Philophobia V

785 98 6
                                    

•••

   “Soobin kau baik?”

Pertanyaan itu menyadarkan Soobin dari lamunan panjangnya. Dan ia menggeleng sebagai jawaban.

“Bunda sudah seperti itu setelah bertemu paman tingga Ma.” Seojun kembali menyamankan posisinya dalam pelukan Soobin setelah menjawab pertanyaan yang sebenarnya dituju untuk sang bunda.

“Paman tinggi, siapa Bin?”

“Seseorang yang tak ku harapkan kehadirannya dimuka bumi ini.” jawabnya datar sembari mengusap kepala Seojun dengan lembut.

“Bunda dirumah nanti bacakan cerita tidur untuk Seojun ya? Oke bun?” Soobin merunduk demi melihat wajah manis Seojun, wajah turunannya. “Iya, nanti bunda bacakan. Ka bangunkan aku jika sudah sampai.”

•••

   “Seojun sudah selesai makan?”

“Sudah Ma.”

“Kalau begitu Mama pulang dulu ya, jadi anak baik, jangan membuat bunda marah oke?” Wendy mengecup sekilas kening Seojun sebelum beranjak menuju pintu apartemen Soobin.

“Bin, Kakak pulang ya.” Setelah berpamitan, Wendy lantas meninggalkan apartemen tersebut menyisakan Soobin juga Seojun.

Soobin menghampiri Seojun yang sudah duduk terngantuk disofa ruang tengah. “Seojun sudah mengantuk? Kita tidur di kamar yuk, bunda sudah membuat susu untuk Seojun.”

Sembari menguap kecil, Seojun mengulurkan tangannya pada Soobin, yang langsung ditanggapi oleh sang bunda.

Soobin menggendong dengan telaten, Seojun kedalam kamar. Ia langsung mematikan lampu menyisakan kesan temaram dari sisa cahaya lampu tidur.

“Minum susu dulu sayang.” tegur Soobin yang melihat Seojun sudah ingin berbaring. Dengan cepat Seojun menghabiskan susu dalam botol yang Soobin buatkan dan menyerahkannya pada sang bunda ketika botol tersebut telah kosong.

“Sekarang mari tidur. Seojun ingin bunda bacakan cerita apa hm?”

Seojun nampak berpikir meski matanya sudah setengah menutup. “Nyanyikan lagu tidur saja bunda, hoam.”

“Baiklah. Satu lagu penghantar tidur untuk Seojun.”

Soobin memposisikan dirinya untuk memeluk Seojun dengan lembut sebelum ia memulai menyanyikan baris pertama bait lagu penghantar tidur.

Blackbird singing in the dead of night
Take these broken wings and learn to fly
All your life
You were only waiting for this moment to arise

Blackbird singing in the dead of night
Take these sunken eyes and learn to see
All your life
You were only waiting for this moment to be free...

Selamat malam jagoan bunda.”

Soobin ikut terlelap bersama dengan Seojun, buah hatinya yang sempat tak ia akui kehadirannya sebab ayah dari buah hatinya tersebut.

•••

   Soobin berjalan lunglai menuju kamar mandi. “Orang gila mana yang bertamu pukul sepuluh malam seperti ini?!”

Ya, Soobin terbangun karena mendengar bel apartemennya yang berbunyi berkali-kali.

Setelah membasuh wajahnya agar terlihat lebih segar, ia berjalan menuju pintu apartemen.

“Ada a—”

“Choi Soobin.”

Tatapannya menyendu, senyum yang sempat terbit diwajah manisnya perlahan luntur, jemarinya yang memegang knop pintu perlahan basah dan sedikit bergemetar.

“A-ah p-permisi maaf.”

Soobin sudah akan menutup pintu jika saja tangan special guest-nya tersebut tidak menahannya.

“Kita harus bicara.”

Sudah mengetahui siapa? Tanpa ku beritahu pun kalian sudah mengetahuinya benar?

“H-harus berapa kali aku bilang, bahwa untuk melihatmu saja aku tidak bisa.” ujar Soobin dengan lirih.

“Kali ini saja kumohon Soobin.” Yeonjun, ya itu Yeonjun, berjalan mendekat kearah Soobin.

“T-tidak jangan mendekat kumohon, hiks.”

Yeonjun tak mengindahkan perkataan Soobin yang bahkan sudah terisak kecil.

“Kali ini saja.”

Dengan perlahan Yeonjun memegang kedua lengan Soobin, dan menariknya masuk dalam sebuah pelukan hangat.

“Kumohon. Satu kesempatan ini saja.”







To be continued...

Idk, cerita ini sbnrnya nge-feel gak sih? Huhuuu

One Of Our Love {Yeonbin}✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang