Pagi dini hari dikira new York,Rangga menarik kopernya dan menaikkan masker yang sedari tadi ia pakai,lalu duduk ditempat tunggu dibandara
Ia merogoh benda pipih disaku celananya,lalu detik selanjutnya benda itu sudah ada menempel ditelinga Rangga.
"Rangga udah sampe"
Ucapnya dengan suara serak dan lembut secara bersamaan."Tunggu dibandara,papa lagi otw kesana"
Suara pria paruh baya diseberang sana terdengar samar dan lelah,mungkin baru selesai bekerja.Rangga menjatuhkan ponsel nya ke tempat duduk disebelahnya,disini sangat hangat,hangat dengan orang-orang yang baru saja sampai dan disambut oleh pelukan dari keluarga mereka.
Pikirannya kini mengacau ke perjanjiannya dengan vaghas dan Evan,tidak,bukan ini yang ia khawatirkan sedari kemarin.
Ah ia belum mengakhiri hubungannya dengan Raissa.Bodoh,kenapa vaghas lebih milih Raissa dari pada harta dan papa?yang jelas perempuan itu gak ada gunanya,nyusahin doang.
"Rangga".
Suara itu terdengar asing ditelinga Rangga,tapi sukses menghangatkan hatinya."Papah"
Rangga berdiri dari duduknya dan membuka masker yang hampir menutup semua bagian wajahnya."Papah kangen sama kamu nak"
Pria dengan kemeja hitam dan senyum merekah itu memeluk Rangga dan membawanya kedalam suasana haru."Ehhmm .. rr-rrangga juga"
Ucap Rangga dengan perlahan membalas pelukan papah yang dulu ia benci setengah mati.***
Raissa berjalan dengan hati-hati menuju gerbang sekolah karena kaki bagian lututnya seakan remuk karena tendangan wanita siluman setan tadi saat waktu istirahat.
Waktu pulang dipercepat 1 jam karena masalah beberapa raport siswa yang hilang."Saa !"
Suara aneh,tapi lembut terdengar ditelinga Raissa sekarang.
Ia menghentikan langkahnya berniat mempersilahkan orang itu menampakkan dirinya."Kaki lu gak apa-apa?"
Vaghas,ia berjalan mendekati Raissa dengan tatapan khawatir khasnya."Kaki?lu tau dari mana?"
Tanya Raissa yang membuat alis vaghas bertautan."Eumm.. Hasna tadi kasih tau gue"
Ucap vaghas memelas."Oh".
Raissa melanjutkan langkahnya menuju gerbang
Vaghas dengan cepat menyeimbangkan langkah dirinya dengan Raissa."Mau gue anter?"
Wajah Raissa yang tertunduk kini diangkat menatap vaghas dengan intens."Gak"
Ujarnya singkat lalu kembali menundukkan wajah dan berjalan."Gue cuman mau nganter lu,bukan buat gantiin Rangga"
Raissa berhenti berjalan,ia kembali menatap vaghas,tapi bukan tatapan intens,tatapan sendu diberinya."Gausah bawa-bawa Rangga"
Sontak jantung vaghas berdetak dengan kencang tanpa berhenti,ia bahkan tak siap untuk membalas tatapan Raissa,seperti Rangga saat bilang ingin pergi,entah tatapan apa itu."Adek ipar gue tanggung jawab gue"
Ucap vaghas seakan to the point,is tidak melihat keadaan Raissa yang terkejut,ia hanya melihat kerutan didahi Raissa."Adek ipar?"
Pikiran Raissa bertubrukan sekarang."Rangga adek gue"
Dan sampai sekarang,Raissa mengangkat alis berpikir,ia lalu menatap vaghas dengan intens."Kepergian Rangga ke Amerika ada hubungannya sama lu?"
Tanya Raissa sembari meremas androknya.BATAS SUCI
Don't forget!
KAMU SEDANG MEMBACA
REMEMBER ME (Rangga X Raissa)
Genç Kurgu"Gue cuman lelaki bajingan yang ngandelin janji manis untuk tiang hubungan kita,gue gak pantes dibilang manusia,lu bener,gue emang malaikat dua muka" -aksara Rangga Andrean Kisah putus nyambung dari Raissa dan Rangga menghantarkan mereka kedalam...