Sangyeon berada di ruangannya bersama Im Woo Seok, tangan kanan yang selalu dia andalkan.
"Baek Sejoo, sudah sadar dari masa keritisnya." Woo Seok memberi berita sembari gelisah
"Aku sudah mengatakan padamu untuk membunuhnya dengan cairan yang kuberikan! Lalu sedang apa kau masih disini!?" teriaknya marah
"Oh Sehun ada bersamanya." Tunduknya adalah tanda ia tak menyelesaikan misi yang diberi. Lelaki gempal itu langsung menatap tajam seorang di depannya, kemudian dengan tergesa menuju rumah sakit.
Jika bahkan seorang tak bisa melakukannya dengan baik, maka dia akan turun sendiri walau mengotori tangannya.
Sedangkan di kamar milik Luhan, di kediaman Kim, Jongin sedang mengemas pakaian yang Luhan minta. Walau berat dia harus melakukannya.
"Kau sedang apa?" Ayah yang menghampiri terkejut dengan semua pakaian yang dikemas.
"Luhan memintanya. Ia sudah hampir mengingat segala sesuatunya dan merasa ini akan membantu." lesunya.
Tak ada lagi kata yang bisa Tuan Kim sampaikan, dirasa yang lebih muda, lebih mengerti keadaan.
"Aku hanya bingung ayah.. Bagaimana jika ingatan yang kembali malah melukainya? Sebab Luhan yang menjadi penyebab putranya pergi, membuatku khawatir. Wanita malang itu." Tambahnya sembari memasukkan baju terakhir kedalam koper.
"Kau hanya harus berada disisinya dan mendukungnya. Perkara perasaan memang menyulitkan, tapi membantu, untuk sesama manusia tidak harus selalu terikat kan?" Katanya dengan bijak yang kemudian diangguki sang putra.
Setidaknya Jongin Tahu bagaimana dirinya harus bersikap.
ノ(・ω・)ノ
Serupa petarung ulung, Oh Sehun tak gentar walau dia hanya bisa duduk diluar ruang rawat inap untuk menunggui Luhan.
Bajunya masih sama, dengan warna serba hitam, berduka. Ia bahkan tak berniat menggantinya.
Dia sekali memasuki ruangan, membantu Luhan sekedar mengikat rambutnya, ketika wanita itu butuh makan. Tapi balasannya belum begitu bisa membuatnya leluasa. "Keluarlah, aku tidak mau Jongin terluka melihat hanya ada kita berdua diruangan."
Lalu apa yang bisa Sehun lakukan jika Luhan yang memintanya? Memaksa terlalu sering tak begitu baik.. Kan?
Ditengah lamunannya, satu bola berwarna biru bercorak putih menggelinding ke kakiknya.
Sehun secara otomatis membungkuk dan mengambilnya. Setelah kembali duduk tegak, dia dikejutkan dengan seorang anak perempuan yang manis dengan kuncir dua ciri khasnya.
Anak itu irit tersenyum, tapi Sehun dengan ajaibnya memberi pemandangan indah dengan lengkungan dibibir miliknya.
"Ini bolamu?" Tanyanya yang kemudian diangguki anak itu.
"Wah.. Kau suka pororo?" serupa sebaya, Sehun menjadi antusias membahas topik anak kecil. Dan itu berhasil. Anak dihadapannya membuka suara dengan riang.
"Eung.. Apa paman juga menyukai pororo?" mata berkilau itu begitu menggemaskan, sehingga Sehun terbawa dalam suka citanya.
"Uhm.. Putra paman yang menykainya." mata dan bibirnya tersenyum apik tapi sadar hati terpukul telak. "Ziyu-ah kau mungkin sudah lebih besar beberapa tahun darinya saat ini. Kau.. Bahagia di surga kan?" memberi doa dan sapaan terbaik untuk sang anak.
Disisi lain, sang ibu menjadi khawatir kehilangan anaknya untuk kesekian kali.
"Oh Sejoo ya, kau disini?" Dan lagi bertemu dengan orang yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMARAH
Fanfiction[REMAKE!!! HUNHAN GS!!!] Aku membencimu sampai ke tulang.- Oh Sehun. Sebelum aku yang memutuskan untuk menyerah, semua akan baik saja.- Oh Luhan Remake drama I HAVE A LOVER. (AU) Sinopsis drama aslinya boleh dilihat disini https://barusinopsis.blogs...