Delapan

18K 198 2
                                    

POV Sahira

Jam 10 pagi aku terbangun. Mataku memicing menatap cahaya yang memaksa masuk melalui celah jendela. Sangat silau, membuat ku mengernyitkan mata. Tapi mengapa warna gorden kamarku berubah, perasaan kemarin warna pink deh. Mungkin sudah diganti oleh mbak dewi, pikirku. Ku bungkus kembali tubuhku yang kedinginan dengan selimut tebal ini. Hmm ... Hangatnya. Tapi ... Kenapa wangi selimutnya beda yaa. Dengan malas kubuka kembali kedua bola mataku. Plafon kamarku juga ikut berubah, aku mengernyit menautkan kedua alisku dengan perasaan aneh. Seketika aku tersadar ternyata ini bukan kamarku.

Astagaa ... Aku dimana ini? Kenapa aku ada disini.

Mendadak kepalaku menjadi terasa sangat pusing. Ingin sekali aku berbaring lagi, tapi kenapa seperti ada sesuatu dari dalam perutku yang mendesak ingin keluar. Tanpa bisa mencegahnya aku langsung memutahkan semua isi yang ada didalam perutku ke samping ranjang besar ini.

Hueekkk... Hueekkk... Hueekkk.

Dengan lemas, ku tatap bekas muntahanku. Hiyyy ... Sangat menjijikan sekali. Mulutku juga terasa sangat pahit dan kepalaku masih berdenyut sakit.

Apa mungkin aku sakit?

Sembari memiijit kepala yang terasa semakin sakit, ku sibak selimut yang menempel di tubuhku dengan perlahan.

Dinginnya suhu kamar seketika menerpa tubuhku. Astagaa... Kenapa sangat dingin sekali.

Dann ... Kenapa aku bisa telanjang seperti ini. Kemana pakaianku, lalu siapa yang membuka baju. Pikiran negatif langsung menyerbu otakku tapi dengan susah payah aku mencoba berpikir positif. Mungkin secara tak sengaja aku membuka pakaianku sendiri. Ya, mungkin begitu. Kucoba bergerak mencari baju disekitar ranjang ini. Namun, sesuatu dibawah sana terasa sangat nyeri. Sepertinya agak sedikit bengkak.

Apa? Bengkak?

Dengan panik dan mengabaikan rasa sakit yang mendera tubuh bagian bawah ku. Kulihat sangat berantakan nya seprei dan bantal-bantal bertebaran di lantai.

Setelah menyibak selimut dengan sempurna aku melihat bercak merah yang sudah mengering di bagian tengah seprei berwarna putih polos ini.

"APA INI YA TUHANN"

Seperti ada petir yang menyambar hatiku disiang bolong. Jantungku berdetak lebih kencang dengan nafas memburu.

Tidak mungkin kan, aku melakukan sesuatu yang di luar batas? Tidak mungkin juga aku rela memberikan mahkota berharga ku pada orang yang tidak aku sayang dan tidak aku sadari.

Tapi bercak merah ini apa Sahira??? Dengan histeris aku membantah semua pikiran negatif yang memenuhi otakku.

Tapi buktinya bagian bawah tubuhmu juga terasa sakit, Sahira. Apa itu tidak cukup untuk membuktikan perkiraan otakmu.

Seperti ada suara- suara yang membisikannya untuk membenarkan dan mempercayai semua pikiran negatif ku.

Dengan lemas aku tersadar, tanpa aba-aba lagi rintik air mata mengalir deras dikedua bola mataku.

Ya Tuhaann ...harta berharga ku telah hilang oleh orang yang sama sekali tidak aku ingat.

Pikiranku berkecamuk memikirkan kemurkaan Mama dan Papa, memikirkan reaksi kak joni bila mengetahui ini semua dan bagaimana jika aku hamil. Ya Tuhan siapa yang telah berani melakukan ini semua terhadapku.

Aku menjerit sekeras-kerasnya meluapkan semua kemarahan dalam hatiku. menjambak rambutku yang sudah berantakan ini. Dan, membanting semua benda yang ada di dekatku hingga menimbulkan suara gaduh. Aku tidak peduli. Aku benci semua ini. Aku benci ... Aku bencii...

My Darkness WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang