Chapter 4 || 4L (Lo lagi lo lagi)

396 42 1
                                    

***
Kayanya kita memang ditakdirkan jodoh deh. Buktinya, kita selalu ketemu.

Hai jodohku.

***

Iqbaal sudah berada di kota bandung. Setelah makan ia akan berkeliling di sekolah barunya nanti. Saat didepan gerbang, Iqbaal merasa sangat deg-degan dan nervous.

"Kamu keliling sendiri dulu, ayah mau urus administrasi."

"Iya, yah."

Iqbaal berjalan sendiri menuju depan kelas XI IPA 3. Ya, itu adalah calon kelasnya. Disampingnya ada kelas XI IPS 3. Disekolah ini memang antara IPA dan IPS disatukan. Katanya agar tidak saling bermusuhan dan menjadi akrab.

Didalam kelas IPS 3 seperti ada seseorang. Karena penasaran, Iqbaal mendekat dan mengetuk pintu. Tak selang lama pintu terbuka, dan ...

"Lo lagi lo lagi," kata cewek itu kaget saat dihadapannya ada seorang cowok yang ia benci karena sudah menyakiti hati teman dekatnya.

"Ngapain lo disini?" tanya Iqbaal yang juga kaget melihat cewek itu ada disini.

"Gue? Ya mau sekolah, lah! Ada juga lo mau ngapain disini?" cewek itu balik bertanya.

Iqbaal semakin heran.

"Gue mau masak, sih. Ya mau sekolah juga lah!"

"Engga usah ngarang! Sana lo pergi!" teriak cewek itu sambil memukul Iqbaal.

"Santai dong. Kayanya kita memang ditakdirkan jodoh deh. Buktinya, kita selalu ketemu." Bukannya kesal, Iqbaal malah menggoda cewek itu.

"Jodoh jodoh! Apaan? Engga usah halu!"

"Hei nona manis alias jodohku,  engga usah ngambek mulu dong, mending kita keliling sekolah ini bareng-bareng. Itung-itung kita mau pendekatan gitu, gimana? " tawar Iqbaal.

Sasha tampak berfikir. Bagaimana mungkin ia akan satu sekolah bersama cowok ini yang dengan lantangnya berkata 'Jodohku', mungkin cowok itu tak ingat bahwa mantannya adalah teman dekat dirinya. Tetapi, ia sangat membutuhkan Iqbaal sebagai seorang teman saat masuk sekolah nanti. Kan engga mungkin kalau murid baru langsung mendapatkan teman. Memang mungkin, tetapi Sasha sangat malas jika nanti orang-orang nya kaku seperti kanebo kering. Apalagi dirinya suka bercanda, akan sangat senang jika nanti orang-orang mempunyai humor receh dan ia akan membuang Iqbaal menjadi temannya.

"Yaudah, ayok! Asal lo engga boleh panggil gue yang aneh itu."

"Terus gue panggil apa dong? Sayang, boleh engga?" tanya cowok itu masih terus menggoda.

"Engga boleh! Nama gue Vanesha, lo boleh panggil gue Sasha."

"Aha! Nama gue Iqbaal, lo bebas panggil gue apa aja. Tapi gue mau manggi lo Sashayang," ucap Iqbaal menggoda Sasha. Lagi.

"Ish, terserah!" kata Sasha langsung pergi meninggalkan Iqbaal begitu saja.

Satu hal yang baru Sasha ketahui. Ternyata Iqbaal suka menggoda dan tidak sekalem penampilannya. Saat menjadi pacar Zena, Iqbaal terlihat dewasa dan cool. Tetapi mengapa sekarang seperti ini? Kalau Zena tau, pasti gadis itu langsung moveon dan ilfeel pada Iqbaal.

Siapa sangka, ternyata Iqbaal mengikuti Sasha yang terus berjalan. Sesekali cowo itu bersiul jika Sasha menoleh, reflex Iqbaal bersembunyi dimana saja. Cowok aneh.

"Yang ngikutin gue, semoga bisulan dan engga bisa jalan selamanya," ujar Sasha berteriak.

Tak lama Iqbaal tiba-tiba ada didepan Sasha. "Hai, Sasha.. Yang, tuh kan kita ketemu lagi, emang jodoh sih." Iqbaal menampilkan gigi nya sambil melipat kedua tangannya.

