My Darkness World

Sebelas

Aku benci melihatnya menatapku dengan ketakukan seperti ini. Namun, aku lebih benci jika dia terus berhubungan dengan Ardi dan mengindahkan perintahku.

Emosi kembali memenuhi kepalaku hingga aku berbuat nekad.

****

Dengan masih penuh kesadaranku paksa adik angkatku ini agar melayani hasratku yang sudah menggebu-gebu ingin dipadamkan. Awalnya dia sedikit malu-malu dan itu membuatku muak, karena tingkahnya itu aku bagaikan laki-laki brengsek sedunia, seorang kakak yang berani memaksa adiknya untuk melayani birahi nya yang membara. Huh aku mendengus. Ku ambil alih permainan dan dia telentang pasrah dengan air mata yang masih menganak sungai di pipinya bagai tak mau kering.

Ku robek-robek pakaian tipis yang melekat ditubuhnya dengan cepat. Bagai seekor srigala yang sedang kehausan, kulakukan itu dengan cepat. Sesaat aku teringat, aku tidak mau membuat adikku tidak nyaman dengan permainan ini. Ini mungkin permainan yang pertama baginya, jadi sebisa mungkin aku harus memberi kesan yang memabukkan agar membuatnya ingin terus mendesah dibawahku tanpa harus kepaksa. Ya, harus!

Mengubah haluan rencana, ku lakukan tugasku dengan lemah lembut hingga membuatnya mabuk kepayang. Ku perlakukan dia bak porselen yang mudah pecah. Dengan penuh kehati-hatian aku memberinya rangsangan yang membuatnya relaks dan berhenti mengeluarkan air mata. Kutatap mata indahnya yang berkabut mendamba untuk kusentuh lebih jauh. Yeah, dia sudah jatuh didalam pelukanku.

Tak ada penolakan dan raungan tangisan ketika aku memperlakukannya dengan lembut. Dia diam dan menikmati, walaupun agak sedikit kaku tapi tidak mengapa itu sudah lebih dari cukup untukku. Aku berhasil membuatnya mendesah dibawahku.

Desahan demi desahan lolos dari bibir mungilnya yang menggemaskan. Ku permainkan benda kenyal yang menempel indah di dadanya. Ukuran yang tidak sepantasnya berada di anak yang masih remaja ini membuatku gila.
Putih, mulus dan puncaknya berwarna pink dengan areola yang mengelilingi