Bagian 12

1.4K 152 184
                                    

Jongin tak bisa tidur sedikitpun ketika semuanya sungguh mengarah pada Luhan. Dia ingin menyangkal Sejoo yang bersamanya adalah istri Oh Sehun.

Dia terlanjur dalam terjatuh tak mungkin bangkit, pun jika sesuatunya menjadi benar.

Sampai pagipun dia serupa, menjadi raga tanpa jiwa dengan lingkar hitam kentara dibagian mata.

Dikantor dengan lamunannya, dia tak menyangka akan didatangi oleh Sangyeon. Lelaki itu menghampiri mejanya sebelum tertahan karena Luhan datang membuatnya terpaku.

Jongin memperkenalkannya sebagai Baek Sejoo. "Kau mengenalku?" Tanya Sangyeon kemudian memastikan dia akan aman.

Luhan hanya menggeleng dan balas bertanya apa lelaki itu mengenalnya. Sangyeon mengatakan dengan jelas bahwa Sejoo dulu bekerja di pabrik farmasi milik Oh. Dimana itu membuat Jongin menegang dan Luhan yang bingung. "Aku? Bekerja di K-farma?" tanyanya.

Tapi seolah faham melihat ekspresi yang Jongin tunjukkan, Sangyeon berubah acuh dan mengalihkan pembicaraan kembali pada lelaki itu.

"Ah jadi kau kesini ingin membahas tentang pudoxin?" sela Luhan tiba-tiba

Sangyeon terhenyak dan bertanya bagaimana bisa wanita itu tahu. Luhan mengatakan dengan tegas bahwa dia dan Jongin mengajukan gugatan. Menambahkan juga, bahwa Sangyeon tak berhak mencampur adukkan masalah ini dengan urusan pribadi.

Setelah kalimat terakhir dikatakan, wanita itu berlalu tanpa tahu hal lainnya menjadi rumit.

Sangyeon tak bisa berbasa-basi, itu mengapa dia meminta Jongin untuk berhenti menangani kasusnya. Memberi beberapa kesepakatan padanya tentang Sejoo yang tak akan tahu masa lalunya.

Bimbangnya semakin menjadi walau Sangyeon serupa malaikat penuh kebaikan. Tapi pendiriannya menjadi lemah ketika yang berharga menjadi taruhan. Maka dari itu ia menyetujuinya. 

Menghubungi Luhan yang sedang berdemo di depan perusahaan Oh agar berhenti melakukan kegiatannya.

Dia hanya ingin melindungi Sejoo agar wanita itu tak ingat tentang kesakitannya dimasa lalu. Dipecat, ditinggalkan suami, tak ada satupun yang mendukung wanita itu.

"Aku heran mengapa mereka begitu serupa." Sangyeon mengatakannya lurus menatap Jongin.

"Siapa maksudmu?" tanyanya bingung.

"Xi Luhan dan Baek Sejoo." jawabnya singkat.

"Ah iya.. Dan tentang Xi Luhan.. Bagaimana kau bisa meragukan tentang mereka? Apa mungkin wanita tadi itu benar Xi Luhan?" cerca Jongin karena dia sungguh benar terganggu dengan kenyataan yang tersembunyi.

"Tidak mungkin, ketika bahkan aku yang membawa abu Xi Luhan." katanya meyakinkan.

Jongin dengan rasa tenangnya menanyakan dimana abu itu tersimpan dan Sangyeon tentu mengucapnya dengan percaya diri.

Sedang disebrang sana, Luhan yang berdiri dihalaman K-farma bersama satu orang korban pudoxin yang duduk di kursi roda, berdemo dengan teguh walau dingin menusuk ke tulang.

Memegang papan dengan beberapa tulisan tuntutan, juga memakai masker bahwa dia tidak butuh lagi omong kosong.

Apa yang Jongin perintahkan pun tak ia hiraukan. Ia hanya butuh menjadi manusia secara normal dengan saling membantu.

Sehun dengan pakaian rapihnya mengenalinya dari jauh, maka dengan mantap menghampiri, tak lupa senyum tipisnya.

Chanyeol berada dibelakang dengan mobilnya, hanya menjadi penonton. Yang lainnya tentu tak peduli, termasuk Luhan.

AMARAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang