Pagi hari sekali, sebelum kelas dimulai, empat sekawan yang beranggotakan Tristan, Leo, Lucius, dan Edna itu pergi ke sebuah tempat yang letaknya sangat jauh dari kompleks gedung tempat belajar.
Mereka pergi ke sebuah pondok yang letaknya di bawah kaki bukit, tempat itu adalah markas mereka. Mereka berempat sengaja membangun tempat itu dengan alasan ingin sebuah ketenangan dari pengendali elemen lainnya.
Pondok itu bukanlah pondok reyot yang seperti orang-orang pikirkan, justru sebaliknya di dalam pondok itu terdapat perpustakaan mini, ruang istirahat, dan koleksi antik, tentunya juga ruangan tersebut didominasi oleh warna merah dan emas.
"Aku tak bisa tidur semalaman," Celetuk Lucius sambil merebahkan dirinya di atas sofa berwarna merah, ia menghela nafasnya.
"Kenapa?" Tanya Edna sambil memberi
"APA?! KAU DIHUKUM?!" Suara nyaring Lucius menggema di ruangan itu, ia lalu mendekat ke arah Tristan yang sedang memainkan api di perapian.
Tristan mengangguk tanpa menoleh pada Lucius. Mata Leo dan Lucius membulat, mereka tak percaya bahwa Nyonya Elijah menghukum Tristan yang notabenenya adalah seorang putera mahkota dari Kerajaan Api. Seorang Tristan? Terkena hukuman? Apa jadinya jika sang ayah tahu, Raja Atash, mungkin saja ia akan dimarahi habis-habisan.
Edna tertawa terbahak-bahak mendengar sahabatnya itu dihukum membersihkan menara. Tristan memberinya tatapan tajam sehingga Edna berhenti tertawa, ia tahu Tristan tak suka dijadikan bahan lelucon.
"Jadi? Malakai itu membuatmu kena masalah ya?" Tanya Edna berusaha mengorek informasi dari Tristan.
Tristan berbalik, kemudian ia duduk di atas kursi empuk berwarna merah tersebut. Ruangan belajar privat bernuansa merah yang dipesan Tristan sejak pertama kali ia masuk ke 7Element ini kini menjadi markas mereka. "Anak itu benar-benar menyebalkan, dia hampir meninju wajahku,"
"Wow, dia benar-benar ingin meninjumu dengan batu-batunya," Celetuk Leo, "Menarik,"
"Sebenarnya kami berkelahi dengan pengendalian elemen," Ujar Tristan datar.
"Siapa yang menang? Naga atau ular gurun raksasa?" Tanya Edna terkekeh sambil melipat kedua tangannya di depan dadanya.
"Semua kacau saat si Gadis air itu datang dan kami semua dihukum membersihkan menara terkutuk itu," Jawab Tristan dengan malas.
"Gadis Sok Pahlawan itu memang benar-benar mengganggu saja! Setidaknya kita harus memberi sedikit pelajaran sebelum turnamen nanti kan?"
.
.
.Bel berdentang tanda istirahat, semua murid keluar dari masing-masing kelas dan gedung mereka, semuanya lalu pergi menuju ke aula ruang makan untuk makan siang. Seana yang baru saja keluar dari kelasnya langsung pergi ke aula ruang makan.
Aula ruang makan yang begitu luas tersebut membuat antrian yang begitu panjang juga. Seana mengantri di belakang, biasanya ia akan makan siang bersama Jena, namun akhir-akhir ini Jena disibukkan dengan tugas dan ujian.
Antrian panjang itu akhirnya perlahan-lahan membuat Seana berada di depan meja panjang yang berisi banyak makanan. Seana lalu mengambil nampan dan membawa menu makan siangnya, kentang dan potongan daging ayam.
Dan sekarang ia kebingungan untuk mencari tempat duduk, mungkin ia bisa bergabung dengan teman Waterian sekelasnya. Ia lalu mencari-cari tempat yang kosong, matanya memicing, ia pun menemukan sebuah kursi kosong di antara para Waterian, ia lalu berjalan kesana.
KAMU SEDANG MEMBACA
7ELEMENT : Tale of Seven Elements
FantasiSeana, seorang gadis pengendali air yang tiba-tiba mendapat surat undangan untuk pergi ke 7 Element, sebuah akademi yang mengajarkan murid-muridnya untuk mengendalikan kekuatan elemen. Namun, di 7Element tak semudah yang dibayang...