Kamu perlu belajar banyak dari orang bodoh sekalipun.
🌸Di sudut lapangan sekolah, manik hitam Makki intens menyorot pada gadis di tepi taman yang sibuk dengan kameranya. Dari banyak insan yang memenuhi tempat tersebut, hanya dia yang menjadi pusat atensi. Seolah tiada yang paling menarik, dan menyilaukan bagi Makki. Ia susah payah menahan diri untuk berpaling. Tetap saja gagal. Mungkin orang lain tengah beranggapan lain karena ia terlihat seperti penguntit.
Siapa yang peduli.
Seperti magnet, gadis bersurai panjang dan bergelombang itu selalu menambah energi magis. Seulas bibir Makki terkulum puas kala mata mereka bertemu dari jarak lumayan jauh. Ah, ia benar-benar sudah tidak waras. Jika boleh jujur dan tak ada ikatan pertemanan, ia tidak pernah sesulit ini. Ada khayalan juga kenyataan yang terbagi. Tentu, ia tak ingin kata rusak menjadi hasil akhir dari semua jalinan mereka.
Sekali teguk, air mineral yang tinggal seperempat wadah tandas. Ia mengela napas seraya melempar botol tersebut dalam tong sampah. Bang! Bidikannya tidak meleset.
Bagaskara semakin meredup ketika seorang berdiri di hadapan Makki. Lelaki itu langsung mengeryitkan dahi saat tahu siapa siswi yang telah menghalau pandangannya.
“Ada apa?”
“Ini, buat lo,” katanya seringan angin, “Makki.
“Aku kan ngg—“
“Udah terima aja sih, buat lo gratis,” tegasnya menyodorkan minuman dingin kalengan. "Kamu pasti capek abis latihan kan?”
Bukan itu masalahnya. Apa cewek ini tak memiliki rasa malu. Lihat, bagaimana sekitar memandang mereka terutama pada Makki yang merupakan daya tarik dalam ekskul PMR. Si dingin yang tak banyak kata. Namun, menyimpan sejuta misteri dalam tilikan mata.
“Ciee, Makki.”
“Nggak usah malu-malu kali.”
“Iya. Kalo gue dideketin cewek model gini juga nggak nolak.”
“Apaan sih,” dumel Makki mendengar komentar beberapa kawan-kawannya yang terdengar melantur.
Jasmine melirik sambil tersenyum senang sembari mengeratkan pelukan laptop di dadanya.
“Jangan lupa PJ, Jas.”
“Gampang itu mah. Yudah aku balik ke OSIS lagi, dah Makki.” Kerlingan jahil dilontarkan Jasmine yang membuat cowok itu hanya bergidik tak menyahut.
Padahal sikap dingin Makki amat kentara, tetap saja tak mempan menggores hati Jasmine. Apa perlu dia bersikap lebih jahat?
“Wow, yang cakep mah beda yah. Tinggal bentar udah laku aja,” sindir lelaki berseragam beladiri yang tiba-tiba muncul dengan pixy gowes merahnya.
“Lah, Ziko?”
Sosok tengil yang hampir seminggu tak menjajaki sekolah. Malah terlihat sore ini. Yang paling aneh cowok itu siap kembali berlatih taekwondo dengan balutan baju serba putih, juga sabuk biru yang melingkari pinggangnya.
“Awas mata lo copot. Kaya liat mantan aja.”
Kemudian dia turun dari sepeda sambil menenteng sekresek makanan.
Yang benar saja, waktu semakin mendekati senja tetapi Ziko justru muncul. Seakan sengaja menunggu sesi latihan terlewati.
“Lo kangen gue ‘kan?”
“Kagak.”
“Ngaku aja sih, Sayang ….”
Sontak Makki mendelik lebar. Apalagi ketika yang lain ikut mendengar ucapan nyeleneh cowok tersebut. Ah tak perlu khawatir. Harusnya semua anak tahu kalau Ziko adalah makhluk astral yang tersesat di sekolah. Mulutnya minta dijahit. Satu pengganggu hilang, datang lagi yang lebih parah.

KAMU SEDANG MEMBACA
ZINNIA ✔
Teen FictionSelama nyaris 17 tahun hidupnya Zinni merasa diabaikan oleh Geren--kakaknya yang punya julukan Bon cabe. Sumpah pedes banget kalau lagi sewot. Bikin Zinni jantungan tiap waktu. Tapi namanya saudara, Zinni nggak bisa benci sama Geren. Meski sering di...