(11).Vaghas & rangga

16 3 0
                                    

Sore ini kota Jakarta diguyur hujan, pintu mobil yang baru saja berhenti di salah satu parkiran rumah mewah layaknya istana itu dibuka,terlihat pria yang memakai jas tengah membantu perempuan dengan perutnya yang buncit,perempuan itu tengah hamil.
Mereka membuka pintu sebelum menarik napas kasar sejenak.

"Papah Pulangg!!"
Anak lelaki itu berlari mengitari tangga yang melingkar,ia meloncat kegirangan dan mematung.

"Mamah papah bawa tante-tante !!!"
Ia berteriak menuju dapur,lelaki itu terlihat sedu,tapi harus bagaimana lagi.

"Kenapa sayang?"
Seorang wanita dengan rambutnya yang diikat keluar dari dapur dan terkejut menatap satu perempuan didekat suaminya.

"Laam-laamii"
Ucap pria dihadapannya menunduk,detik selanjutnya ia menangis terisak isak.
"Ma..maaf"

"Mas Sadewa"
Perempuan yang tengah hamil tua itu mendekati pria yang ia sebut 'mas' dan berusaha menenangkannya.

"Siapa kamu?"
Perempuan yang mematung didepan dapur itu mulai menyimpan air mata dipelupuk matanya.
"Ini suami saya!"
Jelasnya menatap suaminya yang sudah tidak bisa mengendalikan tangisnya.

"La-laami,maaaf"
Gumam pria itu terus menerus,anak lelakinya sampai keheranan karena baru pertama kali melihat ayahnya menangis lemah seperti ini,yang ia lihat ayahnya yang baik,bertanggung jawab,dan tampan,ayahnya juga selalu membawa makanan enak setiap hari karena ibunya belum pandai memasak,tapi belakangan ini ayah tidak pernah pulang,sudah 1 Minggu ayah pergi meninggalkan mereka,jadi ibunya terpaksa harus memasak,dan sekarang ayahnya kembali membawa perempuan yang sedang hamil tua.

"Va.. vaghaass,ayah minta maaf naak"
Sadewa memeluk anaknya dengan erat,sangat erat,vaghas masih heran dengan semua ini,tapi ia tetap tersenyum karena tetap diberi pelukan hangat.

"Vaghas kangen ayah,ayah kemana aja?"
Bocah 5 tahun tersebut seakan melontarkan pertanyaan yang mewakili ibunya.
"Siapa Tante yang dibawa ayah?"
Lanjutnya menatap perempuan yang terus saja tersenyum mengelus perutnya.

"I..itu ma..maah baru kam––"

     "Plaak !!"
Satu tamparan panas mendarat tepat di pipi manis perempuan yang Sadewa bawa,ia meringis kesakitan karena memegang pipinya yang panas.

"Lami!"
Lelaki itu berdiri menatap tajam istrinya,ia merangkul perempuan yang ia bawa,lalu perempuan itu menangis dipelukannya.

"Sampai hamil?"
Lami menatap suaminya dalam-dalam.
"SELAMA INI AKU KURANG APA!  KELUARGA KITA INI SUDAH LENGJAP  LOH!,ADA VAGHAS,ADA AKU,ADA CINTA KITA,ADA JANJI KAMU,TAPI SEMUA KURANG DIMATA KAMU! SAMPAI PERGI MENGHANCURKAN KEBAHAGIAAN KITA!"
Lami berpekik sembari menangis sejadi jadinya membentak kedua orang dihadapannya.
"Kalo aku kurang Dimata kamu,kamu boleh cari wanita manapun  diujung dunia ini buat gantiin aku,tapi jangan sesekali kamu buat janji dan kebahagiaan yang dihancurin sama kamu sendiri,gak bisa".
Gumam lami melanjutkan.

"MAAF LAMI MAAF!"
Sadewa terus melontarkan teriakan teriakan itu sedangkan istrinya melanjutkan perkataan panjangnya,sampai Sadewa melupakan perempuan dipinggirnya.

Vaghas berlari kecil menghampiri perempuan yang juga menangis terisak sembari mengusap perutnya,tatapan vaghas datar,tapi perempuan itu berusaha tersenyum manis.

"Aku bakal benci anak Tante,anak Tante udah bikin keluarga aku kayak gini,Tante gak punya malu".
Vaghas kecil lalu berlari menuju tangga meninggalkan perempuan yang kemudian menatap perut yang tengah mengandung tersebut.

***

Suara tangisan bayi itu memenuhi seluruh ruangan kali ini,senyuman yang merekah tak ketinggalan.

"Terimakasih"
Ucap lelaki berperawakan jaket kulit coklat yang berdiri tegap didekat perempuan yang masih tertidur lemas.

"Aku yang berterimakasih"
Perempuan itu beralih menatap bayinya Yang ada didalam boks.
Lalu perempuan itu kembali menatap suaminya dalam-dalam.
"Terimakasih Albian Dharmawan Andrean"
Ia tersenyum simpul,walau harus beberapa kali melewati masa-masa yang sulit,hingga Albian kabur karena tidak ingin disalahkan atas kehamilan kekasihnya ini,bahkan sampai okta harus menganggap sahabatnya sendiri ialah ayah dari anak yang dikandungnya.

"Terimakasih Okta Natha Viani".

Mereka larut dalam tatapan dan senyuman masing-masing,hingga pintu ruangan yang hangat tersebut terbuka dan mengeluarkan sesosok yang selama ini Albian takuti.

"Saudara Albian,anda dinyatakan bersalah atas perampokan rumah Tuan Javier"

***

"Vaghas,mamah lelah,mamah boleh pergi kan?"
Mamah lami,ia menatap vaghas yang tengah duduk didekatnya,sekarang vaghas dan Lami tengah menikmati indahnya suasana kota Jakarta sore di roftoop apartemen yang mereka sewa.
Rumah mereka kini kosong,tidak ada barang satupun,karena kasus perampokan Minggu lalu.

"Pergi?kemana?vaghas ikut ya"
Vaghas kecil menatap mamanya dengan manis,ia sangat lugu dengan senyumannya.

"Vaghas jangan ikut,vaghas masih punya masa depan yang cerah,vaghas harus jagain papah sama mama barunya vaghas"
Lami berbicara penuh penekanan,ia terpaksa menunjukan senyumannya.

"Mama baru vaghas jahat,dia rebut ayah dari mama"
Rengek vaghas mengerucutkan bibirnya,wajahnya yang lugu perlahan sirna.

"Tapi walaupun begitu itukan mama nya vaghas,mamanya vaghas lagi ngandung adik vaghas lho.."
Ucap lami mendekap vaghas sembari menahan senyuman yang kini terganti dengan air mata yang jatuh.

"Mama jangan pergi,vaghas sayang mama"
Gumam vaghas didalam dekapan ibunya,ia memejamkan mata sembari masih menikmati hilir angin sore ini.
Wajah vaghas memelas,ia mengantuk,kepalanya ia senderkan  pada dada hangat ibunya.

Sebelum benar benar tertidur,vaghas ingat,ibunya pernah membalas gumamannya.

"Kamu pasti bisa vaghas"

.

Okta merasakan air mata yang perlahan jatuh membasahi pipinya,ia rindu dengan Albian,suaminya,ayah dari anak yang tengah ia pangku sekarang,ia juga tidak bisa melupakan Sadewa,sekarang ia merasa bersalah,hanya karena kesalahpahamannya,keluarga Sadewa jadi hancur.

"Okta,ayo"
Sadewa terlihat berdiri didepan pintu dengan tatapan yang sayu,Sadewa melirik anak yang dipangku Okta sebentar lalu tersenyum.
"Semua ini akan baik-baik saja".

Okta berdiri dengan perlahan,sekarang mereka tengah bersiap untuk datang ke pemakaman lami,istri dari Sadewa,yang juga ibu dari vaghas. Ia ditemukan bunuh diri di Roftoop malam kemarin.
Okta masih tidak bisa membayangkan,bagaimana vaghas sekarang,apa vaghas akan dendam padanya?atau malah ingin membunuh anaknya yang baru berusia 3bulan?.

Tapi pikiran Okta kembali teringat secarik kertas yang pernah Albian tinggalkan sebelum dibawa ke lapas.

AKSARA RANGGA ANDREAN
Jaga mama sebaik mungkin nak,bila kau mengerti situasi sekarang,cobalah menjadi pria yang tangguh,ingat akan tanggung jawab sebagai lelaki,selalu jaga janji,dan cintamu

-albian 2001

[]

REMEMBER ME (Rangga X Raissa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang