Chapter 12

857 121 45
                                    

Jiyeon menekan angka password apartemen Yoongi dengan tergesa. Setelah terbuka, gadis itu dengan cepat masuk ke dalam.

"Yoongi dimana?" Tanya Jiyeon membuat Jimin yang tengah memainkan ponsel di sofa ruang tamu terlonjak kaget.

"Kau tidak bisa menyapaku terlebih dulu, ya?" Sindir Jimin namun diabaikan total oleh Jiyeon.

"Yoongi dimana, Jim?" Tanya Jiyeon lagi.

"Di kamarnya" Balas Jimin pada akhirnya.

Tanpa menyahuti balasan Jimin, Jiyeon melangkahkan kakinya dengan cepat menuju ke kamar sang kekasih.

Helaan nafas lega keluar dari bibir Jiyeon saat mendapati Yoongi tengah berbaring nyaman di ranjangnya. Lantas Jiyeon memutuskan untuk kembali ke ruang tamu dan mengambil duduk di depan Jimin.

"Terimakasih sudah menjaga Yoongi, Jim" Ujar Jiyeon membuat Jimin mendongakkan kepalanya.

"Tak masalah" Balasnya. "Tapi, Ji. Apa kalian sedang ada masalah?"

"Maksudmu?" Tanya Jiyeon tak mengerti.

"Kau tahu Yoongi bukan tipe orang yang suka minum. Tapi hari ini dia banyak sekali minum. Ditambah dia terus meracaukan namamu" Balas Jimin. "Untung saja aku bertemu dengannya. Bayangkan jika tidak? Pasti dia sudah di bawa ke kantor polisi karena membuat kekacauan di bar" Lanjutnya.

Sedangkan Jiyeon hanya terdiam sambil menyimak omongan Jimin. Benar apa yang dikatakan pria itu. Yoongi bukan tipe pria peminum. Seberat apapun masalahnya, Yoongi akan lebih senang berbagi dengannya dan menghirup udara segar di pantai. Yoongi dan alkohol sangat jauh. Dan hal itu membuat Jiyeon semakin merasa bersalah. Karena gadis itu cukup yakin jika penyebab Yoongi mabuk hingga membuat kekacauan adalah dirinya. Yoongi melihat kedekatannya dengan Taehyung,  meskipun Jiyeon sudah berbohong penjelasan. Tetapi agaknya Yoongi belum seratus persen percaya, hingga lebih memilih alkohol sebagai pelariannya.

"Sampai kapan kau akan seperti ini, Ji?" Suara Jimin memecah keheningan.

Terdengar helaan nafas dari Jiyeon. Gadis itu menggeleng pelan, lantas berujar, "Aku harus bagaimana, Jim?"

"Aku tidak ingin menyakiti Yoongi. Tapi disisi lain, aku juga tidak ingin menyakiti Taehyung. Aku—aku rasa aku sudah bisa menerima kehadiran Taehyung" Lirih Jiyeon namun masih bisa di dengar oleh Jimin.

"Kau tidak boleh egois. Apapun pilihanmu, keduanya akan sama-sama sakit." Balas Jimin.

"Lalu aku harus bagaimana?" Tanya Jiyeon sambil menatap Jimin dengan sendu.

"Lepaskan Yoongi. Aku tahu akan sulit untukmu, begitu juga dengan Yoongi. Tapi jika kau terus membuatnya berada dalam hubunganmu dengan Taehyung, dia akan semakin tersiksa. Kau tahu, dia bertahan hanya karena kau masih memintanya untuk tinggal." Balas Jimin. "Terlebih lagi, saat ini kau mulai membuka hatimu untuk Taehyung. Kau tidak berpikir bagaimana perasaan Yoongi saat tahu jika kau sudah menerima kehadiran Taehyung? Akan lebih menyakitkan untuknya jika kau terus egois seperti ini. Kau tidak bisa memiliki keduanya, Ji."

"Empat tahun bukan waktu yang singkat, Jim. Kau tahu bagaimana perasaanku pada Yoongi. Aku benar-benar tidak ingin menyakitinya" Sahut Jiyeon.

"Kau terus mengatakan jika kau tidak ingin menyakitinya. Tapi dengan membawa dia ke dalam hubunganmu dan Taehyung, kau sudah menyakitinya, Ji. Aku mohon, jangan menjadi wanita brengsek. Kau, Yoongi, dan Taehyung. Kalian semua sahabatku. Dan aku tidak ingin kalian semakin tersakiti dengan hubungan tak masuk akal ini" Cerca Jimin.

"Kau juga harus memikirkan bibi Taehee. Bayangkan jika beliau tahu mengenai hubungan ini? Kau pikir beliau akan baik-baik saja?" Tanya Jimin yang membuat kedua mata Jiyeon berkaca-kaca.

RELATIONSHIT (KTH + PJY) || END✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang