18

3.6K 522 19
                                    


PAGI ini, di rumah Jojo, keributan besar terjadi.

"Aku nggak pernah nyuri. Ini pertama kali ada istri nuduh suami nyuri barangnya. What a weird," Ayah Jojo membela diri. Yang lantas membuat istrinya menuding, "No! It's extreamely not weird. Kamu tahu tetangga kita? Istrinya nuduh suaminya bunuh kucing mereka."

Perkelahian lebih besar dari perkelahian biasanya membuat seisi rumah heboh pagi-pagi. Jojo bahkan sampai keluar kamar karena terdengar suara pintu terbanting yang ternyata hanya suara Mbok Ike menjatuhkan ulekkan.

"So-sori, Non, Mbok nggak konsen," jelas Mbok Ike saat Jojo menghampiri ke dapur.

Jojo paham mengapa mbok Ike tak fokus kerja. Dua orang itu sangat berisik sampai ia sendiri terbangun dan tak bisa tidur lagi. Jojo meminum air putih sambil melihat kondisi di ruang tengah. Ibunya keluar masuk kamar tidur, nampak tergesa, sepertinya siap pergi kerja. Sebaliknya, ayah terlihat sangat santai di sofa, membaca koran dengan seksama.

Berkat ancaman mba Nadya, Jojo akhirnya banyak menghabiskan waktu di rumah. Ia sering melihat ibu-ayahnya pergi dan pulang kerja. Orangtuanya sepertinya tidak akrab belakangan ini. Hmm, mereka memang tidak akrab sejak dulu, tapi Jojo yakin kali ini masalahnya lebih serius.

Jojo membuka HP-nya sambil minum air putih. Ia melihat apakah ada berita terbaru terkait pekerjaannya. Karena selama seminggu ini ia tak bekerja, beberapa pihak tak menyukai penundaan jadwal kerja Jojo pun membatalkan kontraknya. Sebagian yang tak keberatan memutuskan untuk mengatur ulang jadwal mereka.

Tim Julianna Chang sendiri, terkait event fashion week, merasa terganggu karena Jojo memutuskan untuk break sejenak. Karena kerja adalah kerja, mereka memberi Jojo ijin untuk tidak mengikuti beberapa workshop dan kelas catwalk, tapi ia harus tetap datang ke gladi resik di pertengahan minggu yang mana adalah besok.

Di HP-nya, Jojo melihat pesan dari nomor tak dikenal milik Gio. Pria itu masih menerornya. Laki-laki itu juga kadang-kadang memberinya hadiah spesial seperti yang terjadi tiga minggu yang lalu. Malam itu mba Nadya tidak masuk karena sedang melakukan pemeriksaan rutin kehamilannya bersama mas Evan. Jojo baru keluar dari sebuah studio untuk syuting video klip dan melihat mobilnya sudah penyok dan penuh dengan cat. Spion kanan mobilnya patah, bannya kempes parah, bampernya penyok. Tragis sekali.

Satpam penjaga studio tidak melihat apa-apa karena tengah jaga keliling bangunan di gedung lain. Itu sudah pukul dua belas malam lewat. Jojo tak mengambil langkah apapun kecuali memanggil taksi untuk pulang. Mobilnya masuk bengkel sampai saat ini.

Apa setelah itu Gio menerornya lagi? Masih! Cowok itu sempat mencarinya ke tempat pertemuan para model untuk fashion week Julianna Chang. Dengan masker dan semua penyamarannya yang sia-sia ia mencari Jojo. Untung saja Jojo sedang berada di tengah kerumunan model lain.

Untuk melupakan hal sesat seperti Gio, Jojo menghabiskan waktu dengan melatih cara berjalannya yang entah kenapa terlihat lebih bungkuk. Ia berlatih keras tiap hari, berkeliling rumah menggunakan heels-nya, berjalan seolah kebun dan ruang tamu altar runway panjang yang tak pernah ada ujungnya.

Di sela-sela latihan Jojo sering istirahat. Belakangan ia cepat lelah. Ia duduk di kebun, di bar, di kasur, di sofa, di beranda, di mana-mana. Ia duduk dan cuman termenung, kadang-kadang memikirkan Hiro. Memikirkan kali terakhir laki-laki itu tersenyum padanya.

"Non Jojo, mau makan apa siang ini? Gimana kalau bubur?" Mbok Ike tiba-tiba saja datang saat Jojo sedang duduk di tepi kebun, sedang istirahat sehabis latihan berjalan.

Jojo menggeleng, "Nggak, Mbok. Saya belum pingin makan," jawabnya.

Mbok Ike meringis, "Non Jojo jangan gitu, mah," kata mbok Ike, lalu melirik perut Jojo. "Nanti janinnya kering loh."

JOJOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang