Now playing: Berharap tak berpisah- Aaliyah massaid (Cover)
***
Terimakasih telah singgah. Hingga pada akhirnya kamu sama seperti yang lain, pergi meninggalkan luka yang masih basah.
***Iqbaal memandangi langit-langit kamarnya, memikirkan bagaimana hidupnya nanti saat tidak bersama Zena.
Ah, hidup baru akan segera dimulai.
Keputusan untuk pindah sekolah sudah sangat bulat. Kedua orang tuanya pun sangat menyetujui. Katanya, ayahnya juga ada tugas di kota tersebut.“Bawa barang yang penting-penting aja, Nak. Lagian kan kamu nanti akan sering kerumah ini lagi kalau sudah pindah. Ya … hitung-hitung kamu mau mesantren aja,” kata Leni, mamah nya Iqbaal.
“Iya ma. Jam berapa kita berangkat?” Tanya Iqbaal sambil membereskan segala keperluannya kedalam koper.
Leni melihat arlojinya. “Hmm, sekitar satu jam setengah lagi.” Iqbaal hanya menganggukkan kepalanya tanda mengerti.Setelah Leni keluar dari kamarnya, Lucas kembali merebahkan tubuhnya diatas kasur. Pada dasarnya cowok itu tertarik pada seorang perempuan yang belakangan ini sering di stalking pada akun facebook dan instagramnya. Membayangkannya sudah tidak mungkin, gadis itu pasti tidak mau kepadanya. Pasti sudah sangat benci.
"Nak, apa kamu didalam?" teriak sang ayah sambil mengetuk pintu.
Iqbaal segera bangkit dari tidurnya dan membukakan pintu. "Ada kok, yah. Tadi aku cuma rebahan doang," ucapnya.
"Ayah boleh masuk?"
"Boleh kok."
Setelah ayahnya masuk, entah kenapa Iqbaal merasa sangat deg-degan.
"Gimana sekolah kamu?" Tanya sang ayah.
"Ya gitu ... Belajar kan harus yang nyaman, ya, aku engga nyaman sekolah disitu, makannya aku mau pindah aja, sekalian ikut ayah."
"Yakin alesannya itu?"
"Yakin lah, yah. Masa bohong."
"Sayang banget. Padahal sebentar lagi kamu mau jadi kapten basket, lho," ujar sang ayah, menggoda putranya itu.
"Ah, disekolah baru juga aku bisa kok jadi kapten basket."
Ayah hanya tertawa seraya menepuk pundak Iqbaal. "Iya percaya deh sama kapten. Yuk siap-siap, sebentar lagi kita berangkat biar sampe sana cepet dan kamu bisa keliling sekolah baru kamu itu. Soal barang-barang, nanti ayah suruh mang ujang bawain aja."
"Siap komandan!"
Iqbaal berjalan keluar kamar, tak lupa ia mengecek handphone nya walau tidak ada notif apa-apa. Cowok itu tidak memberi tahu siapa-siapa tentang kepindahannya ini yang mendadak. Bahkan, Boby pun tidak tahu bahwa ia ingin pindah. Kan repot kalau nanti anak-anak basket yang anggotanya ada seratus tiga minta dibayarin starbuck.
Barang-barangnya sudah dibawakan oleh mang ujang, bahkan sudah rapi didalam bagasi mobil.
Sesaat Iqbaal ingin menaiki mobil, ia melihat Zena didepan gerbangnya yang masih setengah tertutup. "Iqbaal... ." panggilnya lirih.
"Ngapain kesini, Na?" tanya Iqbaal sambil berjalan mendekati Zena.
"Kamu jadi pindah?"
"Jadi. Tinggal berangkat aja, sekitar lima beas menit lagi on the way."
Iqbaal sengaja mengatakan itu karena ia ingin Zena segera pergi. Sungguh tidak tega ia meninggalkan gadis dihadapannya ini."Iqbaal ... Aku boleh engga peluk kamu untuk terakhir kalinya? Aku janji deh abis ini aku engga baka ganggu kamu lagi," ucap Zena, suaranya bergetar.
"Boleh, Na. Sini peluk," jawab Iqbaal seraya merentangkan tangannya, Zena yang melihat itu langsung lari dan berhambur pada pelukan seorang Iqbaal.
Nyaman rasanya ketika kita dipeluk oleh orang yang ita sayang. Rasanya, Iqbaal dan Zena ingin terus seperti ini. Tidak rela jika harus berpisah. Tetapi memang seperti itu kenyataannya.
"Lo boleh kok chat gue. Walau kita udah putus tapi silaturahmi kita engga boleh putus karena kita akan jadi teman. Tapi, gue balesnya kalo engga sibuk, hehe...," ujar Iqbaal, Zena melepaskan pelukannya karena mang ujang memperhatikan mereka sedari tadi.
"Yaudah aku pulang dulu, semoga kita bisa ketemu lagi." Zena langsung berbalik dan meninggalkan Iqbaal. Tetapi baru beberapa langkah, lengannya ditahan oleh Iqbaal.
"Maaf soal kemarin gue udah kasar sama lo. Jaga diri baik-baik," ucap Iqbaal, setelah itu Zena langsung pergi dari hadapannya.
Iqbaal langsung menebak bahwa Zena menangis sejadi-jadinya. Bagaimana mungkin? Cewek itu sangat cengeng jika berkaitan dengan seseorang yang disayangi.
"Nak, yuk berangkat," ucap sang ayah.
Iqbaal hanya mengangguk. Setelah masuk kedalam mobil, Iqbaal meraih ponsel nya dan mengirimkan pesan pada seseorang.Iqbaal: Jaga diri baik-baik, Na. Gue udah mau pergi, lo harus janji sama gue engga boleh cengeng lagi. Selamat tinggal, semoga bahagia. Read√
Entah mengapa Iqbaal merasa sedikit lega. Setidaknya beban nya berkurang dan ia bisa meninggalkan Zena dengan tenang tanpa merasa bersalah.
Perpisahan yang sangat manis. Batinnya
***
Maaf cuma sedikit soalnya tugas numpuk banget :(
Sampai jumpa part selanjutnya, xo
Follow ig:
@Putrysalma_
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello You
Teen Fiction[On going] Bagi Iqbaal, Sasha adalah wanita terbaik setelah ibunya. Sedangkan, bagi Sasha, Iqbaal adalah lelaki terhebat setelah ayahnya. Sasha sangat menyayangi Iqbaal. Begitupun sebaliknya. Namun, mereka tidak mempunyai hubungan yang spesial. Hi...