12.lelaki itu

17 2 0
                                    

Rangga duduk di sofa coklat dikediaman ayahnya,disini begitu tenang,bahkan ia bisa melihat pemandangan dini hari kota new York  lewat kaca besar yang sengaja dijadikan dinding.

"Mau coklat?atau kopi?kamu pasti capek kan?"
Pria itu membuka jaket panjang yang ia tadi kenakan lalu menggantungnya di gantungan dekat lemari hias.

"Rangga mau tidur"
Ucap Rangga memelas dan menyenderkan leher juga kepalanya kekepala sofa.

"Gimana kabar mama?"
Sadewa,ayahnya,ia duduk di depan Rangga sembari menatap anaknya itu dalam-dalam.

"B-aja"
Jawab Rangga lalu memejamkan mata.

"Anak ini"
Sadewa berdehem dan bergeleng,Rangga masih seperti dulu,monster yang tidak bisa ia kendalikan.
Tapi jika berhadapan dengan Rangga seperti ini,yang ia lihat ialah Okta,perempuan yang pernah ia dekati sampai berbuah Rangga.
Semoga saja jika dirinya,lami,Okta,Rangga dan vaghas ditemukan di syurga suatu hari nanti,akan menjadi keluarga yang hangat dan manis.

Rangga mengangkat kepalanya berdiri tegak,ayahnya yang mulai tua itu harus tinggal sendirian disini,Sadewa mungkin tidak berpikir ingin mencari pengganti mamahnya.
"Papa bisa masak kan?"
Ucap Rangga penuh penekanan.

Sadewa mengangkat dagunya seperti orang terkejut,ia menyunggingkan bibirnya.
"Mau makan apa?"

***

Raissa menyimpan secangkir kopi dimeja ruang tamunya,didepannya ada vaghas,yang sedari tadi memperhatikannya dalam-dalam.
Suasana masih hening ketika Raissa duduk,tanpa basa-basi si pemilik marga Natha itu segera mengambil alih suasana ini.

"Jadi bener,lu kakaknya Rangga?"
Tanyanya seperti antusias,ia berkerut,membuat vaghas ingin tersenyum.

"Iya"
Jawab vaghas menopang tangannya dengan lutut.
"Papa hamilin Tante Okta,jadi lahir Rangga,mama gue pergi karena sakit hati,dan gue juga awalnya mau ikut pergi,tapi papa nahan gue,jadi gue tinggal disini,dan papa pergi ke Amerika".
Jelas vaghas lalu Raissa mengangguk angguk.

"Terus gimana?"
Tanya Raissa kembali.

"Yagitu".
Singkat vaghas,Raissa kembali berkerut,lalu vaghas mengambil kopi yang Raissa bawa tadi dan meminumnya dengan penuh sok ganteng.

"Adek sama kakak gak ada bedanya"
Raissa sedikit berdecak,ia bersender pada badan sofa.
Vaghas yang mendengar itu sontak tersenyum dan menyimpan cangkir kopi kembali.

"Gue sama Rangga beda 5 taun".

"What !"
Pekik Raissa menegakkan tubuhnya mendekati vaghas.
"Lu udah tua".
Lanjutnya dengan nada sedikit dipelankan.

"Umur gue 24,gue seharusnya kuliah,tapi karena telat masuk SD,jadi sekarang gue masih SMA,sama kayak lu".

Raissa kembali mengangguk,tidak disangka,ternyata ini alasan kenapa tubuh vaghas sangat tinggi.
Disela sela obrolan mereka,seorang pria tampan dengan memakai jas hitam dan tas kantor yang ia bawa masuk sembari menunjukan senyum khasnya.
"Papa pulang".
Ucapnya menatap seluruh seisi rumah lalu memaniskan senyumannya ketika melihat anak semata wayangnya,Raissa.

"Papa"
Raissa tersenyum simpul,sudah hampir 1 Minggu papahnya pergi ke luar negri.
Ia berdiri dan memeluk pria yang ia panggil 'papa' tersebut.

"Mana mama?"
Pria itu mengusap sebagian kepala Raissa dan menatap matanya yang hampir hilang karena jas yang ia pakai.

"Ada diatas,nanti juga kesini"
Raissa kemudian melepaskan pelukan rindunya.
"Mama kangen berat sama papa lohh.."
Goda Raissa dengan senyum yang tidak ingin hilang.
Papa nya hanya tertawa kecil.

Vaghas melihat kehangatan ini,kehangatan yang ia rindukan,ia membutuhkan Doraemon dan mesin waktunya sekarang,ia rindu kebersamaan papa dan mama nya dulu,jika saja tidak ada Okta sialan disana,pasti mamanya masih hidup,dan Rangga tidak dilahirkan.

Pria didekat Raissa itu beralih menatap vaghas,merasa menjadi pusat perhatian,vaghas berdiri,tersenyum dan menunduk.

"Ini temen kamu?"
Tanya pria itu mengangkat alis antusias.
Lalu Raissa menunduk sedikit meredakan senyumnya.
"Kenalin dong ke papa"
Raissa ikut mengangkat alis berusaha kembali bertanya,dan detik selanjutnya ia menghirup napas panjang.

"Kenalin,ini Vaghas,tadi dia anterin aku pulang"
Akhirnya Raissa tersenyum,walau vaghas memaksanya agar diantar bersamanya.
"Vaghas,ini papa,namanya Albian,papa baru pulang dari Sans Fransisco "

"S-saya vaghas"
Vaghas kembali menunduk dan mengulurkan tangan,lalu tangannya dijabat dengan niat diterima.

"Saya Albian,papahnya Raissa".

.

.

BATAS SUCII

Don't forget-!

REMEMBER ME (Rangga X Raissa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang