Chapter 6 || Iqbaal bercerita

382 41 3
                                    

Di chapter kali ini ada yang beda. Semoga pada ngerti, yaaa.

Spesial banget sih ini. Xo <3

***

Iqbaal Alvarendra

Setelah gue stalking cewek itu dirooftoop, entah mengapa gue jadi tertarik. Gue rasa dia itu beda sama cewek lain, termasuk Zena. Emang gue salah karena suka sama sahabat pacar gue. Tapi, bukankah rasa suka itu wajar, kan?

Gue salut saat dia memarahi gue karena gue udah nyakitin sahabatnya.  Cewek itu memang sahabat sejati. Setelah gue cari informasi tentang dia, akhirnya nemu juga. Boby memang bisa diandalkan dalam urusan seperti ini. Tetapi sebelumnya dia mengomel ke gue. "Lo gila, ya? Masa suka sama sahabat dari pacar lo! Gila emang saudara Iqbaal ini!" Tetapi setelah mengomel, dia langsung cabut.

Thanks, Bob.

Kata Boby, nama asli cewek itu adalah Vanesha Ainara, bisa dipanggil Sasha. Dan gue denger itu, karena as Zena ulang tahun dia teriak kearah kami, Zena menyebutkan nama lengkap dia. Sasha anak marchingband yang mempunyai jabatan sebagai seorang sekretaris. Dia itu gadis yang periang, baik, pokoknya segala hal positif ada didalam diri dia.

Putus dari Zena itu bukan alasan semata gue suka sama Sasha. Alasan bosan yang gue ucapkan itu memang tidak benar adanya. Gue sayang sama dia, gue nyaman sama dia. Tapi entah kenapa gue rasa engga perlu waktu lama kita akan pisah. Dan itu benar. Awal putus dengan Zena, gue rasa wajar kalau gue sedih alias galau. Entah kenapa pas Zena datang kerumah gue dan peluk gue, itu gue lega banget dan bisa lepasin Zena dengan tenangnya dan gue bebas dari rasa bersalah.

Gue pindah sekolah karena gue mau nemenin bokap gue dibandung. Gue udah punya banyak waktu sama nyokap, dan gue rasa kakak perempuan gue bisa jaga nyokap. Gue pingin punya banyak waktu sama bokap. Intinya gue kangen masa kecil gue dulu, gue diajarin maen bola, belajar sepedah, nyiram tanaman, nyuci mobil depan rumah yang berakhir siram-siraman.

"Yah, aku mau ikut ayah bandung. Aku mau sekolah disana," ucap gue ketika kami sedang makan malam bersama.

Sontak Ayah kaget sama ucapan gue. Kemudian Ayah menatap kearah mamah dan Ka Dea secara bergantian.

"Kamu serius?"

"Aku serius, aku mau nemenin ayah disana biar ayah ngga kesepian. Lagian kan Kak Dea sekarang banyak waktu dirumah baut nemenin mamah. Aku juga akan pulang kapanpun aku mau."

"Oke. Lusa beresin barang-barang kamu dan tentukan sekolah mana yang ingin kamu inginkan."

Semudah itu? Bokap dan nyokap gue memang ingin yang terbaik buat gue. Sebelumnya gue udah pilih sekolah mana yang gue mau, sekolah itu juga deket sama rumah kami dibandung.

Dua hari kemudian gue tiba dibandung. Entah kenapa gue deg-degan sekali, kaya mau ketemu sama seseorang, tapi siapa?

Gue dan bokap berjalan kearah dalam sekolah gue. Terus bokap izin mau bayar administrasi. Duh, gue jadi jalan sendiri. Semalam pihak sekolah menelpon bokap bahwa gue ditempatkan dikelas XI IPA 3. Dan akhirnya gue berjalan kearah kelas itu, awal gue terkejut kerena kelas IPA dan IPS bersebelahan. Ternyata memang seperti itu peraturannya.

Gue denger suara orang ngomong. Karena penasaran, akhirnya gue deketin kelas IPS yang berada didekat kelas gue. Gue ketuk pintu itu kemudia keluar seorang cewek.

"Lo lagi lo lagi," kata cewek itu kaget.

Gue harus berterimakasih pada semesta yang menyatukan kami. Cewek itu adalah Vanesha Ainara.

Astaga, gue seneng banget.

Setelah pertengkaran berakhir. Semakin kesini gue merasa bahwa Sasha harus tau tentang gue. Apapun itu. Dan kami makin dekat hingga saat ini.

Tapi, Sasha masih menutup diri sama gue. Dia cerita sama gue cuma satu atau dua kali, dan itu berhubungan dengan novel dam film favorit dia.

Gue juga berani panggil dia pacar, gue berani panggil dia shayang, gue berani bawa dia kerumah, gue berani cerita rahasia gue ke dia. Entah kenapa, gue pingin lakuin itu. Memang terlalu cepat, tapi tidak salah bukan?

Dan semakin hari itu pula gue semakin sayang sama Shasa. Mungkin orang bilang ini terlalu lebay, tapi gue engga peduli, karena gue merasa sangat senang.

***

Pagi ini gue berangkat sekolah sendiri. Awalnya gue ajak Shasa, tapi dia bilang 'Engga usah, makasih, gue bisa berangkat sendiri' yaudah deh gue engga mau maksa.

Saat bel istirahat gue langsung ke kelas Shasa. Ternyata dia sedang berduaan dengan seorang cowok, dari mukanya gue tau kalau Sasha agak terganggu dengan cowok itu. Tak bisa dipungkiri bahwa saat ini gue cemburu. Sudah dua bulan bersama Sasha, dan rasa sayang itu semakin besar.

Sasha melihat gue dibalik pintu kelasnya. Ekspresi muka nya menandakan bahwa gue jangan ganggu mereka dulu. Gue nurut, gue ke kantin sendiri.

Setelah kembali ke kelas, gue melihat Sasha sedang duduk didepan teras kelas gue.

"Iqbaal. Gue nyariin..," kata Sasha seraya memegang bahu gue.

"Siapa tadi?" gue nanya dia langsung to the point.

"Tapi, lo jangan marah, ya?"

Sasha sepertinya sadar bahwa gue suka dan sayang sama dia. Makannya dia nanya gue gitu.

Gue hanya berdehem untuk jawaban.

"Dia mantan gue. Dan tadi dia ngajak balikan."

Uhm. Sakitnya tuh disini, Sha.

"Oh."

"Kok, Oh? Jangan cemburu gitu dong," ucap Sasha.

Astaga dia lucu bangettttttt.

"Gu-gue enggak cemburu," ujar gue gelagapan.

Sasha hanya tertawa. "Tadi gue bilang aja ke dia kalau gue udah punya pacar."

"Gabaik bohong."

"Iya gue tau kok, Baal. Gue juga bilang kedia bahwa pacar gue itu lo," ujar Sasha.

Kaget. Ini jantung gue masih normal enggak, ya? Astaga.

"Kok gue?"

"Lagian selama duabulan sekolah disini, gue deket sama cowok itu lo doang."

Gue hanya tersenyum dan mengangguk. Setelah bel masuk berbunyi gue mengatakan pada Sasha bahwa gue mau pulang bareng dia dan bahagianya itu dia mau.

"Semangat belajar, Baal!" Sasha berteriak dan melambaikan tangannya ke arah gue.

***

Gimana, nih?

Seru enggak?
Atau mau aku buatin versi Sasha bercerita juga enggak? Hehe.

Maaf banget ya kalau ada typo.

Follow ig:

@Putrysalma_

Hello YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang