Bagian 15

287 24 9
                                    

Sifatmu yang sekarang membuatku semakin sulit untuk melepaskan perasaan yang tak pernah aku inginkan

~Jessica~

Jess berjalan tergesah-gesah, dia melihat jam yang berteger manis di tangan kirinya gelisah, dia mempercepat langkahnya, setelah sampai di parkiran dia mengehela napas kecewa dan sedikit membungkukkan badannya, matanya berkaca-kaca, tidak kehabisan akal Jess mengambil ponselnya di saku bajunya, lalu menelpon Gandi, namun Gandi tidak mengangkatnya.

"Duh gue pulang bareng siapa ya?"

Dia tidak membawa mobil hari ini dekarenakan mobilnya mengalami kerusakan sedikit saat dia pulang sekolah, tadi pagi pun dia berangkat bersama papanya, kantor papanya sejalur dengan sekolah Jess jadi mempermudah papanya untuk mengantarnya.

Papanya menyuruhnya untuk pulang bersama Gandi, dan Gandi pun sudah di hubungi oleh papanya untuk mengantarnya pulang, tapi Jess yakin Gandi sudah pulang karena motornya tidak ada lagi di parkiran yang biasa ia pakai, dan sekarang Jess bingung mau pulang sama siapa, dia sedikit trauma manaiki bus karena kejadian pencopettan handponenya, jika naik ojol papanya tidak membolehkanya, Jess terus berfikir keras, dan saat dia berbalik dan memutuskan untuk naik taksi saja, Yoga sudah berdiri di belakangnya.

"Sumpah bikin kaget aja lo," ujar Jess sambil mengatur seru napasnya yang tidak teratur.

Yoga sedikit terkekeh lalu menarik Jess untuk ikut dengannya, Jess ingin menolak tapi Yoga terlabih dahulu berujar. "Gandi nitipin lo sama gue." seolah tau apa yang di pikirkan Jess Yoga menjelaskan.

"Dasar kak Gandi sialan!"gumam Jesss kesal." Emang gue apaan di titipin-tutipin, gue bukan barang kalii, untung aja dititipinya ke lo kalo ke Radit bisa berabe. "Jess terus mengoceh di sebelah Yoga, Yoga yang melihatnya hanya menggelengkan kepala dan sedikit tersenyum.

"Nggak capek ngomong mulu?" tanya Yoga sambil menaiki motornya.

"Udah kebiasaan, nggak bisa di ubah..hehe." Jess menggarut kepalanya yang tak gatal.

Yoga mengambil helm dan memberikannya ke pada Jess, namun Jess tidak kunjung mengambilnya, Yoga mengangkat sebelah alisnya seakan bertanya kenapa.

"Nggak mau peke helm," ujar Jess sambil memperlihatkan sederet gigi putihnya.

"Ntar kalo jatuh sakit," ujar Yoga sambil menghembuskan napasnya jenggah.

"Emang kalo pakek helm nggak sakit?"

"Setidaknya nggak terlalu parah." Yoga memasangkan helm ke kepala Jess, seperti kalo tidak di paksa Jess akan tetap mencari alasan.

"Ih aku nggak suka pake hlem, panas, berat lagii," ujar Jess sambil mengerecutkan bibirnya, Yoga sedikit terkekeh melihat itu, entah kenapa Jess menjadi imut ketika dia sedang marah.

"Ya udah naik," ujar Yoga sambil memberi isyarat agar Jess naik, Jess naik ke motor Yoga dengan perasaan kesal.

Di perjalanan tidak ada obrolan di antara mereka, hanya ada suara kendaraan.

Sesampainya di rumah Jess, Jess membuka helmnya dan menyodorkannya ke hadapan Yoga sambil memalingkan wajahnya, Yoga mengambilnya sambil terkekeh.

"Non?" Jess menoleh saat pak Juli sebagai tukang kebun di rumahnya memanggil. "Siapa non? Pacar ya?" Goda Pak Juli.

"Tukang ojek mang," teriak Jess sambil tersenyum melihat muka kesal Yoga.

"Bisa aja non mah, pacar sendiri di bilang tukang ojek." Pak Juli menggelengkan kepalanya.

"Serah lo deh mang." Jess medengus.

Baru saja Jess ingin berterimaksih kepada Yoga, mobil hitam milik papanya berhenti tepat di samping Jess , Jess menoleh kearah mobil itu begitu juga Yoga.

JESSICA'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang