Bagian 11

1.3K 131 121
                                    

Hari berikutnya terasa begitu normal saja bagi semua orang. Sibuk bekerja juga memenuhi nafsu duniawi.

Ini hari Sabtu ketika Yunhoo dan Sangyeon menjadi rusuh karena pasport milik Luhan hilang.

Mereka tidak bisa mendapatkannya, kemungkinan Sehun yang mengambil alih juga mustahil, ketika bahkan dia terlalu bersemangat berangkat ke kantor.

Irene yang ada dirumah dan berniat berbelanja dengan ibu mertuanyapun menjadi cemberut, tak bisa pergi dengan kekasihnya.

"Tak apa pergi berbelanja saja dengan ibu, untuk Sehun, ketika ia punya tujuan sekalipun babak belur, tak akan punya hari Sabtu." Ucap Jaejoong kemudian diangguki Irene walau dengan lesu.

Ketika mereka berdua sampai di pusat perbelanjaan, Irene mengatakan pada nyonya Oh untuk bersama membeli gaun pengantin.

"Oh benarkah? Kau mau membelinya? Apakah Sehun sudah melamarmu?" tanya Jaejoong antusias. Sedang Irene hanya bisa menatap jauh.

"Tidak. Tapi aku yang akan melamarnya." tekadnya begitu kuat dan tak bisa di ganggu gugat.

Luhan dengan kesederhanaannya di kediaman Kim, seperti ibu rumah tangga yang memastikan semua hal untuk penghuninya terpenuhi.

Ia sedang membuat kudapan ketika Jisoo datang dan merengut. Remaja itu mengambil sepotong kimbap dan melahapnya imut.

"Hh.. Bagaimana ini eonni? Polisi menyuruhku untuk membuat permintaan maaf sebanyak dua lembar kepada ahjussi itu tambahan tanda tangannya. Padahal aku sudah patuh dengan kegiatan sosialku." ucapnya panjang lebar.

Luhan melihatnya sesekali sambil tersenyum "Sebanyak itu harus ku isi tentang apa?" keluhnya kemudian menelungkupkan wajahnya dilipatan tangan di atas meja.

Luhan menghentikan kegiatannya, melepas plastik ditangan dan mengusap rambut panjang itu sayang.

"Ya ceritakan saja tentang dirimu. Mengapa kau tidak mau sekolah, mencuri, memakai rok pendek serta make up yang tebal." candanya membuat remaja itu semakin merengut karena disindir telak.

Luhan terkekeh gemas "Kalau tidak.. Kau suka grup band EXO kan? Tulis saja tentang mereka kalo begitu." tambahnya lagi.

"Ck eonni~~ Aku serius! Uh sudahlah aku akan memikirkannya sendiri." Bangkitnya kemudian menuju kamar.

"Bagus! Memang itu tujuanku. Agar kepalamu tidak berkarat!" teriak Luhan dengan kekehan, melanjutkan kegiatannya.

Dia selalu begitu. Sayang pada anak di sekitar pun tak mau memanjakan mereka dengan cara yang instan. Setidaknya usaha yang keras harus mereka lakukan seorang diri. Agar tahu bagaimana caranya berjuang dan menikmati hasil yang didapat.

Setelah meminta nomor kontak Sehun dari Luhan dan selesai dengan tugasnya, kini Jisoo berada di ruangan lelaki Oh itu.

Sehun menerimanya dengan baik juga senyumnya tipis terpatri. Dia hanya merasa... Akan menyenangkan jika Ziyu masih ada disekitar bersamanya dan Luhan.

Jisoo sudah mendapat tanda tangannya, juga sedikit bercerita tentang kejadian dimana ia merobek foto dan bertengkar hebat dengan Luhan karena hal itu, sampai kesulitannya dalam menulis permintaan maaf.

Sehun menyarankan agar remaja itu juga menulis surat ucapan permintaan maaf dan terima kasih pada kakak perempuannya itu.

"Tidak. Aku cukup malu untuk mengatakannya setelah apa yang aku ucapkan sebelumnya." katanya lesu.

"Jadi hal itu juga yang mengganggu pikiranmu pada akhirnya hum? Memang apa yang kau katakan?" tanya Sehun penasaran.

"Bahwa eonni akan meninggalkan kami, melupakan kami ketika ingatannya datang. Mungkin dia akan memilih keluarganya dan tak pernah membalas cinta kakak lelaki ku." berbicara dengan lancar tanpa mengerti bahwa Sehun adalah orang luar yang tak harus tahu segala privasi.

AMARAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang