Philophobia III

848 98 7
                                    

•••

   Soobin terus-menerus merasa gemetar dan gelisah, ia bahkan tak ingin disentuh siapapun kecuali oleh Lia. Beberapa tim panitia sudah membujuk Soobin, namun ia malah beteriak histeris.

Kali ini Lia sedang berlari kecil menuju lobby hotel, ia akan menjemput seseorang yang ia rasa mampu membuat Soobin kembali merasa tenang.

Baru saja ia ia ingin berbelok, netranya menangkap satu tim panitia yang wajahnya sungguh tak asing baginya, membuatnya lantas menghentikan langkahnya.

"Ku rasa aku tau penyebab trauma Ka Soobin kambuh." gumamnya, ia lantas kembali berjalan dan menyapa perempuan dengan rambut sebahu itu.

"Di lantai berapa?" tanya perempuan dengan nama Wendy itu tanpa basa basi. "Lantai 5, kamar 203." jawab yang lebuh muda sembari mengambil alih bocah lelaki itu dari dekapan Wendy.

"Kalau begitu tolong jaga Seojun, jangan sampai ia melihat seseorang yang ia kenali."

"Ya. Oh ya Ka."

"Ada apa? Kau tau ia tak bisa ditinggal terlalu lama."

"Penyebab trauma Ka Soobin kambuh, Yeonjun ada disini." Lia menyebutkan kedua nama itu tanpa adanya suara, namun Wendy tetap mengerti dan ia mengangguk. "Sudah ku duga. Kalau begitu aku harus segara menemui-nya."

Lia mengangguk, Wendy pun berjalan cepat menuju lift. Meninggalkan Lia dan Seojun yang menatap kepergian sang Mama yang kini sudah hilang ditikungan.

"Seojun sudah makan?"

"Hng?" bocah berumur 5 tahun itu menoleh pada Lia. "Belum Ka."

"Seojun ingin makan sambil menunggu Mama?" bocah itu mengangguk semangat.

•••

"Baiklah. Terimakasih atas kerjasamanya dan pengertiannya terhadap salah satu rekan kami."

"Bukan masalah besar Bu Lia, kita juga sudah seharusnya mementingkan kesehatan Pa Soobin." Lia tersenyum canggung mendengar perkataan panitia dihadapannya.

"Kalau begitu saya permisi dahulu Bu Lia. Mari." Panitia dengan nama Kim Jong Dae itu lantas berbalik dan berjalan pergi. Kini Lia kembali mendudukan tubuhnya dihadapan Seojun yang kini sedang menghabiskan banana cake nya.

"Ka Lia."

"Hm?" Lia sedang berusaha mempertahankan ekspresi wajahnya agar terlihat baik yang sebenarnya ia terlihat pucat pasi.

"Seojun ingin air putih dan semangkuk eskrim juga salad buah boleh?" tanyanya masih dengan mulut yang sibuk mengunyah kue nya.

"Ah iya, akan Kakak ambilkan, Seojun tunggu disini ya."

Seojun mengangguk. Begitu Lia berjalan mengambil beberapa pesanan Seojun, bocah itu menoleh lantas turun dari kursi dan berlari mengejar Jong Dae.

"Paman!"

Jong Dae yang sedang berbicara pada resepsionis menoleh menatap Seojun yang berdiri didekat kakinya.

"Sebentar." ujarnya pada resepsionis itu, ia kini beralih menyamakan tingginya dengan Seojun. "Ada apa tampan?"

"Apa paman mengenal seseorang yang bernama Soobin? Seseorang yang paman sebut tadi namanya?"

"Ya, ada apa?"

"Bisa Paman antarkan Seojun bertemu dengannya?"

"Oh baiklah. Sini Paman gendong."

Kini keduanya berjalan menuju kamar Soobin berada, meninggalkan Lia yang panik tidak menemukan Seojun di tempat duduknya. Ia lantas berlari menuju kamar Soobin, karena menurutnya Seojun meminta panitia tadi untuk mengantarkan dirinya menemui Soobin.

Kala ia membuka pintu kamar, ia mendapati Seojun yang sudah memeluk Soobin yang sedang tertidur, dengan erat. Sedangkan Wendy menatap dirinya tajam.

"Panitia tadi menyebut nama Soobin, dan saat aku duduk kembali ia meminta ku untuk mengambil beberapa makanan. Saat aku kembali ia sudah tidak ada."

Wendy menghela nafas berat. "Beruntung Soobin sudah tertidur tadi."

"Lagi pula Ka, kasihan Seojun harus pisah dengan Bunda nya di usianya yang masih kecil."

"Kalau keadaan Soobin memungkinkan pun aku tidak akan mengambil alih Seojun dari Soobin, Lia."

Wendy dan Lia menghela nafas berat. Keadaannya begitu rumit, Soobin yang memiliki trauma tidak bisa menerima kehadiran Seojun di kehidupannya, ah tepatnya mungkin belum.

"Kalau begitu aku akan kembali mengikuti acara, aku titip Ka Soobin ya Ka. Dah." Lia berjalan keluar dari kamar, dan tepat saat pintu kamar tertutup dengan sempurna, pemuda yang paling ia hindari setelah ayahnya sudah berada dihadapnnya.

"Choi Jisu."










To be continued...

Buat yg kemaren udah terlanjur baca nama ‘Michael’ aku ganti jadi ‘Seojun’ ya, karna kemaren lupa aku ganti namanya hehehe...

Btw Seojun itu visualisasinya bgini...

One Of Our Love {Yeonbin}✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang