"CHOI SOOBIN!"
Lelaki yang baru saja mendapat bentakan tersebut hanya memutar bola matanya malas.
"Apa lagi?"
Sautnya malas sembari mendrible bola basket yang sedari tadi berada dipelukannya.
Lelaki paruh baya yang tadi membentaknya lantas berjalan mendekat dan mengambil alih bola basket itu. Soobin sendiri hanya berdecak malas.
"Berbuat ulah lagi?!"
"Kau sudah mendapat surat panggilannya bukan? Untuk apa bertanya kembali?!"
Dugh!!!
Soobin meringis pelan saat bola basket itu menghantam wajahnya, dan ia bisa merasakan hidungnya mengeluarkan darah, tapi apa pedulinya? Ia langsung mengelap kasar hidungnya tersebut.
"Bicara yang sopan! Aku ini ayahmu!"
"Ayah? Tapi maaf saja, saya tidak memiliki ayah seperti anda." ujarnya sinis sebelum ia melenggang keluar rumah dengan bola basketnya yang dileparkan.
Ia lantas pergi menuju lapangan basket tak jauh dari rumahnya. Sesampainya disana ia mendrible bola dan menshootnya kedalam ring.
Namun sayangnya bola tersebut tidak masuk. Ia kembali mendrible dan melemparkan bola tersebut, namun tidak berhasil satupun.
"ARGHHH!!!"
Ia melemparkan bola tersebut kesembarang arah dengan emosi meluap. Ia pun membaringkan tubuhnya di tengah lapangan, dan tidak peduli dengan sekitarnya.
Tik!
"Ini teh buat ayah, diminum yah."
Yang dipanggil sebagai ayah pun menoleh dan menatap si sulung dengan senyum teduh, ia lantas meminum teh yang dibuatkan putranya untuknya.
"Ayah jangan terlalu keras sama Soobin." ucapnya pelan, sedangkan sang ayah menghela nafas berat.
"Anak itu kalau tidak dikerasi makin menjadi sayang. Argh astaga, andai saja Soobin bisa seperti dirimu Jin, anak itu benar-benar keterlaluan, kelakuannya hanya membuat masalah saja! Seharusnya ia bisa melindungimu."
"Ayah, aku kakak disini."
"Kau mengerti maksud ayah Choi Soojin."
Lantas ia membawa Soojin kedalam pelukannya sesekali ia mengecup pucuk kepala si sulung.
Soobin memasuki rumah yang ia anggap sebagai neraka itu dengan malas. Kaki jenjangnya menaiki satu persatu anak tangga yang akan mengantarkan dirinya menuju kamarnya.
Langkahnya terhenti saat melihat kembarannya, Choi Soojin, berdiri bersandar disamping pintu kamarnya.
"Akhirnya kau pulang juga, aku menunggumu sedari tadi Soobin."
"..."
Tanpa menjawab perkataan sang kakak kembarnya, Soobin berjalan melewati Soojin dan masuk ke dalam kamarnya.
Baru saja ia ingin menutup pintu kembali, tapi tangan Soojin lebih dulu menahannya.
"Sampe kapan kau bersikap seperti ini padaku juga ayah? Tidak lelah?"
"Bukan urusan kau!"
"Soobin kita ini keluarga. Dan ka—"
"Maaf saya tidak memiliki keluarga seperti ini."
"Choi Soobin, aku mohon. Berhentilah bersikap seperti ini."
Soobin menyerah, ia membuka pintu kamarnya lebar-lebar dan menatap Soojin dengan sinis.
"Kalian yang membuat aku seperti ini dan kalian juga yang menyuruhku untuk berhenti? Haha lucu sekali."
"Bin, setelah kepergian bunda kau berubah. Tidak hanya kau saja yang merasa sakit hati, tapi aku dan ayah juga."
Soobin terkekeh meremehkan, "Ya memang, tapi aku jauh lebih sakit hati asal kau tau. Ayah selalu menyayangimu dibanding diriku, aku tak masalah akan hal itu selama bunda masih memperhatikanku. Ayah membandingkan segala kelebihanmu tanpa mau melihat kelebihan yang ku miliki. Sampah!"
To Be Continue...
Dibagi jadi beberapa part ya, stay tune;3
Btw yang cocok jadi ayah Soobin tuh siapa sih, bingung. Saran dong... ;°
KAMU SEDANG MEMBACA
One Of Our Love {Yeonbin}✓
Random{Yeonbin ver} [Bahasa] Welcome to- Part of our love story. We'll hope that all of you enjoy the story. -Yeonbin Please give you're support! -최 수빈 Give your own star and comment about the story! -최 연준 See you here(?) ah! I mean see you in the story~...