Apakah aku harus mengejar mu?
Apakah aku akan berhenti sebelum berperang?
Apakah aku harus pasrah jika kamu memang bukan untukku?-Jessica-
"Ga tungguin ih ... " Jess terus berlari mengejar langkah Yoga, dia tidak membawa mobil tadi pagi, dan sekarang dia ingin nebeng sama Yoga sekalian modus, sebenarnya sudah di rencanakan sih.
Yoga tidak menghiraukan teriakan Jess, dia terus berjalan menyusuri parkiran, saat dia menemukan motornya dia menghampirinya dan menaiikinya, sesekali dia melihat jam tanganya sambil mengedarkan pandangannya.
Jess yang melihat gerak-gerik Yoga pun bertanya."Ga kamu nungguin siapa sih?"
Yoga masih bungkam dia terlihat gelisah.
"Ga ayo pulang, gue nebeng yaa?!"Jess terlihat antusias.
"ABANG! "teriak Ai berlari menghampiri Yoga yang sudah bertengger manis di atas motornya, karena Ai tau abanya sudah menunggunya lama pun langsung naik ke motor Yoga.
Yoga memasang helmnya, sambil menunggu abangnya memasang helm Ai mengedarkan pandangannya, dia melototkan matanya saat melihat Jess yang berdiri di dekat motor abanya, Ai baru menyadari kalau sedari tadi ada Jess.
"Loh ... kak Jess?"Jess hanya tersenyum kikuk." Kak Jess mau nebeng sama bang yoga ya? Kalo gitu biar aku bareng temen aku aja kak."Ai yang merasa kasihan dengan Jess pun mencoba mengalah, walaupun dia tidak tau harus pulang sama siapa, hanya ada beberapa kendaraan di parkiran sekarang.
"Engg-"belum sempat Jess melajutkan ucapnya, motor Yoga sudah melesat pergi.
"Ih..sebel-sebel." Jess menghentak-hentakkan kakinya kesal.
"Bebeb gue kesel sama siapa sih?..."Jess menoleh ke kanan saat mendengar suara yang cukup familiar di telinganya, Jess menghembuskan napas jenggah saat melihat Radit dkk, Radit menaik-turunkan alisnya.
"Apaan sih Dit? Mau berapa kali gue ingetin kalo gue enggak suka lo panggil bebeb-bebeb gitu." Jess menatap Radit kesal, sedangkan yang di tatap hanya meneyengir sambil menggaruk tengkuknya.
"Tapikan itu panggilan sayang dari babang Radit."Radit mengerucutkan bibirnya.
Plakkkk
Satu tamparan mendarat di bibir Radit yang sengaja ia majukan, sontak membaut Jesss dan Gandi tertawa.
"Apaaan sih Tom? Sakit tau." Radit mengusap bibirnya berulang kali sambil menatap kesal kearah Tomi, lalu kearah Jess dan Gandi yang masih setia tertawa.
"Ih ... kok kalian malah ngetawain gue sih." Radit menghentakkan-hentakkan kakinya.
"Sumpah jijik gue," cibir Jess sambil bergeridik ngeri.
"Bukan temen gue," timpal Tomi.
"Udah ayo pulang Jess." Gandi menarik tangan Jess untuk ikut dengannya.
"He beruang kutuk, mau lo bawa kemana calon mak dari anak gue ha?!" teriak Radit melihat Jess dan Gandi yang ingin menaiki motor Gandi.
"Pelaminan!" jawab Gandi asal, dia sedikit berteriak karena jarak dia dengan Tomi dan Radit lumayan jauh.
🌦️Jessica's🌧️
"Bang enggak boleh gitu tau, kalo abang enggak bisa buat ngenter kak Jess pulang bilang baik-baik atau kasih alasan, aku juga perempuan bang, aku tau perasaan kak Jess tu gimana." Ai terus mengoceh, dari di jalan menunju rumahnya dia tidak berhenti-henti mendumel, dan sampai sekarang masih, sampai-sampai bajunya saja belum ia ganti, sesampainya di rumah tadi dia mengikuti abangnya ke kamar untuk melanjutkan omelannya.
seakan tidak peduli dengan ucapan adiknya Yoga memetik senar gitarnya.
"Kalo aku yang di perlakuin kek gitu gimana bang?" Ai kembali berujar, dia terlihat lelah bahkan dia tidak mendapat sepata pun kalimat yang keluar dari bibir abangnya.
"Enggak akan." Yoga berhenti memetik senar gitarnya dan menatap adiknya, dia berjanji pada dirinya sendiri bahwa tidak akan ada lelaki yang bisa melukai adiknya atau mempermainkannya.
"Abang percaya karma kan?" Yoga sedikit terpaku mendengarnya, tapi cepat-cepat dia mengubah ekspresinya menjadi datar seperti biasanya.
"Masih ada hati yang harus abang jaga." Yoga berkata lirih.
"Terserah abanglah Ai capek, tapi jangan sampe abang nyesel Karena lebih memilih yang abang suka dari pada yang selalu ada." Ai beranjak dari bibir kasur Yoga lalu pergi dengan perasaan kesal. Ai tau Jess menyukai Yoga, karena dia sempat melihat kejadian di perpustakaan saat Jess memberi tawaran untuk menjadi pacarnya, entah kenapa Ai percaya bahwa itu bukan candaan dan benar-benar dari hati Jess, dia sempat menemui kejadian ini berulang kali, saat perempuan menyatakan cinta pada abangnya saat smp, tapi Ai tetep tidak percaya, Ai seakan tau bahwa mereka semua tidak ada yang tulus dengan abangnya, dan semata-mata cuma karena harta.
🌦️Jessica's🌧️
"Lo suka sama Yoga?" Jess terpaku di tempatnya, entahlah setiap kali dia mendengar nama itu detak jantungnya tidak bisa di kontrol.
Gandi menunggu jawaban Jess, namun tidak kunjung di jawab. "Gue pernah liat lo di perpustakaan sama dia, lo ngasih bekal kan sama dia?"
Jess menggukan kepalanya, apakah cuma itu yang Gandi tau? maksudnya apakah dia tidak mendengar perkataan Jess waktu itu?
"Dan bukan cuma itu, lo juga ngajak Yoga buat jadi pacar lo kan?" Gandi menatap manik mata Jess. Mereka sedang ada di balkon kamar Gandi, Gandi tidak mengantar Jess pulang melainkan kerumahnya, dan dia sudah meminta persetujuan dari Jess, Jess menerimanya dengan senang hati, lagian dia juga kangen degan tante Fitri.
"Iya, gue suka sama dia kak." Jess berujar dengan hati-hati takutnya nanti Gandi marah.
"Kalo suka kejar dia, dia itu baik, tapi ada sesuatu yang membuat sikapnya berubah, tapi gue yakin lo bisa buat dia suka sama lo," Ucap Gandi penuh keyakinan.
"Apa yang buat sikap dia berubah?" tanya Jess.
"Belum saatnya lo tau, tapi tugas lo sekarang berusaha." Gandi menepuk pundak Jess berulang kali. Jess menganggukan kepalanya.
Jangan lupa vote dan komen
KAMU SEDANG MEMBACA
JESSICA'S
Teen FictionKau itu sulit aku dapatkan apalagi aku genggam. Kau itu sulit di takklukkan dan aku dapatkan. Dan kamu bisa menyakiti jika ku tak memilih pergi. Namun kau akan memberi ku kebahagiaan jika ku bisa sabar. Hanya dua pilihan pergi atau bertahan. Ent...