Bagian 22- Heartache

828 86 153
                                    

I suggest you to click ☝ for BGM.
Lee Hae Ri

Dia terduduk lemas didepan sebuah pintu yang bahkan penghuninya tak lagi tinggal untuk singgah.

Merutuki usaha yang dirasa bahkan tidak membuahkan hasil.

Dia merasa kalah untuk kesekian kalinya dengan pesan yang tidak berbalas juga panggilan yang tidak tersambut.

Tapi Oh Sehun tidak pernah lelah bagaimanapun Luhan bersikap. Dia hanya akan berada disekitar memastikan wanita itu baik saja.

(っ´▽')っ

"Ingatanku sudah kembali Jongin ah.. Untuk yang empat tahun juga saat ini." matanya masih tak henti mengeluarkan sedihnya

"Lalu mengapa kau berusaha menyingkirkan Sehun dan diriku?" tanya untuk janggal yang terjadi

"Kau.. Tidak pernah lelah berada disisiku selama empat tahun, pelindung dan cahayaku. Bagaimana bisa aku melibatkanmu lagi?" menunduk dan terisak dia bahkan kehilangan pijakan.

"Tapi kau tidak seharusnya begini.. Bukan hanya Oh Sehun yang kau singkirkan, kau juga menghapusku!"

"Aku kalah untukmu. Aku tidak pernah berfikir kau akan bersikap seperti ini. Bagaimana bisa kau menawarkan persahabatan setelah aku mempermalukanmu?"

Jongin terlalu peka untuk apa yang diam diam Luhan susun "Lalu apa yang akan kau lakukan setelah aku maupun Sehun pergi dari hidupmu?"

"Aku harus masuk ke kandang singa. Kembali keperusahaan. Untuk menangkap penjahat itu aku harus memasukinya kan?" tersendat saat dirasa dirinya mulai putus asa

Lelaki itu tentu terkejut. Kiranya wanita didepannya sudah menjadi gila.

"Untuk membongkar tentang pudoxin, tentang pembunuhan suami adikku, juga melindungi Sejoo-ku yang malang." Sedih untuk menjadi kakak yang selalu memberi derita.

"Kau tidak harus berbuat sejauh itu. Kau tahu bahayanya mereka!"

Menggangguk berulang untuk pembenaran yang tidak bisa di ganggu gugat. "Aku tahu.. Aku tahu.."

"Kau seharusnya mempertahankan Sehun untuk membantumu. Dia berada dipihakmu." sebagai sahabat yang mengerti dia harus memberi saran untuk kebaikan bersama..

"Jika Sangyeon mendapat borgol di tangan, maka aku juga akan mendapatkannya...." suaranya tersamar oleh pilu yang menyumbat tenggorokan

"Aku tidak mau lagi menyakitinya. Sekarang aku tahu seberapa banyak dia menahan dirinya untuk selalu bertahan disisiku. Untuk dosa-dosaku, aku bahkan malu pada diriku-"

"Kau melihatnya kan? Terkadang aku bahkan tidak bisa mengontrol amarahku.. Aku tidak suka, benci dan melimpahkan semua kesalahan padanya. Aku tidak bisa memaafkannya, tapi dilain waktu aku akan merasa bahwa aku tidak punya hak untuk memaafkan seseorang atau tidak."

Jongin hanya menghambuskan nafasnya lelah, kiranya ini begitu rumit srkaligus menyesakkan.

Fokus lelaki itu kemudian teralih pada ponsel milik Luhan yang berada  diatas meja, berkedip tanda panggilan masuk, tapi tak ada suara satupun.

Luhan sengaja mematikan deringnya.

Dia dengan lancang kemudian menerima panggilan itu. Lelaki disebrang sana tentu tahu. Suara Kim Jongin mudah dikenali.

"Ini bukan rencana dan perbuatanmu, apakah Luhan yang menyuruhmu?" tanyanya tidak ramah

"Ya. Kau sudah seringkali menganggunya dengan panggilanmu. Jadi berhenti menghubunginya! Kau mengganggu!" suara yang terucap dari lelaki Kim itu datar sehingga Sehun bahkan meluapkan amarahnya.

AMARAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang