Tujuh

21.9K 258 20
                                    

Sepulang sekolah aku diantar oleh Ardi, sempat maksa sih katanya dia udah ada janji sama seseorang. Tapi, dia mana tega menolak jika aku sudah meminta. Aku memaksanya juga karena akhir-akhir ini Ardi sangat sibuk dan aku sering diabaikan olehnya. Meskipun punya genk sendiri tapi untuk mencurahkan segala sesuatu yang terjadi padakupadaku dan hari-hariku, aku lebih nyaman bersama Ardi. Dia mengetahui segala apapun yang ada pada diriku jadi, aku sudah tidak perlu sungkan lagi padanya. Berbeda dengan genk yang kubuat, itu hanya untuk sekedar bersenang-senang saja. Mereka cukup asyik kalau urusan itu.

Sekarang aku sudah mengapit lengan Ardi dan menyita ponselnya. Aku tersenyum sambil berjalan menuju parkiran. Kulihat Ardi sedikit gelisah namun tidak aku hiraukan. Besok juga bisa kalau untuk teman-temannya.

"Ardi anterin gue ke mall yaa, gue mau beli baju." Mulai ku.

"Nggak ah, males. Cewek kalo udah nyampe mall itu suka lama." Balasnya dengan nada malas-malasan.

"Ihh ardii, pokoknya temenin. Gue gak mau tau." Ku eratkan pelukanku pada lengannya, biarin aja, biar semua orang tahu kalau Sahira tidak mau dibantah.

"CK, kenapa nggak sama genk Lo aja sih. Gue tuh lagi sibuk tau gak. Percuma dong gue pilihin temen genk buat Lo." Ujar Ardi dengan tatapan pasrah menatapku.

"Jadi Lo udah gak mau sahabatan sama gue lagi?" Kulepaskan tanganku dan menatap kedua Bota mata dengan iris hitam pekat itu dengan tajam.

Ardi menggaruk belakang kepalanya, mulutnya seakan mau berkata namun dia mengantupkan lagi mulutnya. Terlihat dia sangat bingung menjelaskan sesuatu. Kemudian dia memegang tanganku, sembari menatap lekat pada mataku.

"CK, bukan gitu Ra. Maksud gue, temen gue kan bukan Lo doang dan kita pasti punya kesibukan masing-masing kan? Nah, untuk sekarang gue lagi sibuk banget. Tapi kita masih tetap sahabat kok." Ardi berbicara selembut dan se hati-hati mungkin.

Kupalingkan mukaku ke arah lain. Aku benci jika Ardi seperti ini. Aku benci jika tidak bisa menjadi bagian dari teman-temannya karena kak joni yang selalu melarang pergaulan ku dengan laki-laki.

"Tapi gue maunya sama Lo." Ku ucapkan kata itu dengan lirih.

"Yaudah ayo sekarang gue temenin." Jawabannya membuatku tersenyum dan kembali menatapnya. Akhirnya dia mau juga mengalah. Kuberi dia senyuman semanis mungkin.

"Nah gitu dong, lagian Lo kenapa sih akhir-akhir ini sibuk banget. Gak seru banget Lo." Kutonjok lengan Ardi pelan agar suasananya kembali mencair dan tidak kaku.

"Ada dehhh.." ucapnya menyebalkan.

Tuh kan, pasti berteman dengan banyak cowok menyenangkan. Huh. Beda kalo cewe kalo gak bahas fashion ya bahas cowok. Tapi masalah nya, pengalamanku dengan seorang cowok gak begitu banyak, tiap Tamara maupun Salsa dan Karin membicarakan soal ini,  aku sama sekali tidak mengerti baru-baru ini aku mengerti sih itupun karena Ardi mau membantuku mempelajarinya.

"Apa sih, kasih tau gak Lo?!"

"Nggak. Wee..." Sial. Ardi malah lari dari hadapanku aku. Kita berlarian di parkiran sekolah hingga aku menangkapnya. Murid yang lain mulai memperhatikan kami berdua tapi itu sudah biasa sih.

"Kena, kasih tau gak?" Kutahan lengan Ardi agar dia tidak kabur lagi.

"Hahaa udah ah, capek tau." Ucapnya dengan napas ngos-ngosan.

"Yaudah kasih tau kalo gitu." Aku terus memaksanya.

Kubawa Ardi ke depan mobilnya dan memegang tangannya erat-erat. Oke fix, aku sangat kepo dengan urusan para lelaki ini.

My Darkness WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang