"Hanya bisa diam saat di lukai,
Dan pergi saat hati tak sanggup lagi"Jessica
Matahari telah menampakkan diri dari persembunyianya, dan cahayanya masuk kecela-cela jendela kamar bernausa abu-abu itu.
Dia menggerakkan otot-ototnya, dan samar-samar dia mendengar suara wanita.
"Ga ayo dong bangun, ini udah siang loh, kamu enggak mau sekolah?" ucap seorang perempuan berumur yang berkali-kali membangunkan anak tersayangnya.
"Emm ... bentar lagi bun ya?"ujarnya dengan suara serak khas orang bangun tidur, dia menarik kembali selimutnya yang sempat bundanya tarik.
"Ini udah jam setengah tujuh loh Ga? kamu enggak telat? " bunda kembali menarik selimut dari tubuh Yoga. Ya dia Yoga kenndrict alendra
Mendengar ucapan bundanya tadi Yoga langsung turun dari kasurnya dan melangkah cepat, tapi langkahnya terhenti karena sebuah tangan mencekalnya, Yoga menoleh sambil menaikkan satu alisnya.
"Muka kamu kenapa ga?! kamu berantem?!" tanya Bunda sambil menatap wajah anaknya dengan teliti.
"Entar Yoga jelasin, sekarang yoga mau mandi dulu," ujarnya lalu melepas cengkalan bundanya dan berlari masuk ke dalam kamar mandi.
Raini menghembuskan napas gusar, dia tidak mau anaknya itu kenapa-napa, apalagi harus terjerumus ke pergaulan bebas, Raini pun keluar dari kamar putranya itu lalu menuruni tangga menuju meja makan yang sudah di isi oleh suaminya dan anak perempuannya.
"Bun bang yoganya mana?" tanya Ai adik perempuan dari Yoga saat melihat bundanya menuruni tangga sendirian.
"Mandi," ujarnya lalu menjatuhkan bokongnya ke kursi dekat suaminya.
Ai hanya menggukkan kepalanya beberapa kali lalu melanjutkan sarapanya, sudah biasa baginya bila kakak satu-satunya itu baru mandi jam segini.
Tidak lama kemudian terdengar suara hentakan sepatu yang berasal dari tangga, sontak semua mata mengarah padanya, ya dia Yoga, dengan santainya dia menuruni tangga, dengan rambut acak-acakkan, baju yang dikeluarkan dan jangan lupa tas yang tertenger manis di bahu kirinya, dia duduk di samping adiknya.
"Bang cepetan sarapan, ini udah mau telat loh," ucap Ai yang melihat tidak ada pergerakan dari abangnya ini.
"Yuk berangkat." Yoga menarik tangan adiknya, dan menyalami tangan bundanya lalu beralih pada papanya dan diikuti Ai, dengan cepat Ai menyamat gelas yang berisi air putih dan menghabiskan.
"Kamu enggak sarapan?"tanya Rudi papa Yoga.
"Enggak,"ujarnya masih dengan muka datar miliknya. Melihat Ai yang sudah menghabiskan minumnya Yoga langsung menarik tangan adiknya.
"MA ... PA ... AI BERANGKAT YA!" teriak Ai sambil mengikuti langkah lebar abangnya. Aisyah Azka akila itu nama lengkapnya, umurnya hanya bertaut satu tahun dengan Yoga.
🌦️Jessica's🌧️
"Gimana sekolah kamu sayang?" tanya Gibran papa Jess, Jess hanya tersenyum menanggapi, dia sekarang berada di meja makan bersama keluarganya, ada adik perempuanya, mamanya dan papanya.
"Ba-" belum sempat Jess menjawab adiknya sudah memotong ucapannya.
"Palingan juga selalu dapet nilai kecil, tau sendirilah Jess itu gimana di sekolah, setiap hari di kasih hukuman hormat bendera atau bersiin perpus, karena enggak pernah buat pr." Stela memotong ucapan kakaknya, bukanya ini tidak sopan? bahkan dia tidak memakai embel-embel kakak saat dia berbicara, tapi lihatlah tidak ada yang memarahinya atau sekedar memperingati, bahkan mamanya saja hanya menunjukkan senyum kemenangannya, sedangkan papanya menghembuskan napas kasar.
Benar kata Stela adiknya, dia selalu mendapat nilai kecil di sekolah, tidak seperti dia yang selalu mendapat nilai besar dan selalu mendapatkan kemenangan saat mengikuti olimpiade, tapi bukankah manusia itu tidak ada yang sempurna dan pasti ada kekurangan dan kelebihannya, mungkin Jess memang lemah dibidang akademik, tapi lihatlah dibidang non akademik dia selalu unggul dari Stela, dia bisa bermain gitar,piano, biola, dan suaranya juga lumayan bagus.
"Ma ... Pa ... Jess berangkat." Jess melepaskan sendoknya dengan kasar lalu menyandang tas miliknya dan berlalu pergi. Dia tau ini tidak sopan? tapi dia sudah sangat kecewa, kalau hanya hari ini saja mungkin Jess tidak akan marah, namun ini sudah beberapa kali terulang, dia merasa di bedakan dengan adiknya.
"Dasar enggak sopan." Stela mencibir, tapi itu masih bisa didengar oleh papa dan mamanya bahkan Jess. Jess menggepalkan tangannya menahan amarah, dan mukanya sudah memerah, apakah ini tidak salah, dia atau Stela yang tidak sopan! Jess mempercepat langkahnya lalu menaiki mobil sport berwarna merah miliknya. Dan melesat meninggalkan perkarangan rumahnya.
🌦️Jessica's🌧️
"Bang?!" teriak Ai, sekarang mereka sedang berada di jalan menuju sekolahnya.
"Hemm."
"Muka abang kenapa bonyok semua kayak gitu?! jangan bilang abang berantem lagi?! bang udah lah kasian bunda?! pasti dia khawatir liat muka abang kayak gini?" Ai terus mengoceh, dia tidak mau abang satu-satunya ini kenapa-napa.
"Abang enggak papa."
Ai hanya bisa terneyum kecil, abangnya selalu saja seperti ini, dia tidak pernah terbuka dengan siapa saja, bahkan sama bundanya saja tidak, termasuk Ai dan teman-temannya.
"Entar pulang sekolah enggak usah tunggu Ai pulang ya bang?!" ucap Ai sedikit berteriak. Iya Ai dan Yoga memang satu sekolah, Ai kelas sepuluh sedangkan Yoga kelas sebelas.
"Kenapa?"
"Ai mau pulang bareng temen."
"Cowok apa cewek?"
"Cowok," jawab Ai berhati-hati serta menundukkan kepalanya dalam-dalam, Karena dia sangat kenal sama abangnya ini, dia pasti tidak akan mengizinkan Ai pulang bersama temannya kecuali Aurel, apa lagi ini cowok.
"Kalau enggak boleh enggak papa-papa kok bang," ucapnya sambil tersenyum manis hingga lesung pipinya tercetak indah di kedua pipinya, tapi di balik senyum itu dia sedikit kecewa.
Yoga menatap wajah adiknya dari kaca spion motornya, apakah selama ini adiknya terlalu terkekang? apakah dia tidak bisa menikmati masa remajanya karena ulahnya? sungguh dia tidak pernah bermaksud seperti itu, dia hanya ingin adiknya fokus belajar dan mengejar cita-citanya.
Yoga menggukkan kepalanya dan berkata,"boleh."
Ai sontak mengangkat kepalanya mendegar jawaban dari abangnya, apakah dia tidak salah dengar? Ai langsung memeluk Yoga dengan erat.
"Makasih abangku tersayang dan yang terganteng sedunia!" teriaknya sambil mengeratkan pelukanya, mungkin ini terlalu lebay, tapi Ai tidak bisa menyembunyikan kebahagiaanya.
Yoga mengangguk dan tersenyum tipis di balik hlemnya, semoga keputusannya ini tidak salah.
Jangan lupa vote dan komen
KAMU SEDANG MEMBACA
JESSICA'S
Подростковая литератураKau itu sulit aku dapatkan apalagi aku genggam. Kau itu sulit di takklukkan dan aku dapatkan. Dan kamu bisa menyakiti jika ku tak memilih pergi. Namun kau akan memberi ku kebahagiaan jika ku bisa sabar. Hanya dua pilihan pergi atau bertahan. Ent...