"Heh lo itu belum minta maaf sama gue soal lo yang nyentak gue. Apa-apaan coba, cowok kok beraninya ke cewek." Sasha mengalihkan topik pembicaraan, ia sangat jijik pada Iqbaal yang terus menggodanya.

"Aduh, lupa! Maaf, ya,  Sashayang. Abisnya gue kesel banget sama lo waktu itu, tapi sekarang engga kesel lagi kok. Malah yang ada gue sayang sama lo," ucap Iqbaal yang membuat Sasha bergidik ngeri.

"Eh, Sha. Lo pulang sama gue, ya?"

Ayahnya tadi menelpon ingin pulang duluan katanya ada meeting. Hal itu membuat Iqbaal semakin bersemangat menggoda Sasha. Ini kesempatan emas bagi dirinya, bodo amat masalah Sasha adalah teman dekat dari mantan kekasihnya yang baru beberapa jam yang lalu berada di pelukan nya.

Bagaimana mungkin, cewek yang akhir-akhir ini selalu ia stalking kini berada didepannya. Rasanya.. Sasha berbeda dari kebanyakan cewek.

"Engga ah males. Nanti gue disuruh bayar bensin lagi," ucap Sasha acuh.

"Emang gue cowok apaan yang tega biarin pacarnya ngebayarin bensin?" tanya Iqbaal.

Eh, bentar-bentar. Tadi apa katanya? Pacar? Engga mimpi?

"Cowok kasar. Eh apaan lo, jadian nya kapan, tanggal berapa, jam berapa, gue engga ngerasa punya itu semua sama lo." Sasha berbicara ketus. Ia sangat muak pada Iqbaal yang semakin gencar menggoda.

"Gue engga bakal jadi kasar lagi kok, janji."

"Bodo amat!"

Setelah itu Sasha langsung pergi meninggalkan cowok yang ada dihadapannya ini, tak peduli tentang Iqbaal yang terus memanggil namanya. Sasha berniat ingin pulang, setelah menunggu hampir lima belas menit, akhirnya angkutan umum datang. Saat menunggu tadi, ia sangat was-was jika Iqbaal masih mengikutinya. Akan terjadi hal bahaya nanti.

Saat berada didalam angkot, Sasha membuka ponselnya. Pandangannya tertuju pada Zena yang mengirimkan banyak pesan suara. Ia mengklik pesan suara itu dan mendengarkannya.

Zena: "Sha, lo kemana aja, sih?  Tadinya gue mau minta antar sama lo kerumah Iqbaal. Katanya sih hari ini dia berangkat. Eh bener aja, setelah memberanikan diri, untung Iqbaal langsung ngeliat gue dan nyamperin gue. Menurut lo gue salah engga sih? Gue minta pelukan terakhir dari dia, eh dia mau, kita pelukan lama dan Iqbaal ngomong sesuatu ke gue. Engga tau kenapa, rasanya sekarang gue lega. Setidaknya gue engga mau berharap lagi dan pelukan tadi adalah buktinya bahwa Iqbaal bukan yang cocok buat gue.

Setelah ngurung diri dikamar selama satu bulan, gue sadar, Sha. Rasa gue buat Iqbaal itu udah pudar bahkan pas pelukan tadi gue engga ngerasain hal apapun tentang 'Cinta'. Gue ikhlas mau Iqbaal sama siapapun, gue mau fokus di eskul aja,  apa kata anggota gue kalo liat ketuanya gegana terus. Hehe, gue mau bilang makasih sama lo, berkat semangat dari lo serta dukungan dan juga support dari lo gue bisa sekuat ini sampe sekarang. Pulang dong, Sha. Gue kangen."

Sasha mengurungkan niat untuk memberi tahu Zena bahwa sekarang dirinya dan juga Iqbaal satu sekolah. Zena perlu waktu untuk menerima kenyataan ini, dan Sasha paham itu.

***

Akhirnya bisa update. Wah, mereka satu sekolah nih, uhuyyy :) peluang Iqbaal deketin Sasha makin kenceng dong, wkwk. Iqbaal berubah gitu ya jadi pecicilan, heran, beda banget kalo lagi sama Zena.

Kira-kira Sasha bakal ngasih tau Zena engga, ya? Ikuti terus cerita ini.

Follow ig:

@Putrysalma_





Hello YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang