2.

1.8K 182 13
                                    

Zon evoria sebentar kala dia tahu Elma terkejut dan sedikit patah setelah dia bilang homo. Seperti kemenangan sejati bahwa dia tak terluka saat membaca pesan dari Elma. Intinya disini Zon menang karena Elma merasa dirinya yang ditipu.

Tapi Zon lupa, apa dampak dari perbuatannya itu. Karma ucapan yang sembrono. Dan kini dia duduk di kasurnya sambil menatap kedua orangtuanya yang bakal memberondong pertanyaan seperti tahanan yang baru saja melakukan kejahatan.

Kekerasan tidak dibenarkan disini. Walau papah Zon galak dan sang mamah cerewet tapi mereka anti untuk memukul puteranya.

........

"Jadi sejak kapan Zon menyukai pria?"Tanya sang papah sembari menarik nafas panjang dan mengeluarkannya perlahan. Sang papah juga harus jaga kesehatan jantungnya. Punya putera ajaib dan kini punya pilihan yang ajaib harus benar benar didampingi takut takut salah pergaulan dan jadi anak nakal.

"......."Zon diam tanpa menjawab. Zon aja bingung. Dia masih belum suka pria ingat garis bawahi masih belum suka PRIA artinya banyak kemungkinan dan bisa jadi. Ditambah Zon  membayangkannya saja geli. Lantas pertanyaan sang papah tentu tak ada jawabannya.

"Apa Zon suka Saifah apa kalian pacaran, kata Zol....."Mamah sepertinya dapat komporan meleduk dari Zol yang jelas imformasinya tidak bisa dipertanggungjawabkan.

Zzzzxzt

Zzzzzt

"Zol......"Zon mulai mengingat kembali dimana Zol menangkap basahnya ciuman dengan Saifah. Tapi kan itu kecelakaan gak ada hasrat cinta sama sekali. Argggggh, hoax itu sungguh sesat.

"Iya, Zol bilang kamu dengan Saifah......"Mamah memijit kepalanya pusing. Tak kuasa membayangkan puteranya yang lambat itu yang sangat dia sayangi, sangat dia jaga bahkan tahu kalau Zon itu emang lebih lembut dari Zol anak perempuannya harus dihadapkan kenyataan bahwa belok. Jlep..........ini hati. Kandas sudah, tapi mau bagaimana lagi. Mau buang anak unyu itu kan sayang.

"Ah......."Zon mulai memikirkan apa alesan yang bagus agar kedua orangtuanya mengerti dan tidak membuat prasangka terhadap Saifah. Dan kini Zon dengan kapasitas otak yang pendek tengah berfikir keras tentang apa jawaban agar kedua orangtuanya tidak mengkait kaitkannya dengan Saifah. Yang jelas akrab aja tidak.

"Zon....."Papah mulai kesal dengan puteranya yang lembek itu. Jawab aja harus tarik ulur. Mau jelasin aja harus pake mikir.

"Jangan percaya Zol. Zol sesat pah....mah.....percaya sama Zon. Itu hanya kecelakaan lantainya licin dan Saifah jatuh begitu saja diatas Zon. Jadi kesimpulannya Zon suka pria tidak ada kaitanya dengan Saifah." Zon maunya belok sendiri kalaupun belok. Dan berbohong untuk dirinya sendiri gak ada kaitannya dengan Saifah. Tapi penjelasannya sangat tidak diminati oleh kedua orangtuanya. Jadilah orangtuanya punya kesimpulan sendiri.

"Begitu...."Mamah mengangguk dan memang mamah tahu kalau itu puteranya tengah berusaha mengarang cerita jadi harus dihargai. Kalau perlu dikasih bintang tiga biar seneng.

"Mamah dan papah gak marah kan?"Tanya Zon mengenai pilihannya untuk belok.

"Kalau Zon menemukan pria yang baik papah setuju."Lantas papah pergi meninggalkan kamar Zon setelah menepuk pundak puteranya. Papah berat sebenarnya harus menerima itu tapi mau bagaimana lagi. Mau mukul Zon sampai mati pun tak akan menyelesaikan masalah. Dan sebenarnya kebelokan itu bukan masalah. Yang masalah itu kelakuan tidak baik setelah belok. Itu yang sebenarnya selalu dilupakan. Jadi apa boleh buat sang papah harus menerimanya dan harus lebih ekstra jagain puteranya yang ajaib itu.

#quote sesat jangan ditiru dirumah.

"Mamah berharap Zon sama saifah saja."Harapan mamah karena tahu Saifah memang baik. Dulu saat Zon SMA mamah sering bertemu Saifah dan kebetulan mamah Saifah juga akrab dengan mamah Zon.

"......"Zon cengo. Doa orangtua itu suka diamini dan kini setelah semuanya pergi Zon merebahkan dirinya diatas kasurnya. Dia pusing dan tiba tiba suhu tubuhnya naik.

.........

Ting

"Zon apa kamu baik baik saja?"Tanya Saifah dibalik telpon. Takut kalau kalau Zon dikuliti oleh orangtuanya.

"Seharusnya kamu menanyakan untukmu sendiri."Balas Zon asal asalan. Dia pusing dan kini harus ditambah Saifah menghubunginya. Zon pusing karena setelah hari ini pasti besok itu sang mamah kepo terus dengan Saifah.

"Kenapa?"Tanya Saifah bingung.

Apa masalah tentang mobilnya yang nyungsep di lubang itu yang ada diotak Zon takut takut kalau dirinya bakal dibasmi sama papahnya, karna Saifah gak tahu kalau Zon bakal menjerumuskannya. Hmmm tapi itu bukan masalah besar bagi Saifah yang papahnya punya pabrik mobil di Jepang. Tinggal telpon mobil baru nongol. Lantas Saifah bingung, Zon pusing gegara apa? Dia gak bakal minta ganti rugi juga.

"Tentang mobil tidak usah khawatir." Saifah menjelaskan agar Zon tidak perlu memikirkan itu.

"Bukan itu."Zon membolak balikkan tubuhnya diatas kasur. Zon itu tipikal rumit, tinggal ngomong bla bla tapi dia milih turun naik gunung turun lagi untuk menjelaskannya bahkan banyak istirahatnya. Intinya lama.

"Bicaralah jangan membuatku bingung." Saifah itu sabar orangnya, tapi untuk Zon saja. Andai bukan Zon udah dech jangan ditanya. Bad boys seperti Saifah pasti udah bikin anak orang masuk rumahsakit. Karna itu Zon gak akrab dengan Saifah, Zon sekedar kenal saja cukup. Zon emang suka cari aman.

"Mamah mengira kita pacaran." Akhirnya Zon ngaku. Dan itu perlu waktu lama. Sampe pembukaan 12 baru itu Zon mau buka mulutnya.

"Hahahaha."Saifah langsung tertawa terpingkal tanpa memikirkan perasaan Zon yang mumet. Padahal Zon mikirnya Saifah bakal syok dan misuh misuh dihadapannya.

"Kenapa tertawa?"Tanya Zon bingung, masih dengan ekspresi unyu itu. Baginya ini masalah serius tidak ada unsur jenaka sama sekali. Emang dikira Srimulat.

"Masak gegara aku ngomong suka pria dan kita ketangkap basah ciuman kita pacaran?"Zon menambahkan dan dibalik telpon masih stay Saifah tertawa guling guling tentang kepolosan Zon yang hakiki.

"Nunggu dua bulan atau satu tahun baru sah gitu?"Saifah meledek. Mata sipitnya hampir tinggal segaris karna menahan tawa.

"Kita gak akrab ya.... Bye."Zon lantas menutup telponnya.

Tut

Tut

Tut

"Zon...hallo...Zon....dasar bayi."Saifah masih melanjutkan senam mukanya. Nyatanya Zon kini jadi energi tersendiri untuknya. Dia tertawa lepas dan ingin sekali melihat ekspresi Zon saat ini. Pasti sangat lucu dan itu membuat Saifah berfikir untuk menggoda Zon keesokan harinya.

Fighting.
.......

Tbc.

Disini hujan genks.
Selamat malam minggu.
Kalau gak suka bikin skenario sendiri trus dm aku. Ok

saifahZon story (bxb)TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang