18. Keributan di Pagi Hari

137 18 2
                                    

          AYRES terbangun dari tidurnya karena ada suara keributan di lobi asrama. Memang biasanya anak laki-laki selalu gaduh, namun kali ini ada sesuatu yang berbeda. Dengan mata setengah terbuka, Ayres mengucek matanya, "HOAHMM..," Ia lalu menguap dan menggeliat, merentangkan kedua tangannya agar tidak kaku. Ayres lalu melihat teman sekamarnya, Briggs, yang masih tertidur dengan lelap. Dengan mengendap-endap, ia pergi keluar kamar dan memakai mantelnya yang berwarna abu. Ayres turun ke bawah menuju lobi, ia mengecek dan melihat keributan apa yang mengganggu tidurnya, padahal ini masih pagi buta dan yang lain pun belum bangun.

             "Tuan Jo, aku tidak bisa tinggal disini!" Ujar seorang laki-laki yang tetap bersikukuh dengan keinginannya, ia melihat sekeliling lobi asrama sambil merutuki pria di hadapannya.

              Seorang pria setengah baya menggelengkan kepalanya, "Maaf, pangeran, tapi ini hukuman dari Yang Mulia Raja karena pangeran telah melakukan kesalahan," Ia menunduk seraya di hadapan laki-laki itu.
"Lagipula, pangeran tidak akan selamanya tinggal di tempat itu, bukan? Disini anda bisa bergaul dengan para pengendali elemen lainnya,"

              "Terserah kau saja!" Balasnya dengan ketus, lalu dua orang Mador datang dari arah pintu masuk membawa barang-barang dan memindahkannya ke sebuah kamar di atas. Pria setengah baya itu lalu menunduk sebelum pergi keluar dari asrama laki-laki itu.

               Ayres hanya bisa cekikikan dari kejauhan melihat Tristan yang protes karena dipindahkan kamar tidurnya, anak laki-laki itu memang pantas mendapat balasan seperti ini dan keegoisannya semakin jelas dilihat jika ia berada disini. Tiba-tiba saja, Malakai lewat sambil membawa handuk yang disimpan di bahunya, ia melihat Tristan yang berdiri di tengah lobi dengan wajah kesalnya.

            "Dasar anak manja," Ledek Malakai sinis. Ia menyunggingkan senyumannya pada Tristan, Tristan membalasnya dengan tatapan tidak suka.

             Tristan langsung membalikkan badannya, ia merasa tersinggung dengan kata-kata Malakai. Tristan memutar bola matanya, ia sudah malas untuk bertemu Malakai, Malakai adalah alasan mengapa Tristan tidak mau tinggal di asrama laki-laki karena Malakai merupakan rivalnya, ditambah lagi ia pasti akan bertemu dengan Si Metallon norak.

            "Jaga ucapanmu, bocah Earther lemah," Ejek Tristan, ia lalu membawa tasnya dan pergi ke kamarnya yang berada di lantai atas. Ayres yang berada di sisi tangga tanpa sengaja bertatapan langsung dengan Tristan, Tristan menatap sinis Ayres. "Ck.., kenapa aku harus bertemu dengan Metallon ini," gumamnya.

          Ayres menahan nafasnya, ia seakan terintimidasi dengan tatapan Tristan yang merendahkan dirinya itu. Ia lalu berdiam sejenak dan tanpa pikir panjang ia lalu memutuskan untuk kembali lagi ke kamarnya.

          "Jangan pedulikan dia," Ujar Malakai pada Ayres sambil berlalu pergi.

          Ayres mengangguk-angguk, ucapan Malakai ada benarnya juga, ia hanya tidak perlu mempedulikan orang yang membullynya. Walaupun Tristan adalah seorang putera mahkota Kerajaan Api, jika ia memperlakukan orang seenaknya, untuk apa Ayres tunduk kepada orang sepertinya? Yah... Meskipun nyali Ayres selalu menciut jika ia bertemu dengan Tristan walau ia sudah memasang wajah Sok Garang-nya itu.

         Ayres melangkahkan kakinya kembali menuju ke kamar, tampak Tristan yang sedang masuk ke sebuah kamar di ujung lorong. Ia memasang wajah kusutnya, sepertinya ia akan banyak mengomel kali ini. Benar saja, ia baru memasuki kamar itu dan ia sudah mulai menyebalkan. Ayres hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Sial...dia mulai lagi.

.
.
.

           Seana menarik nafasnya dalam-dalam, ia lalu memijat pelipisnya, dilihatnya sinar mentari yang menembus jendela kamarnya. Semalaman suntuk ia tak bisa tertidur karena terus memikirkan dua orang yang berbicara mengenai Samudera di perpustakaan kemarin malam. Apa hubungan mereka dengan Samudera? Semua ini menjadi teka-teki bagi Seana, terlebih lagi ini pasti ada sangkut pautnya juga dengan hilangnya Samudera. Jikalau Samudera diculik pun, bukankah 7Element ini terletak di sebuah pulau yang berada di tengah-tengah ketujuh daratan dan akses kesini pun sangat sulit?

7ELEMENT : Tale of Seven ElementsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang