Bagian 13

334 45 32
                                    

Apakah dengan Menjadi temanmu aku akan di anggap ada?
Apakah dengan menjadi sahabatmu aku bisa menguatkan mu jika kau ada masalah?
Tenang saja, aku aku akan selalu ada, mencoba menguatkan dalam kerapuhan.

-Jessica-

"Ck, kok kamu ninggalin aku sih," ujar Jess sambil menghentakkan kakinya kesal.

"Naik," ujar Yoga yang sudah di atas motor, bahkan helmnya sudah terpasang rapi. "Nggak usah banyak ngomong."

Jess pun menaiki motor sport Yoga dengan perasaan kesal.

Motor Yoga membelah jalan, Matahari sedang bersembunyi di balik awan, sepertinya hujan akan datang, dan benar saja hujan mulai menguyur kota Jakarta, namun Jess tidak masalah akan itu, dia tetap menampakkan senyumnya.

"Ga?!" panggil Jess sedikit berteriak, Yoga hanya diam tak bergeming, Jess pun menghembuskan napas kasar. "Kamu suka hujan?" Yoga tetap diam. "Kalo aku suka banget sama hujan, kerena darinya aku banyak belajar, jika kita menginginkan sesuatu kita harus berjuang untuk mendapatkannya, dan walaupun pelangi tetap tak ada, dia akan mencobanya lagi dan lagi, dan begitulah aku,"ujarnya sambil menikmati hujan yang membasahi tubuhnya.

Yoga tersenyum tipis di balik helmnya, tiba-tiba sebuah tangan melingkar di pinggangnya. baru saja Yoga ingin membuka mulutnya Jess kembali berujar, yang membuat Yoga mengurungkan niatnya.

"Gue tau lo nggak bakal pernah suka sama gue Ga, tapi lo bisakan anggap gue sebagai temen lo?" ujarnya sambil menyenderkan kepalanya di punggung Yoga, Jess meneteskan air matanya dan itu bisa di rasakan oleh Yoga.
Meskipun gue berharap lebih dari sekedar teman. Lanjutnya dalam hati, dia tersenyum kecut. "Ga! Kamu dengerin nggak sih?" ujar Jess.

"Hmm." Yoga membalasnya dengan deheman singkat.

🌦️Jessica's🌧️


"Argggg." Yoga menutup mukanya mengunakan bantal, lalu membukanya kembali, dia menatap langit-langit kamarnya. "Apa gue udah keterlaluan?" tanyanya pada dirinya sendiri.

"kalo memang kamu udah keterlaluan sama seseorang cepet-cepet minta maaf." Yoga mengalihkan pandanganya dan dia melihat bundanya yang tersenyum hangat, Raini duduk di bibir kasur Yoga. " Apa lagi kalo perempuan, kamu tau kan perempuan itu yang paling rapuh dan paling ingin di mengerti? "lanjutnya.

Yoga merubah posisinya menjadi duduk.

"Ada masalah di sekolah?" tanya Raini dengan tatapan teduh, Yoga menggelengkan kepalanya.

"Radit, Gandi sama Tomi kok nggak pernah keliatan?" tanya Raini.

"Lagi sibuk," jawab Yoga sambil tersenyum kecil.

"Bunda rasa kamu yang sibuk bukan mereka, " ujar Raini sambil mengusap rambut Yoga lembut. "Waktu nggak akan bisa di ulang lagi nak, nikmati masa remaja mu, jangan hanya fokus belajar, belajar boleh tapi jangan lupakan teman-teman mu, mereka  merindukan kamu yang dulu."Raini mengecup kening Yoga lalu berlalu pergi.

Yoga menarik rambutnya prustasi sambil mengeram kesal, dia mengambil ponsel yang bergetar  di saku celananya, lalu mengangkat panggilan dari Gandi.

" Halo." Ujar Gandi di seberang sana.

"Hmm."

"Bisa ke Cafe gue nggak ga?"  tanya Gandi.

"Ngapain?"

JESSICA'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang