Bagian 3

1.3K 139 63
                                    

Sehun masih belum sembuh betul, tapi dia harus tetap bekerja. Itu kenapa dia berkumpul bersama Luhan dan mertuanya untuk sarapan.

"Sehun-ah kau sudah lebih baik?" tanya mertuanya, sedang Luhan masih menunduk menikmati sarapan.

"Iya ibu. Aku baik." dengan senyum tipisnya dia menjawab.

Heecul membalas senyum tipis di bibir, perasaannya menjadi tak tenang, sadar keadaan rumah tangga anaknya sangat hambar, ada diapun sepertinya tak membantu banyak.

Setelah berulang melihat kearah anak dan menantunya, ia menghela nafas kemudian melanjutkan makan.

Dia punya rencana yang sudah matang, setelah kedua anaknya pergi bekerja.

Disinilah dia. Membuntuti menantunya. Dia ingin meminimalisir kekacauan yang lebih parah.

Dia melihan Sehun menuju kantornya untuk bekerja, tapi dia tidak mau beranjak untuk mengamati. Dan disinilah masalahnya dimulai. Ketika istirahat siang hari datang.

Sehun dengan tergesa berjalan dengan wanita muda yang sama di eaktu lalu, lelaki itu juga menjadi sumringah seakan tidak sakit sedikitpun.

Ya, Irene selesai melakukan audisi dan berencana makan bersama dengan Sehun.

Keduanya memasuki restoran. Heecul dibelakangnya masih bersabar dan berpikir mungkin menantunya hanya ingin mencari makan siang sebentar, tapi setelah beberapa menit dia menunggu, Sehun tak juga kembali.

Heecul memutuskan masuk ke restoran dan matanya melotot melihat apa yang terjadi dihadapannya. Kedua orang disana sedang duduk berhadapan dan tertawa bersama dengan mesra.

Dia berjalan dengan tergesa kemudian tanpa bisa ditahan mengambil jus yang ada dihadapan Irene dan menyiramkan tepat ke wajah wanita itu. Setelahnya ia juga menjambak rambut Irene dengan keras sehingga wanita itu terbangun dari duduknya.

Sehun yang ada disana juga menjadi kaget, dia bingung dalam bertindak sedang Irene semakin meringis sakit.

"Apa yang aku katakan untuk tidak mencampuri lagi rumah tangga anak ku huh?" geram Heecul.

"Ibu, ibu berhenti! Irene kesakitan." Sehun berucap sambil berusaha melerai, tapi pandangannya hanya menatap khawatir pada Irene. Pelanggan lain tentu hanya sebagai penonton.

Heecul jelas menjadi kecewa. Menantunya memang sudah terlalu jauh melangkah.

Heecul berhenti menjambak Irene kemudian berbalik menghadap Sehun dan menampar pipi lelaki itu keras. Sampai wajah Sehun tersentak, berpaling ke kiri.

Wanita tua itu beralih menggenggam kerah kemeja Sehun dengan kedua tangannya sedang kesedihan menyelimuti. Air matanya luruh dan sesekali memukul dada lelaki itu sambil meratap "Hiks.. Kenapa kau bigini Sehun ah... Tidak bisakah kau juga melihat dari sisi Luhan? Bukan hanya kau yang terluka untuk apa yang telah terjadi. Yaampun, malangnya putriku." Heecul masih meraung pilu.

Sehun hanya terdiam tak mau menanggapi lebih.

Heecul dengan sisa pertahanannya melepaskan genggamannya pada kerah Sehun kemudian mengusap airmata yang terus berurai.

Setelah memberikan pandangan kecewa, dia berbalik dan meninggalkan restoran itu.

Dia sakit hati. Apalagi Luhannya... Tapi dia tahu ini bukan hal yang dapat dia campuri lebih jauh.

Yang dia tahu kedua anaknya begitu terluka sehingga hal ini terjadi.

Σ( ° △ °|||)

Luhan menuju kediaman mertuanya karena, sang presdir memerintahkan untuknya datang.

Dia selalu kurang nyaman sebenarnya jika harus mengunjungi kediaman Oh.

AMARAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang