Dan Dendi tersenyum menyapa bu Innah dengan ramah seperti biasanya "Sudah selesai semuakan bu Innah ?" tanya Dendi yang sudah sangat mengenal sosok perempuan paruh baya yang dipanggilnya bu Innah tadi. Bu Innah sangat terpecaya dalam hal urusan mengatur rumah tangganya mulai dai hal yang kecil sampai hal yang besar dan Dendi sudah berpesan kepada bu Innah bahwa ia akan mengundang seseorang yang spesial untuk makan malam di rumah dan bu Innah sudah paham akan perintah tersebut"Buereess donk pak pokoke aman selagi Innah dirumah ini"
kelakar bu Innah dengan logat jawa yang khas. Dendi mengangguk mengerti lalu terus berjalan dan mengabaikan Vania yang masih bingung dengan situasi itu.
Sampai akhirnya Dendi menghentikan langkahnya tepat di pintu menuju kolam renang belakang rumah yang sudah tersedia meja makan dan 2 kursi serta menu lengkap diatasnya dan tak lupa lilin diatas meja tersebut menambah suasana semakin menghanyutkan siapapun yang berada disana dan pandangan itu membuat Vania takjub lalu pandangan matanya tertuju pada taman anggrek di samping kolam terlihat dari wajahnya ia sangat mengagumi tanaman itu dan semua situasi di rumah itu begitu nyaman dan indah.
Mungkin taman itu adalah hasil kreasi bu Della yang sudah menamparnya waktu itu pikirnya dan entah kenapa hatinya tiba - tiba perih mengingat nama Della lalu Dendi menarik salah satu kursi yang ada dihadapannya dan mempersilahkan Vania duduk
"Yuk Van, duduk udah laper pastikan ?" ujarnya seraya memberikan senyuman manis dibalik brewoknya itu lalu berjalan dan duduk di kursi tepat di hadapan Vania.
Vania mengangguk dan duduk dalam diam ia bingung harus berbuat apa sampai akhirnya dia memberanikan diri untuk bertanya
"Pak, kenapa semua tiba - tiba seperti ini ? bapak ngundang Vania kesini dan cuma makan berdua gimana kalo ibu marah dan salah paham lagi pak ?" ujar Vania yang masih sedikit trauma akan kejadian di rumah sakit dengan Della waktu itu
"Ohh, kamu takut Della marah ?" jawab Dendi tersenyum menggoda "atau ibu Innah tadi ? haha" tambahnya diiringi gelak tawa melihat reaksi cemberut diwajah Vania yang merasa di olok olok Dendi
"Saya serius lo pak" balas Vania singkat
" Udah, udah kita makan aja dulu nanti kita berbincang bincangnya" ujar Dendi seraya meletakan daging yang sudah dia potong ke piring Vania sambil memperlihatkan wajah Vania dengan seksama
" Hhmm, ntah kenapa aku merasa nyaman di dekatmu dan hatiku damai memandang wajahmu ada apa sebenarnya ini"
lamunannya dikejutkan oleh suara telepon genggamnya dan seketika ia salah tingkah dan merogoh kantong celananya lalu melirik siapa penelepon yang mengejutkan lamunannya itu. Nama Della tertera di sana Dendi kemudian memasukan lagi telepon genggamnya setelah membuat mode pesawat karena ia tak ingin ada yang mengganggu waktu makan malamnya bahkan Dendi berpesan ke bu Innah untuk tidak menerima seorangpun selama Vania berada di rumah itu dan bu Innah memahami akan hal itu.
" Kenapa gag diangkat saja pak, siapa tau penting" ujar Vania memecahkan suasana
" Hmm, aku ikutan kamua aja Van kalo yang nelp lebih sekali baru aku angkat" sindir Dendi karena Vania baru mengangkat setelah dua kali panggilan.Vania tertunduk malu dan terdiam wajahnya memerah lalu menjawab "terserah bapak deh, bapak pemilik rumah ini pasti punya prinsip pemilik rumah selalu benar kan"
" Hmm..Van. Kamu ga risih apa manggil aku bapak? Atau aku terlihat seperti bapak- bapak tua bagimu?? Atau karna brewok ku ini ?? "
Dendi menjawab sedikit kesal karena Vania terus saja memanggilnya Bapak seolah menjaga jarak terhadapnya.
sedangkan Dendi sendiri bahkan tak bisa menyimpan sedikitpun sikapnya yang nyaman terhadap Vania.
Dan ia merasa heran kenapa terhadap gadis gadis lain bahkan ia bisa berlaku kejam tapi ntah mengapa terhadap Vania ia merasa harus melindungi Vania.
Dan Vania tak bisa menahan tawa dengan ucapan Dendi barusan dan ia menjawab
" Bukan itu maksud Vania, hanya saja Vania ga mau melewati batas "
Bersambung....
Thankyou yang udah Follow and Vote
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara aku kau dan 5 Miliar ( PROSES REVISI )
Romance+21 ( DEWASA ) WAJIB VOTE + FOLLOW PROSES REVISI NOTE : PEMBACA HARAP BIJAK, JANGAN BACA KALAU TIDAK SIAP DAN BERUJUNG REPORT #1 FIKTIF # 1 Mafia # 1 Realita " Setelah 24 jam, tidak ada yang baik - baik saja jika aku tidak membawa uang itu.!! Nyawa...