut bahkan dalam pikirannya.

Napas Jojo tercekat. Telinganya mendengungkan "nging" tak bisa mendengar apapun. Matanya terpaku pada layar laptop milik Hiro yang sering pria itu bawa. Dan Hiro menyaksikan rekaman itu. Video yang sama sekali tak layak ditonton oleh siapapun. Video yang bahkan Jojo tidak sadar diambil dan disimpan dalam kartu memori.

JOJOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang