Bagian 6

410 127 52
                                    

Kau bisa membohongi orang dengan senyum manismu, tapi tidak denganku, karena di mataku kau tak lebih dari wanita rapuh yang pura-pura tangguh.

-Gandi-

Jess memasuki cafe yang lumayan sering ia kunjungi dengan santai, dia membuka pintu bernuansa abu-abu itu dengan perlahan, saat sudah benar-benar terbuka Jess tersenyum melihat seorang lelaki yang sedang berkutik dengan berkas-berkasnya.

"Sibuk banget ya?" tanya Jess sambil menjatuhkan bokongnya di kursi.

"Astaga Jess bikin kaget aja lo." Gandi mengusap-ngusap dadanya. Omong-omong Gandi adalah pemilik cafe ini.

"Lebay," Cibir Jess.

"Ngapain kesini?" tanya Gandi sambil mengecek semua berkas yang berserakan di mejanya sekarang.

"Emang gak boleh?" Ujar Jess sambil mengerecutkan bibirnya dalam masker hitam yang ia gunakan, Gandi tersenyum dan melepaskan berkasnya untuk fokus melihat Jess, dia tau sekarang Jess sedang kesal walaupun setengah wajahnya di tutupi masker.

"Enggak boleh." Gendi bersedekap dada sambil melihat Jess intens. "Lepasin dulu maskernya baru boleh." Gandi melanjutkan ucapnya dengan seringai yang mampu membuat Jess terpaku.

"E-enggak mau,"ujar Jess, sungguh dia takut, takut Gandi melihat robek di bibirnya, Jess lupa mengoleskan liptin di bibirnya.

"Emang kenapa sih pake masker segala?" Gandi mulai curiga dengan gerak-gerik Jess.

"Emm, anu ... Flu! Iya aku ... aku lagi flu kak, kalo aku enggak pake masker entar kakak ketularan lagi," ucap Jess sambil menggaruk tengkuknya dan terkekeh hambar di ujung kalimatnya.

Gandi masih tidak percaya dengan alasan Jess, sebelum Gandi menghujaninya dengan pertanyaan yang sama, Jess langsung mengalihkan pembicaraan.

"Emm.. Tante Fitri mana kak?" Jess pura-pura mengedarkan pandangannya agar tidak bertemu mata tajam Gandi.

Melihat itu, Gandi menghela napas gusar.

"Mama gue kan emang enggak pernah ke sini Jes ..." Gandi menatap Jess dalam. "Lo udah anggep gue sabagai kakak lo kan?" tanyannya.

Jess mengangguk mantap. Ya, dia sudah menganggap Gandi adalah kakak. Fitri adalah sahabat dekat Sarah, mereka sering arisan di rumah, dan Fitri sering membawa Gandi kesana bahkan sejak mereka kecil, mereka sangat akrab maka setiap minggu tante Sarah membawa Gandi ke rumah Jess untuk main bersama. Dan sampai sekarang hubungan Jess dan Gandi sudah seperti saudara.

"Kalau lo udah anggep gue kakak lo, sekarang cerita." Gandi menunggu Jess menjawab tapi Jess tetap membisu dan menundukkan kepalanya, Gandi mengusap kepala Jess penuh sayang. "Tante Sarah lagi?" tanyanya dan di balas anggukan oleh Jess, Gandi menggepalkan tanganya penuh emosi, sejak kecil dia selalu melihat apa yang dilakukan Sarah pada Jess.

Flashback

Tiga anak kecil sedang bermain kejar-kejaran di halaman rumah yang lumayan luas, seorang anak perempuan tidak sengaja terjatuh saat ingin menangkap perempuan berkepang dua yang berlari kencang agar tidak tertangkap.

"hiks..hiks, mama sakit!" ujar Stela yang melihat kakinya dengan nanar, Jess bernjongkok dan mencoba menenangkan Stela, tapi Stela mendorong Jess agar menjauh, dia menyalahkan Jess akan semua ini, Gandi yang melihat itu pun geram dia menarik tangan Jess agar berdiri dari duduknya.

Sarah yang mendengar suara anaknya menangis pun berlari keluar rumah, dia sedang mengadakan arisan, Sarah melototkan matanya saat melihat Stela yang memeluk lututnya sambil menangis tersedu-sedu, dia menghampiri Stela yang masih berumur empat tahun itu dan menggendongnya, dia mengosok-gosokkan tanganya pada punggung Stela agar dia merasa tenang, Sarah mengalihkan pandangannya pada dua anak yang sedang menatap dengan sorot mata berbeda, Jess dengan sorot mata kasihan dan merasa bersalah, dan Gandi dengan sorot kebencian.

"Siapa yang bikin kamu jatuh sayang?" tanyanya pada Stela yang masih senggukkan.

"It-tu ma, kak Jess.. Di-dia jahat." Stela menunjuk Jess yang juga menangis entah mengapa melihat Stela menangis dia juga ingin menangis, terlebih lagi dia takut melihat Sarah.

"Ma-maf ma aku enggak senga..." belum sempat Jess melanjutkan kalimatnya telinganya sudah diputar oleh Sarah. "Ma..sa-sakit."Jess berusaha untuk melepaskan tangan Sarah dari telinganya, namun tenaganya tak cukup untuk itu.

"Ini balasan untuk kamu." Sarah ternyum miring melihat Jess yang sudah menangis karena ulahnya. Sudah Gandi sudah tidak tahan lagi, anak kecil itu berjinjit dan menggigit tangan Sarah. Sarah langsung melepaskan tanganya dari telinga Jess lalu mengusap tanganya yang merah dan meninggalkan bekas di sana.

"Tante enggak boleh kasar sama Jess! dia tadi enggak sengaja!" Gandi menarik tangan Jess untuk memasuki rumah kembali.

Flashback end

"Mau sampai kapan si Jess?" Gandi menghela napas gusar, bahkan dia yang melihatnya saja sudah lelah, apa lagi Jess yang merasakan.

"Sampai mama puas," ujarnya sambil tersenyum, tidak ada lagi masker di pipinya dia sudah melepaskannya.

"Emang lo punya salah apa sih Jess?" Gandi masih bingung sebesar apa masalah yang Jess lakukan sihingga mamanya harus melakukan kekerasan.

"Salah gue kenapa gue ada di bumi, salah gue kenapa gue enggak secantik dan enggak sepintar Stela, dan salah gue karena gue enggak pernah berguna." Jess tersenyum masam.

"Bahkan lo lebih dari segalanya dari Stela Jess, lo emang enggak sepinter Stela tapi lo jauh lebih baik dari dia, kalau masalah bodoh lo bisa belajar buat jadi pinter kayak Stela, tapi gue enggak yakin Stela bisa sebaik lo." Gandi mencoba membuat Jess tidak putus asa, inilah kenapa Jess selalu ke sini saat dia sedang banyak masalah, Gandi bisa membuatnya lebih tenang.

"Itu kakak yang bilang, tapi mama enggak pernah bakal ngerti, karena bagi mama Stela itu jauh lebih baik dari aku, padahal aku udah berusaha buat mama sayang sama aku tapi dengan cara aku sendiri, aku selalu bangun pagi buat masak sarapan, sepulang sekolah aku juga sering beres-beres, dan aku ikutin banyak ekskul, karena mungkin aku ada bakat di sana yang bisa buat mama bangga, tapi apa?! mama enggak pernah lihat semua perjuangan aku." Jess mengeluarkan semua unek-uneknya dan setetes air mata keluar dari kelopak matanya tapi dia langsung menghapusnya kasar dan menggantinya dengan senyuman, karena dia tidak mau terlihat lemah di depan orang lain.

"Jangan nutupin kesedihan dengan senyum palsu lo Jess, karena itu enggak bakal buat gue percaya kalo lo lagi baik-baik aja."

Jangan lupa vote dan komen

JESSICA'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang