Aku jatuh, jatuh untuk kedua kalinya, dan itu pada orang yang sama
-Jess-
Jess menuruni tangga dengan santai, dia bersenandung ria, sekarang masih jam enam kurang, tapi lihatlah Jess sudah siap untuk ke sekolah, dia berencana untuk berjalan kaki saja, dia ingin menikmati suasana pagi hari yang masih bebas dari polusi, jangan tanyakan dia akan sarapan atau tidak, jelas saja dia tidak mau, dia malas untuk bertatap langsung dengan Sarah dan Stela, Jess tidak mau moodnya yang baik ini akan hancur karena dua perempuan itu.
Jess sudah berada di anak tangga terlahir, dia tersenyum kearah meja makan, dia sana sudah ada Sarah, Surya, dan Stela.
"Ayo sarapan sayang," ujar Surya sambil tersenyum hangat kearah Jess, sedangkan Sarah hanya menatap dengan sorot kebencian.
Jess tersenyum, dia sedikit tidak enak harus menolak ajakan papanya itu, Jess menggelengkan kepalanya pelan lalu berkata, "Jess sarapan di sekolah saja pa." Jess dapat melihat raut wajah papanya yang terlihat kecewa. "Maaf."
Surya menganggukan kepalanya pelan.
Jess mendekat dia mencium punggung tangan Surya, lalu beralih menatap Sarah dia sedikit takut tapi tetap melangkah, sesampainya di depan Sarah Jess mencium tangan Sarah, Sarah langsung melepaskan tangannya lalu menggosok-gosokan tanganya ke samping bajunya seolah tangan Jess terdapat banyak kuman, Jess terdiam hatinya sesak melihat itu, Jess berlari keluar rumah dengan cepat, dia tidak mau surya melihat air matanya.
Jess berjalan keluar pagar rumahnya, dia menghembuskan napasnya kasar. "Jess sayang sama mama, Jess berharap mama bakal sayang juga sama Jess, seberapa besar sih kesalahan Jess sampai mama sebenci itu sama Jess?" lirih Jess, lalu butiran - butiran bening berhasil lolos dari kelopak matanya, dia menundukkan kepalanya dalam sambil menahan sesak di dadanya, dia mengigit bibir bawahnya agar isaknya tak terdengar.
"Semua hanya butuh waktu Jess, iyaa semua akan baik-baik saja," gumam Jess, dia menghembuskan napasnya lalu tersenyum kecil, dia harus kuat.
Jess mengangkat kepalanya, dia tersentak saat matanya langsung bertabrakan dengan mata elang milik Yoga, tapi tatapan Yoga berbeda dari biasanya, Jess benci di tatap seperti itu, dia merasa di kasihani, dan Jess tak butuh itu.
Yoga tersenyum manis, senyum yang tak pernah Jess lihat, lalu dia berkata,"ayo berangkat. "
"Ta-tapi, " ujar Jess gugup, dia terpesona akan senyum itu, senyum itu dapat menghangatkan hati Jess, segera dia menghapus jejak air matanya dan membalas senyum Yoga tak kala manis.
"Udah ayo." Yoga menarik tangan Jess, lalu menyuruhnya untuk naik, Jess menurut saja.
Di perjalanan tidak ada yang membuka suara, Yoga fokus menyetir, sedangkan Jess sedang memikirkan tentang Sarah.
Yoga melirik Jess dari kaca spion motornya, dia sedikit tersentak melihat Jess yang sedang menangis dalam diam, sekarang sedang lampu merah jadi dia mempunyai kesempatan, dia menarik tangan Jess supaya melingkar di perutnya.
Jess terdiam, detak jantungnya berpacu
Dua kali lebih cepat dari biasanya, hatinya berdesir hangat, tapi ada rasa nyaman yang ia rasakan."Biar nggak jatuh," ujar Yoga.
Jess hanya menganggukan kepalanya pelan sambil tersenyum tipis, dia begitu malas untuk membuka mulut, kalo tidak dalam mode galau atau sedih Jess pasti akan menjahili Yoga atau mengatakan bahwa Yoga sedang modus.
Motor Yoga kembali melaju saat lampu merah telah berganti menjadi hijau.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
JESSICA'S
Teen FictionKau itu sulit aku dapatkan apalagi aku genggam. Kau itu sulit di takklukkan dan aku dapatkan. Dan kamu bisa menyakiti jika ku tak memilih pergi. Namun kau akan memberi ku kebahagiaan jika ku bisa sabar. Hanya dua pilihan pergi atau bertahan. Ent...