1. Topeng

793 83 620
                                        

Berjalan sendiri membuatku kesepian, dan saat itulah kamu selalu datang menjadi seorang yang pengertian.

🌸

Mungkin jika ada penghargaan aktor terbaik tahun ini akan jatuh pada cowok di samping Zinni. Dengan gaya juga mulut manisnya mampu memanipulasi suasana. Zinni yang senang menahan diri bisa diibaratkan sebagai pemeran menyedihkan dalam drama yang dibuat olehnya. Saat senyuman itu mengembang lebar Zinni pun turut memperagakannya. Seolah indranya refleks mengikuti alur tersebut.

Ia selalu menebak jika gerakan selanjutnya adalah elusan yang sengaja dilayangkan pada puncak kepala. Dua kali cowok itu menepuk pelan surai milik Zinni sebelum akhirnya duduk di kursi sebelah kanan Zinni. Dia benar-benar lihai memerankan setiap adegan di meja makan, sama seperti hari-hari yang lalu.

Sebentar lagi pasti dia akan bangkit dan segera menyeret Zinni untuk mengikutinya. Benar. Tebakan yang selalu tepat saat memulai hari dengan rutinitas monoton.

"Aku berangkat dulu Ma," ucap Geren menyudahi sesi sarapan pagi dan mencium mama, "berangkat, Pa." Lalu dia beralih pada papa yang belum rampung dengan makanannya, dan sang kepala rumah tangga berdeham seraya mengangguk paham.

"Aku juga berangkat ya, Ma, Pa."

Detik itu juga Zinni langsung menyelesaikan tegukan terakhir dengan meminum susu hingga tandas. Tidak bisa berlama-lama di meja makan. Ia melakukan hal yang sama, yakni menyalami kedua orang tuanya dan segera menyusul Geren yang sudah berlalu ke garasi rumah.

"Hati-hati, Sayang. Belajar dengan benar ya."

Suara mama terdengar menyemangati, dan Zinni mengangguk patuh seraya melambaikan tangan.

Di garasi, mesin mobil sudah menyala dan siap berangkat. Zinni menarik napas dalam sebelum membuka pintu mobil.

"Lama amat lo, udah siang ini," gerutu Geren begitu Zinni duduk di sampingnya. "Dasar ribet."

"Maaf," cicit Zinni hanya bisa mengucapkan satu kata.

Sementara Geren tidak menanggapi melainkan berdecak kesal dan langsung menarik gas begitu pintu gerbang dibuka. Seorang satpam dengan cekatan melakukan pekerjaannya. Selanjutnya, Geren memacu kendaraan begitu ke luar dari halaman rumah. Honda Jazz putih melesat menuju sekolah.

Dalam perjalanan hanya ada keheningan, di mana mereka sengaja tidak berbincang. Zinni sangat paham dan tahu bahwa ia akan bicara saat cowok itu memulai duluan. Jika tidak, siap-siap saja disembur dengan mulut pedas Geren. Ia menyibukkan diri dengan menatap jauh ke arah jalanan yang padat merayap. Dalam diam ekor mata Zinni menangkap Geren tengah menatapnya beberapa kali. Seperti memastikan sesuatu dan tak selang berapa lama Geren bersuara, "Lo bawa topi?"

"Bawa."

"Mana?"

Tanpa bertanya lagi Zinni merogoh tas miliknya dan mengambil topi abu-abu dari sana. Ia hanya kepikiran jika benda yang dimaksud adalah topi tersebut.

"Kasih topi lo buat gue."

"Ha? Maksudnya," sahut Zinni tidak mengerti.

Geren memutar bola mata setelah berhasil menghentikan laju mobil. Lantaran sudah tertahan di lampu merah. Tanpa membuang kesempatan, lantas Geren mendekatkan diri pada Zinni, dan membuat cewek itu membelalakan mata lebar.

"Bego. Maksud gue ini," hardik Geren kasar dan merampas paksa benda tersebut. Lalu kembali ke posisi dan langsung memakai topi abu-abu tadi.

"Eh, tapikan itu punyaku. Kalo K ... kalo diambil, aku pake apa?" protes Zinni yang sama sekali tidak dihiraukan.

ZINNIA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang