Bagian 30

410 31 9
                                    

AMARAH

Irene datang untuk menjenguk sang kakak di rumah sakit dan betapa masih tak relanya ia saat melihat kepala, juga tangan yang masih terbatas gerak itu.

Fokusnya beralih pada penyangga tangan milik sang kakak, disana tertera kalimat yang ia tahu siapa pelakunya.

Lelaki yang masih menyisakan banyak cinta didalam hatinya yang berlubang.

"Apa saja yang kau lakukan dengan Sehun oppa?"

"Hanya ini dan itu, dia seperti pengangguran yang membelikanku banyak buku dan melayaniku seharian."

"Kalian, baik-baik saja?"

"Uhm.. dia bahkan berjanji akan membelikanku pesawat drone jika aku sembuh." Kim Jongin menceritakannya dengan antusias dan Irene menjadi satu yang iri. Terlihat dia sedikit murung.

"Luhan datang padaku dan ia meminta maaf dengan tulus." Gumam Irene pada sang kakak.

"Baguslah.. Irene, perbaiki hubungan kalian. ikhlas lah. Dia, Luhan, sudah menurunkan ego dengan tangannya yang terluka untuk mengangkatmu dari kegelapan ini. Kini giliranmu, bukankah tanganmu yang kotor menjadi sangat menjijikan?" Tanya Jongin drngan tatap mata yang tulus

Kim Irene tak menjawabnya langsung, tapi diamnya adalah serupa ia memikirkan, mungkin, apa yang dikatakan kakak-nya ada benarnya.

Menjadi ikhlas.

AMARAH

Dia adalah si pantang mundur dengan pendiriannya. Disinilah Luhan, bertemu seorang jaksa dengan membawa rekaman tentang kejahatan, bukti atas apa yang telah dilakukannya dulu, tentang pencurian obat tidur milik farmasi mido. Atas perintah sang ayah mertua. Bukti yang mungkin juga akan memberatkannya. Sebab, dia adalah tombak runcing, pengacara paling handal, tangan kanan Oh Yunho, dulu.

"Kau yakin akan melakukan ini?" sang jaksa meragukannya, ia mendapatkan bukti secara cuma-cuma membuatnya bingung dalam ber-reaksi.

Tapi Luhan hanya mengangguk.

"Ijin pengacaramu bisa saja dicabut karena hal ini, kau yakin? kau terlibat di dalamnya."

Jaksa itu masih tak habis fikir dengan apa yang Luhan lakukan. "Mengapa kau sejauh ini bertindak? terhadap pemilik perusahaan yang mana ia adalah mantan mertuamu?"

Luhan sempat terdiam, tapi ia berhasil mengungkapkan apa yang menjadi keinginannya. "Agar aku bisa mendapatkan kehangatan (Sera) dan bisa memiliki keberanian (Sejoo). lagipula, kau tahu? diantara musim yang baik disurga, anak dan ayahku, sedang melihatku."

Keterdiaman adalah wajar. Sebab, semua orang yang mendengarnya akan tahu, bahwa Luhan tak mau lebih merasa malu jika kelak bertemu dengan putra dan ayahnya.

AMARAH

Jaksa sangat cepat bertindak sepertinya dalam membuat panggilan, saat dimana Luhan keluar dari kantor jaksa, ia berpapasan dengan Oh Yunho.

"Kau membuat keputusan besar yang salah, Luhan."

"Tidak. Cepatlah masuk dan Jaksa yang akan membereskan semuanya."

Oh Yunho merasa putus asa, karena Xi Luhan sangat teguh pendirian. Luhan memilih melanjutkan langkah saat Yunho tak lagi bicara. Tapi, lelaki tua itu lebih dulu menghalangi langkahnya, dengan mengangkat lurus tongkat berjalannya. "Jika kau selangkah saja melewati tongkat ini, maka bukan hanya aku saja yang hancur, Luhan, tapi kau juga." Katanya memberi pengertian.

Tapi Luhan terlampau berang dan sakit hati. Bagaimana bisa lelaki ini hidup dengan tenang, setelah membunuh ayahnya? Jadi ia menggenggam tongkat itu dan menatap mantan ayah mertuanya dengan tajam "Mengapa kau selalu seperti ini, hm? Membuat peraturan sesukamu." Lalu menghempaskan tongkat itu dengan kuat dan berjalan melewati Yunho yang mematung kaget. Hampir terhuyung.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 08, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AMARAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang