Keadaan kini malah menjadi ricuh,para pelayat dan keluarga dirumah Evan kebingungan untuk membawa Evan ke rumah sakit atau tidak,pasalnya,Evan ditemukan tak bernapas dengan mulut dipenuhi busa putih dan goresan di bagian bawah bahunya.
"Begini saja,Nak Evan kita bawa saja kerumah sakit,kan kita ga bakal tau,Evan meninggalnya karna apa,siapa tau ada yang buat jahat sama nak Evan,atau nak Evan lakuin pencobaan bunuh diri,mendingan dibawah saja sekarang".
Ucapan Pak Lurah yang ikut hadir melayat kerumah Evan membuat seluruh orang didalam rumah mengangguk setuju.
Salah satu dari mereka menekan tombol panggilan untuk memanggil ambulance"Hm...let gue pulang duluan ya udah malem"
Raissa berdiri dari duduk manisnya lalu membenarkan letak singgah rambut yang sengaja tidak ia ikat."Lah?besok kan libur,diem disini sampe Evan kerumah sakit aja,sekalian temenin Tante Farah"
Ucap arletta terlihat mengangkat dagunya untuk menatap Raissa yang lumayan tinggi ketika berdiri.Ah iya,Tante Farah ialah ibunda Evan,Farah Nabila namanya.
"Gue belum sempet kabarin mamah sama papah tadi,takut mereka marah"
Raissa mengambil jaket putihnya yang digantungkan disamping jaket sahabatnya yang lain,ia tersenyum takut mengingat bagaimana rapper kesayangannya,ibunya."Oh oke,gue panggil Tante Farah nya dulu"
Tak sempat arletta berdiri,Raissa sudah menahannnya dengan deheman sebelum ia berucap,"Ehh-mm ga usah,Tante Farah kayaknya lagi berduka"
Ucap Raissa membuat arletta mengangguk dan kembali duduk.
"Gue pulang ya , bye"
Lantas Raissa berjalan sembari menunduk keluar karena banyak bapak dan ibu yang ia lewati.***
Jam sudah menunjukan pukul 01.45 , jalanan sekitar tempat Evan tinggal sudah sangat sepi,kecuali lingkungan rumah Evan.
Raissa berjalan melewati lampu merah berniat mencari taksi atau angkot dekat halte,ia tidak bisa memesan taksi online di handphone nya karena jam kerja driver sudah lewat.
Jantungnya berpacu dengan cepat,ia takut dengan cerita cerita tetangganya yang menceritakan bahwa begal atau preman selalu nongkrong di dekat halte,halte manapun,jadi polisi atau satpol PP malam tidak akan menduga mereka begal atau preman, satpol PP hanya akan menduga mereka hanya orang yang menunggu bus tiba.
Ia melirik setiap kali mendengar suara derap langkah,ia mengepal tangannya keras,tak lupa ia bergumam membaca ayat kursi walau hapal setengah,terakhir kali ia menghapal ayat kursi saat duduk di bangku SMP,jadi pantas sekarang bacaannya malah ngawur menuju surat lain.Akhirnya ia duduk di halte dengan hati-hati sembari masih memasang tatapan ketakutan.
Sampai sorotan cahaya dari motor membantu penglihatannya.
Motor itu semakin dekat kearahnya.
Ia berkerut mengamati pelan-pelan motor dan pemiliknya,hingga ia ingat kejadian tadi siang."I-itu kan motor vaghas?"
Gumam Raissa pelanLelaki itu turun dari motornya setelah melepaskan hlem full face yang membuatnya merasa keren,dan detik selanjutnya,ia tersenyum manis kearah Raissa.
"Vaghas?ngapain Lo kesini?"
Tanya Raissa dengan wajah datarnya,"Bacot buruan naek"
Ucap vaghas yang masih bersender di motor KEREN nya."Males"
Gumam kembali Raissa walau masih bisa terdengar oleh vaghas."Angkot ke rumah Lo ga ber-oprasi sekarang,jadi cepet naek"
Vaghas mulai menaiki motorlnya dan memakai hlemnya,Raissa hanya berkerut heran."Mau diem aja disini ato pulang bareng gue?"
Sahut vaghas ketika menatap gadis judesnya masih duduk di kursi tunggu halte tanpa berniat menghampirinya.Raissa hanya menatap vaghas sembari mengernyit dahi,rasa malas bahkan jijik mulai terasa dipikiran juga raganya,yang ia mau sekarang hanya vaghas pergi dari pandangannya.
"Ra?Lo lagi nunggu preman Dateng?"
Tanya vaghas membuat Raissa menatapnya serius,
Vaghas benar."G-gue mau jalan aja kerumah,lagi pula gak jauh,"
Jawab Raissa berdiri dari duduknya,
"Gue duluan"
Kaki jenjangnya ia oprasikan untuk berjalan,tapi belum sempat Raissa menghembuskan napas panjangnya,vaghas sudah lebih dulu membuka hlem yang sebelumnya pemuda itu kenakan,"Eh! Ga bisa gitu dong,niat gue baik mau anterin lu,sekarang udah hari sabtu pagi,bukan Jumat malem lagi!"
Seru vaghas dan Raissa berhenti dari langkahannya."Tapi gue gamau!,"
Ucap Raissa cepat,
"Gausah paksa-paksa gue!,""Tapi bahaya buat Lo kalo jalan sendirian,Lo itu cewek Ra!"
Sahut vaghas berusaha meluruskan niatnya yang sudah matang."Gapeduli gue cewek ato banci,gue tetep gamau!,"
Raissa menyeret iris matanya dari bayangan vaghas lalu kembali berjalan menyebrang jalan yang benar-benar bukan seperti Jakarta."Deket pasar malem banyak om-om pedopil Rara! Gue gamau lu jadi perempuan jalang!"
Pekik vaghas kembali."Gausah rayu gue pake omongan aneh elo!,"
Jawab Raissa terdengar walau ia sibuk berjalan memunggungi vaghas tanpa menoleh."Denger gue Anjing!,"
Raissa tetap tidak menggubris omongan tidak berguna vaghas,ia sungguh tidak peduli,karena menurut cerita orang-orang,
Om-om pedopil yang sengaja menongkrong didepan gang,atau pengamen jalanan dengan tato-tato layaknya becekan itu hanya ada di malam Minggu.Bayangan perempuan tinggi yang memakai jaket putih dan rambut panjang itu masih terlihat jelas dipandangnya vaghas,bisa vaghas lihat Raissa tengah bernyanyi,tidak memperdulikkan beberapa pekikan vaghas yang berusaha menarik gadis itu untuk duduk di jok belakang motornya.
"Rara Lo masih denger gue kaan!!,"
"Raissa jawab gue walau cuman batuk atau bersin lu!,"
"Rara bin albian jawab gue!"
Raissa menggeleng kuat,ia masih melanjutkan perjalanannya melewati jalan yang dipenuhi lampu remang-remang komplek.
Vaghas yang terus berceloteh akhirnya diam,Raissa bisa bernapas lega sekarang,pasti ia sudah jauh melampau meninggalkan vaghas dan motornya.
"GUELL NATHA RAISSA !! GUE MOHON IZININ GUE BUAT GANTIIN RANGGAAA!!!"
Raissa tersekat,jantungnya perlahan berdetak kencang,ia menghentikan langkahannya.
Raissa ingin menoleh,tapi rasa gengsi kembali menjular raganya,
Kepala sang Rara menoleh dengan perlahan mendapati pemuda yang tadi berpekik tengah tersenyum manis lengkap dengan motornya.Ia masih bisa mengingat memori yang tersimpan jelas diotaknya,alasannya ialah sama seperti sekarang,
Seiiring iris mata Raissa menatap vaghas,kepingan memori yang berusaha dibuangnya kini menyatu,ia menarik napas panjang."GUE MASIH SAYANG SAMA RANGGA!!"
[.]
KAMU SEDANG MEMBACA
REMEMBER ME (Rangga X Raissa)
Ficção Adolescente"Gue cuman lelaki bajingan yang ngandelin janji manis untuk tiang hubungan kita,gue gak pantes dibilang manusia,lu bener,gue emang malaikat dua muka" -aksara Rangga Andrean Kisah putus nyambung dari Raissa dan Rangga menghantarkan mereka kedalam...