Bagian 2

1.4K 140 17
                                    

Luhan meninggalkan taman dengan segera setelah waktu menunjukkan tidak ada lagi kesempatan untuknya bersantai.

Dia harus ke pengadilan, membereskan pekerjaannya.

Semua peserta sudah duduk dengan nyaman dibangku masing-masing, untuk melihat bagaimana sidang berlangsung.

Luhan datang memasuki ruangan dengan wibawa yang tegas, sambil menurunkan kaca mata hitamnya.

Dia duduk di kursi yang telah di sediakan, dan Sangyeon berada disampingnya.

Apakah aku sudah mengatakan kalau Sangyeon adalah wakil presdir di farmasi milik Oh saat ini?

Dia yang mendalangi, juga mengijinkan obat Pudoxin ini bebas dipasaran.

Baru dimulai, sidang menjadi sangat tegang, karena Luhan dengan pendiriannya juga saksi dari pihak korban yang menyampaikan pembelaan menunjukkan beberapa data yang relevan.

Tapi Luhan pantang kalah. Dengan pasal-pasal yang dihapalnya diluar kepala, juga keliahaiannya dalam berucap, dia sukses membalikkan keadaan.

Berakhir kasus selesai tanpa harus menanggung rugi, malah korban yang diharuskan membayar denda miliaran karena pencemaran nama baik.

Senyum yang terbit dari Sangyeon memberi kepedihan pada pekerja lain yang bersekutu untuk mencari kebenaran, karena berakhir sengsara.

Mereka yang terlibat dalam kasus ini berakhir dipecat dari pekerjaannya juga jangan lupakan dendanya.

Setelahnya Luhan memilih pergi dengan tidak peduli juga tanpa ekspresi.

Dia tidak suka kebisingan.

⊂( ̄(エ) ̄)⊃

"Hai cantik. Apakah Sehun ada diruangannya?" Lelaki jangkung itu menggoda sekertaris Sehun dengan genitnya

"Y-ya. Tuan Sehun ada di ruangannya, Tuan Park." Sahut Baekhyun dengan malu. Dia. Memang. Sungguh. Pemalu.

Senyuman cerah Chanyeol berikan. "Baiklah manis, aku akan langsung masuk kedalam saja. Selamat bekerja." Satu kedipan mata dia berikan. Kemudian berlalu memasuki ruangan.

"Wahh Tuan Oh, ini sudah memasuki waktu makan siang dan kau masih bercinta?" tanya Chanyeol dengan ekspresi pura-pura jengah.

"Ck. Berhenti berlebihan Park. Aku bukan kau yang begitu saja menelantarkan pekerjaan. Berkasku akan menghasilkan banyak uang jika disentuh penuh cinta." ada humor di dalamnya, tapi terdengar aneh juga jika di ucapkan tanpa nada.

Untungnya Chanyeol terbiasa.

Dia tanpa dipersilahkan duduk di sofa dengan bersandar santai.

"Sehun-ah aku heran padamu." Mulai Chanyeol

Sehun tidak menanggapi tahu temannya penuh omong kosong.

"Kau punya istri cantik, berprestasi dan aku duga juga masakannya enak. Tapi kau lebih memilih berkas-berkasmu." Chanyeol merentangkan tubuhnya pada sandaran sofa dengan mata terpejam. Dia memang tidak terlalu dekat dengan Luhan.

Sehun dibuat terkesiap sesaat, tapi kemudian melanjutkan kerjaannya.

"Uh aku juga ingin punya satu seperti istrimu... Aku bosan... Aku tidak mau selamanya hanya berpacaran dengan berkas-berkas bodoh itu." Rengek Chanyeol.

"Ck. Kau tahu pernikahanku tak seindah itu. Jikapun kau bosan sendiri, cari yang benar cocok untukmu. Berhenti menebar jala sana sini." Petuah Sehun.

"Sudahlah.. Ayo makan siang saja bersamaku Hun." kata Chanyeol mengalihakn pembicaraan. Dia tiba-tiba bangun dan menarik Sehun dari kertas-kertasnya.

AMARAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang