Sepuluh

15.5K 194 11
                                    

Pov Sahira

Keesokan harinya.

"Daaahh... Hati-hati yaa Maa... Paaa..."

"Daahh... Sayang, j yangaga diri baik-baik yaa."

"Iya, Maa..."

Kulambaikan tangan pada Mama dan Papa. Keduanya terus berjalan sampai hilang dikerumunan orang-orang yang berlalu lalang di Bandara.

Hari ini, Mama dan Papa akan berangkat ke luar negeri. Tapi rasanya sungguh berat. Berbeda dengan keberangkatan Mama dan Papa sebelumnya. Perasaan tidak nyaman terus menggelayuti hatiku.

Aku masih melambaikan tangan melihat mereka yang semakin menjauh. Meski bukan orang tua kandung, tapi aku sudah sangat menyayangi mereka. Mereka sudah seperti orang tua kandung bagiku. Air mata terasa menggelayut dalam kelopak mataku. Hatiku tak tenang jantungku serasa menderu berdetak dengan kencang.

Ya Tuhan, perasaan apa ini?

Otakku terus mensugesti agar selalu berpikiran positif, mungkin saja rasa tak nyaman ini adalah rasa kecewa karena aku tidak diizinkan untuk ikut. Ya, pasti begitu.

Ku langkah kan kakiku keluar dari bandara

Tin tin tin

Mobil mewah milik kak joni sudah berada di sampingku.
Langsung saja aku masuk ke dalam mobil, karena cuaca hari ini sungguh panas sekali.

"Lama banget sih." Ketus kak Joni.

"Sabar napa kak..." ucapku sambil memasang sabuk pengaman. Lalu mobil melaju dengan kencang membelah jalanan yang tidak terlalu ramai.

"Kak jangan ngebut-ngebut."

"Udah diam aja Lo.."

Ish kenapa lagi sih kak Joni ini, nyebelin banget.

****

Pov Joni

Aku Joni, anak tunggal dari keluarga Riandi. Tapi, suatu ketika Mama ku datang membawa adik perempuan kecil yang ku mau, katanya. Awalnya aku marah pada Mama dan Papa, tapi ternyata adik perempuan ku baik dan cantik. Aku terpesona pada pandangan pertama. Meskipun aku masih sekolah dasar tapi aku tahu adik angkatku itu sangat cantik apalagi setelah seminggu di rumah ini dia semakin cantik dan manis. Mama selalu mendandani Sahira dengan baju-baju dan pernak-pernik perempuan yang lucu. Akhirnya aku semakin menerima adik angkatku itu. Aku sudah menyukainya, hingga aku tidak rela jika ada teman-teman ku yang menggodanya. Aku marah jika dia digoda atau berteman dengan anak laki-laki yang lain, tapi dengan Ardi tetanggaku yang satu itu aku tidak bisa melarangnya. Mama sangat marah jika aku selalu memusuhi Ardi, huh memang menyebalkan. Mereka berdua bersahabat sampai sekarang dan aku benci kenyataan itu.

Aku ingin Sahira selalu bersamaku dan hanya menjadikan aku sebagai laki-laki di hidupnya. Namun, aku harus rela Sahira dan Ardi terlalu lengket aku sulit memisahkan mereka berdua.

Semakin lama perasaanku kepada Sahira semakin tumbuh subur bahkan mungkin sampai mengakar. Aku sangat menyayangi dan mencintainya. Hingga aku selalu bersikap overprotective bila ada yang mendekatinya. Tapi, Sahira kecilku rupanya sudah besar. Dia selalu saja punya pacar walau hanya sebentar, karena aku terus merecoki hubungannya, aku tidak rela.

Tapi aku tidak bisa mengungkapkan perasaan yang kupendam sedari dulu padanya karena terhalang status sialan itu. Aku benci jika mengingat itu. Andai saja dia tidak menjadi adikku mungkin sekarang aku sudah menikahinya.

My Darkness WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang