Empat

24.5K 302 2
                                    

Vote & komennya jangan lupa ;)

Di perjalanan pikiranku terus terngiang-ngiang oleh kejadian di toilet sekolah tadi. Sebenarnya apa yang sedang dilakukan Ardi tadi?
Lalu kenapa perasaanku jadi aneh begini gara-gara melihat mereka?

Duh rasanya buah dadaku sangat gatal sekali. Aku bergerak tidak nyaman diatas jok motor sempit ini. Ya, boy membawa motor sport yang jok belakangnya sangat kecil. Mau tidak mau aku harus berpegangan kepada Boy.

"Sayang, pegangannya jangan gitu dong." Boy menarik tanganku agar memeluk perutnya.

Refleks aku melepaskannya. Rasanya sangat tidak nyaman sekali, apalagi buah dadaku menempel erat di punggungnya.

"Maaf sayang kalo kamu gak nyaman." Ucap Boy lagi.

Aku diam tidak menjawab.

Tiba-tiba di tengah jalan motor Boy agak oleng, dengan spontan aku memeluk Boy. Dadaku menghantam punggung Boy dengan keras. Rasanya payudaraku sangat sakit sekali.

"Awhh... Boy hati-hati Donggg..." Aku memekik kencang.

"Iyaa sayangg maaf, tadi ada kucing lewat."

"Pokoknya besok gue gak mau lagi diantar pake motor!"

"Iyaa sayang besok aku bawa mobil. Tenang aja, gak usah kuatir ya. Udah sekarang kamu pegangan yang kencang lagi, soalnya takut kayak tadi." Ucap Boy sambil berteriak dibalik helmnya.

"Huhh.." dengan kesal aku memeluk Boy, keenakan dia kalo begini.

Setetes dua tetes air membasahi bajuku. Gawat gerimis lagi.

"Boy cepetan, gerimis nih.."

"Iya sayang, pegangan yang erat yaa aku mau ngebut."

Kupeluk erat Boy, hingga rasanya dadaku sangat menempel erat dipunggungnya.
Boy melajukan kecepatan motornya.
Rasa aneh kembali menjalar ketika aku sedang memeluk Boy. Maklum saja aku baru sekarang dekat dengan seorang lelaki kecuali Ardi. Mantanku banyak tapi aku tak pernah seintim ini, dan mereka hanya buat main-main saja tidak lebih. Kak joni terlalu protective kepadaku jadi aku takut kalau kedekatan ku dengan laki-laki kebablasan. Namun, aku juga tak pernah merasakan perasaan yang aneh ini sebelumnya.

Mungkin ini karena aksi Ardi tadi yang akhirnya aku menjadi penasaran dan merasakan hal aneh.
Gerimis kecil sedikit membuatku kedinginan, sungguh tak nyaman sekali aku di bonceng roda dua seperti ini.

Tak lama kami sampai di rumahku. Dengan cepat aku turun dari motor gede yang menyebalkan ini. Kubuka helm yang membungkus kepalaku.

'Huh rambutku jadi lepek begini deh.'

Dengan sedikit kasar kuberikan helm ini pada Boy dengan muka jutek.

"Nih, besok gue gak mau naik motor lagi." Ucapku ketus.

"Loh kenapa sayang, enak loh tadi." Boy tersenyum miring.

"Heh, enak apaan dada gue sakit, rambut lepek, pantat gue juga rasanya udah tepos banget ini." Gerutuku.

"Hehe engga kok, yaudah besok aku antar kamu pake mobil yaa..." Serunya dengan lembut.

"Eh, enggak usah deh, kita putus aja. Lagian gue udah gak sreg sama Lo. " Kuucapkan hal ini se enteng mungkin, bagaimana tidak belum sehari jadian udah dapat hal yang menyebalkan. Jadi buat apa dilanjutkan, benar gak?

Kulihat wajah Boy sangat terkejut, ada raut kemarahan dalam wajahnya. Matanya pun memandangiku dengan tajam, dan rahangnya mengeras.

Huh bodoamat, siapa peduli.

My Darkness WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang