13.Evan

27 1 0
                                    

"lu ga bakal pulang?"
Tanya Raissa ketika waktu semakin sore,dan pria aneh ini masih diam di rumahnya.

"Gue mau nginep disini"
Jawab vaghas menatap Raissa micing.

"Gila mau ngapain lu elpiji !"
Nada bicara Raissa ditinggikan,gadis itu sedikit terkejut dengan pernyataan yang vaghas berikan.

"Gue mau jadi pengganti Rangga"
Ucap vaghas pelan,jantung Raissa kini mengalami serangan mendadak.

"Bacot "
Gumam Raissa lalu tidak berani menatap lelaki didepannya.
"Ga pulang gue bunuh diri"
Ia beranjak dan melangkahkan kakinya menuju tangga dengan perlahan.

"Ga peduli"
Gumam vaghas,dan Raissa masih bisa mendengarnya.
"Serangan jantung mendadak Lo"
Vaghas mengeluarkan tawa anehnya,tawa yang tidak bisa ditebak,entah tawa apa itu.

"Mama ada orgil !!"
Raissa berpekik ketika sudah mencapai kepala tangga dan tiba di lantai atas rumahnya.

Disela sela keheningan dilantai dasar ini,bahkan lampu juga belum dimatikan,vaghas bergumam, gumaman nya tidak pernah didengar atau bahkan disangka Raissa.

" Waktunya Korban pertama ".

***

"Plisss jawaab"
Gadis berperawakan tinggi nan cantik itu kini tengah gelisah mondar mandir didepan kamarnya menunggu jawaban dari ponsel yang ia tempel di telinga.

Setengah menit berlalu,telepon akhirnya tersambung,di seberang sana terdengar suara deheman yang jelas.

"DINDAA !!! akhirnya lu jawab"
Arletta,tidak lain bukan? Ia kini tengah berkaca kaca mengingat yang terjadi tadi.

"GANGGU AJA LO ! GA MALU APA MALEM - MALEM GINI TELEPON !"
Adinda berpekik tinggi dikamarnya yang sunyi ini.

"Ya mangap"
Gumam arletta lalu menggantungkan bibirnya

"maap anjir"
Sambung adinda.
"Mau apaan Lo telepon gue malem-malem?"

"Gosah nyorongos neng"
Ucap arletta sibuk mencari basa-basi

"Tudep anjing  udah malem"
Ingin rasanya ia melempar hp nya itu menuju lemari didepannya,tapi Adinda masih ingat bagaimana ia membeli hp nya dengan susah payah,ia rela menjadi driver ojek online.

"Gosah ngegas ya Allah tar jadi jodohnya si vaghas lohh.."
Kekeh arletta pelan.

"Mau gue blokir nomor lu?"
Ujar Adinda sedikit merendahkan nada bicaranya,bukan apa-apa,tapi ia sedikit aneh,atau lebih tepatnya mempunyai firasat buruk tentang basa-basi Arletta.

"Jangan elaah.. tar ga gue ajak kerumah lagi nii"
Dari nada bicaranya pun sama,Arletta seperti menahan sesuatu.

"Ngomong"
Ucap Adinda sedikit ganas.

"Kenapa tantee?"
Arletta membuat suaranya menjadi cempreng.

"Ngomong bangsat!"
Ganas dan ganas,arletta bahkan tersedak salivanya sendiri.

"Evan meninggal".
Gumam arletta pelan,sangat pelan sehingga hanya terdengar samar-samar ditelinga adinda.

"Apaan? Ngomong yang bener?"
Adinda sedikit panik,suasananya tidak seperti biasanya,biasanya adinda akan berisik,receh dan begitulah,tapi sekarang ia terlihat jauh berbeda.

"Evan meninggal".
Gumam arletta kembali.
Adinda mengernyitkan dahi,telinganya yang tuli atau arletta yang berbisik?.

"NGOMONG YANG BENER JINGAN !"
Teriak adinda lalu ia menarik napas berat,sangat berat.

"Evan meninggal"
Kini arletta berbicara normal.
Seketika bulu kuduk adinda merinding.

"Ngomong yang be..nner"
Adinda terlihat mengeratkan mulutnya menatap seluruh isi kamarnya.
Arletta ialah saudara dari Evan,jadi pantas arletta tahu apa yang dibicarakan kali ini.
tapi ini tidak mungkin?.
"Kenapa harus tengah malem?"
Tanya adinda seraya tidak ingin membuat arletta bertubi-tubi melontarkan kalimat tadi.

"G–ue .. gue juga gak tau"
Iya,kini arletta tengah menjatuhkan air yang ada dipelupuk matanya.
Evan yang tinggi,aneh dan cuek harus pergi dengan cepat?.

"Gue kesana sekarang,kita kerumah Evan".
Ucap adinda beranjak dari kasurnya dan meraih mantel coklat yang digantungkan didepan lemari.
"Kabarin yang lain."

"Oke,gue tunggu".

.

.

Raissa mengerjap berkali kali,mulutnya menganga lebar,apa yang ia dengar tadi seperti mimpi,sihir atau apalah.

Suara adinda lewat telepon tadi sungguh seperti gejlukan di jalan tol.

Ia kemudian berlari keluar kamar menuruni tangga dan menyapu seluruh sudut ruangan di lantai dasar.
Raissa mencari Vaghas,tadi vaghas bilang akan menginap,meski Raissa mengacuhkannya tapi masih ada rasa percaya walau kehalangan.

Udah pulang?kirain bakal tidur di sofa
Gumam Raissa yang masih berdiri di anak tangga awal dan meremas ujung pegangan tangga.

Tidak ada apapun dipikirannya sekarang,yang jelas ia harus pergi ke rumah Evan karena teman-temannya pun ada disana.

Sampai Raissa lupa bahwa ia punya orang tua dan harus mengabari mereka.

[.]


REMEMBER ME (Rangga X Raissa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang