Pagi ini saya bangun kesiangan, Hila masih tertidur mungkin capek. Saya bergegas mandi dan menyiapkan keperluan kerja sendiri. Untuk masalah sarapan, mungkin makan di kantin kantor. Untuk masalah Hila, saya memang tidak tega untuk membangunkannya.
Setelah semua Beres dan rapi, saya menuliskan Note (pesan kecil) untuk Hila. Yahh.. gak jauh-jauhlah dari kata pamit.
Saya memang memiliki perusahaan sendiri, walaupun tidak besar. Tapi cukuplah untuk membiayai hidup saya dan Hila, mungkin mulai saat ini bertambah dengan kecambah kecil buah hati kami.
Ketika sampai di kantor, jam kerja sudah di mulai. Banyak orang berlalu lalang, tapi tak lupa mereka juga menyapa saya sebagai atasan.
Pagi ini mual saya mulai berkurang, nafsu makan pun sedikit meningkat dari biasanya. Namun ada hal aneh sekarang, baru beberapa jam saya di kantor, saya sudah merasa rindu dengan Hila. Bukan bawaan bayi, ini Benar-benar bapaknya yang rindu berat.
Memimikirkan Hila, perasaan rindu ini semakin membuncah. Bukan soal rindu saja namun ada kekhawatiran dan ketakutan tersendiri sekarang. Apakah para calon bapak di luar sana merasakan hal yang sama dengan saya?
************************
Beruntung pekerjaan hari ini sedikit, hanya rapat intern dan menandatangani berkas ajuan kerja sama. Tak sabar rasanya untuk pulang, entah kenapa bisa saya sebucin ini sekarang. Sepertinya ini bukan saya haha..
Sampai di rumah, saya di sambut Hila dengan rengekan manjanya.
" Abang, Hila kepengen sesuatu deh kayaknya ". Katanya dengan nada manja, yah mungkin ini yang namanya ngidam.
" Pengen apa Hil? ". Tanya saya.
" Hila pegen rujak ulek, tapi yang ada di pinggir alun-alun itu bang, kayaknya seger deh ". Jelasnya, aduh Hila kenapa gak sekalian aja tadi telpon abang pas di jalan pulang. Hah tentu racauan itu hanya ada dalam hati saya. Takut nagmbek soalnya, tar gak dikasih jatah lagi.
***********************
Saya sedang di jalan sekarang mencari rujak untuk Hila. Sambil merenung di mobil-saya merasa berbeda sekarang, merasa lebih manja, sensitif dan mudah marah. Tapi saya tau mungkin itu bawaan bayi, keinginan anak saya yang masih bersemayam diperut Hila.
Saya juga tidak merasa keberatan dengan itu. saya pikir, dengan Begitu saya meringankan beban Hila. Tidak apa-apa saya merasakan mual-muntah atau segala macam yang diderita ibu hamil, dan saya berharap semoga saja saja yang mengalaminya jangan Hila.
Alasannya karena saya terlalu sayang dengan Hila, saya tidak bisa melihat wajah murung dan kesakitan Hila. Karena itu bisa membuat saya lebih merasa sakit karena belum mampu menjadi suami yang siap sedia untuk Hila.
Saya cuek, saya irit bicara saya akui itu. Tapi, kalau dalam segala hal yang menyangkut Hila saya tidak bisa diam saja. Sekecil apapun yang mengganggunya atau mengganggu perasaannya itu juga akan mengganggu saya.
Saya bingung untuk mengekspresikannya, kalau saya sangat sayang kepada Hila, kalau saya merasa beruntung memilikinya, kalau saya sangat takut untuk kehilangannya.
Karena bagi saya Hila adalah segalanya, Harta, Hidup, dan mati saya adalah Hila.
Saya juga mulai berusaha lebih terbuka, dan tidak kaku lagi. Lebih banyak cerita, lebih banyak bicara, lebih banyak ngomel dan terlalu posesif kalau kata Hila.
#Abang_Baraga
**********TBC************
Buntu banget ini...
Lanjut lagi part berikutnya aja yaRain,
S.agstna
KAMU SEDANG MEMBACA
HUSBAND!
RomanceSahila Lintang = Istri yang sering membuat suami gemass Baraga Putra = Suami cuek tapi penyayang Skip... " Abang?! ". panggil gue " Hmm ". jawab bang Bara a.k.a Suami gue " Tempat tukar tambah suami dimana ya ? ". tanya gue, dan langsung saja pertan...