Bagian 4

1.4K 161 110
                                    

Sehun sungguh kalut, sehingga tanpa memikirkan apapun lagi dia berlari dan menceburkan diri untuk menyelamatkan Luhan.

Karena air sungai yang dalam dan gelap, dia tak bisa melihat apapun.

Dia melihat kesana kemari dalam air tapi yang ditemuinya hanya keruh.

Dia kembali kepermukaan karena nafasnya sempat habis. Setelahnya dia menyelam lagi berharap Luhan terlihat.

Akhirnya yang di harapkan terkabul dia melihat Luhan didalam air sedang terpejam, kemudian mendekat dan  menariknya.

Membawanya ketepi sungai dengan rumput liar sebagai alas.

Dengan tak sabar Sehun menekan dada Luhan untuk memberi pertolongan pertama.

"Kumohon! Kumohon Sayang jangan begini. Bangun!!!" dia berteriak kalut.

Nafas buatan dia berikan berulang kali. Tapi Luhan masih terpejam tak memberi respon.

"Sayang!" teriakanya di akhir, sembari memberi pukulan didada wanita itu dengan keras membuat Luhan sadar dan mengeluarkan air yang telah ia telan.

Luhan masih terbatuk ketika Sehun mendekapnya dengan erat. Irene di atas jembatan, melihatnya dengan jelas bagaimana Sehun kalut juga kesedihan terpancar dari raut lelaki itu. Dia menjadi berang dan kedua tangannya mengepal kuat.

Luhan demam, kesadarannyapun menjadi kacau. Matanya tak mau membuka selain resah dalam lelapnya.

Dia berada di vila dimana Sehun dan Irene menginap di awal.

Sehun yang menggantikannya pakaian, memakikannya kaos kaki menjaga agar tetap hangat, juga mengkompresnya dengan telaten.

Lelaki itu begitu faham tentang apa yang harus dilakukan ketika Luhan sakit.

Kening wanita itu dipenuhi keringat dan Sehun mengusapnya perlahan. Dia berhenti karena melihat Luhan yang mulai menunjukkan kesadarannya.

Sehun hendak pergi ketika Luhan mencegahnya dengan meremat baju dibagian lengan Sehun.

"K-kau mau kemana Hun-ah?" katanya lemah. Wajahnya menjadi sangat pucat.

Sehun berbalik, matanya menatap tajam tapi air matanya menggenang sedikit.

"Berhenti melakukan hal bodoh seperti ini! Jika kau melakukannya, aku tak akan mau lagi memaafkanmu seumur hidupku." ucapnya tegas. Luhan hanya terdiam, dia masih merasa lemas walau sekedar bersuara.

"Dengar Luhan! Ini untuk terakhir kalinya aku peduli padamu. Dimasa depan, bahkan jika kau minggal aku tak akan datang ke pemakamanmu. Mari hidup dengan kepentingan masing-masing, tanpa harus saling mencampuri." Putusnya. Perkataannya yang terlalu kasar tak Sehun pedulikan.

Dia berbalik pergi meninggalkan Luhan yang mungkin merasa sakit hati. Dan benar, sekarang bukan tentang masalah lemasnya lagi, tapi hati wanita itu yang menjadi semakin remuk.

⊂( ̄(エ) ̄)⊃

Hari terus berlanjut, kejadian waktu lalu tak memberi efek apapun. Sehun tidak pernah lagi datang ke rumah untuk waktu yang lama.

Sesekali datang hanya untuk membawa sesuatu yang penting, tapi berakhir dengan pertengkaran seperti saat ini.

Barang antik di rumah itu sepenuhnya hancur, keduanya memilih saling melempar barang.

Mulai dari Luhan yang menghancurkan seluruh barang berharga Sehun di kamar pribadinya, kemudian Sehun yang tersulut pun membalas menghancurkan barang yang Luhan punya.

AMARAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang